"Noie kanen~"

6K 766 97
                                        

Hari kepulangan Jeno pun tiba. Hari itu tepat setelah Jeno diperbolehkan Tawan untuk pulang.

Di teras rumah bocah yang kini sedang mengenakan setelan putih putih, juga menggunakan tas Ironman mendengus kesal saat melihat sopir kakeknya sedang memanaskan mobil.

Mendengar dirinya pulang Jeno sangat senang, apalagi ia sudah bisa mengenakan celana. Tapi saat sang ayah mengatakan bahwa mereka akan naik mobil Jeno mendadak kesal.

"Unda~ Naik kelita~"

"Jeno~ Anaknya bunda ini kan baru aja sembuh, bunda nggak pengen nanti burungnya Jeno kesenggol-senggol. Naik mobil aja ya?"

"Ndak unda ndak!"

"Bunda juga pengen ajak Jeno naik kereta, tapi besok-besok aja ya?"

"Kelita hiks!"

"Ughhh~ Anaknya bunda~" Doyoung lalu membawa bayinya ke pelukannya.

"Kalo naik mobil makin cepet sampe rumah, ntar makin cepet ketemu kak Mark." Ujar Jaehyun sambil memasukkan 2 kardus oleh-oleh ke bagasi.

"Iya unda?" Jeno sontak saja mendongak.

"Iya dong~ Nanti bunda suruh ayah ambil jalan paling cepet ke Surabaya."

"Cepat cepat!"

"Iya sayang~"

Si Jeno pun mencoba keluar dari pelukan Doyoung. "Ayo naik~"

"Yuk yuk~"

Melihat bayi dan istrinya masuk ke mobil, Jaehyun memutar matanya malas.

Giliran Mark aja mau. Jadi penasaran kan itu Ten baca mantra yang mana.

Ngomong-ngomong tentang Mark, di waktu yang sama,

"KAK JENO PULANG!" Ten berteriak heboh saat melihat story wa Doyoung.

Putra sulung Lee yang baru saja dinyatakan sembuh langsung berdiri.

"Bener mi?!"

"Iyaaaa~ Mami liat statusnya tante kelinci!"

"Kotak ku mi kotak ku!"

"Tenang tenang~ Kotaknya disimpan papi di ruang kerjanya biar aman dari adek."

"Hah~ Aku kemarin cari dari mi~"

"Ahahaha~ Seneng ya temennya pulang?"

Mark mengerjap beberapa kali. "Temen?"

"Eh? Salah ya?"

.

Kembali lagi di dalam mobil, si kecil Jung teringat sesuatu. Sebelum Mark pulang anak itu mengatakan sesuatu padanya. Makli kacih apa ya?

Pemandangan yang indah seperti tak ada harganya. Jeno tak bisa menikmatinya, otaknya terlalu untuk menebak apa yang akan Mark beri padanya.

"Mikir apa sayang? Kok dahinya sampe kerut kerut gini?" Tangan Doyoung mengusap pelan dahi Jeno.

"Makli kacih Noie apa unda?"

"Hm? Emang kak Mark bilang apa?"

"Ndak tauu~"

"Loh~ Jeno aja nggak tau apalagi bunda?"

Sang ayah yang duduk di kursi kemudi melirik ke spion. "Di kasih brokoli paling Jen~"

"Ndak ya yah!"

"Tadi katanya tanya."

"Ughhh~!" Mana mungkin Mark memberinya brokoli pikir Jeno.

Jeno SafariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang