"Xixi~ Noie bawa ini~"

5.3K 831 88
                                    

Di pagi hari ketika Jeno telah siap untuk berangkat sekolah, bocah itu langsung menyerbu sang ayah untuk meminta uang saku.

"Caku Noie yah!"

"Nggak ada, bapak nggak ada uang nak. Minta ibu sana mungkin abis beli beras ada sisa uang."

"Huh?"

"Minta bunda~ Ayah nggak ada uang." Jaehyun memperjelas maksudnya.

Jeno yang paham perlahan turun dari pangkuan Jaehyun, dengan lemas ia pergi menemui bundanya yang sedang menyiapkan bekalnya.

"Unda~ Caku~" Rengek Jeno pada sang bunda.

Sementara itu Doyoung yang mendapat pengaduan mengernyit. Setahunya Jaehyun menyimpan banyak uang dua ribu di ruang kerjanya untuk uang saku Jeno.

"Ayah nggak ngasih?"

Jeno menggeleng pelan.

"Bentar," Si Doyoung lantas merogoh saku cardigannya. Tadi ia ingat ada recehan di situ.

Tapi begitu berkali-kali Doyoung cek. Sakunya kosong. Ah ia melupakan sesuatu.

"Hehe~ Bunda beliin tempe di pak Zico tadi~"

"Noie~" Bibir mungil itu melengkung ke bawah. "Ndak mau cekulah~" Cicit Jeno sambil menggelengkan kepalanya.

"Loh kenapa?"

"Dua libu~"

Doyoung pun menghela nafasnya, Jeno berangkat sekolah tanpa dua ribu pasti akan begini akhirnya. "bunda cariin bentar ya~ Tunggu sana sama ayah."

Begitu Jeno mengangguk, Doyoung bergegas ke kamarnya untuk mencari uang dua ribu.

Sementara itu, Jaehyun yang memantau dari ruang keluarga merasa bersalah. Niatnya hanya menggoda Jeno tapi sekarang malah berimbas pada istrinya.

"Bunda nggak usah! Ayah inget, di meja kerja masih ada uang dua ribu." Jaehyun lalu bergegas menuju ruang kerjanya.

"Oke."

"Jeno sama aku nggak? Aku mau berangkat juga."

"Ngga usah, aku mau ke pasar jugaan."

"Ya udah kalo gitu. Ntar hati-hati."

"Iyaaa~ Sana ambil uangnya, ntar Jeno telat."

.
.
.

Ditengah perjalanan menuju TK, Jeno dengan riang menyanyikan banyak lagu untuk menemani sang bunda menyetir.

"Pelangi pelangi~

Alangkah indahmu~

Milah kuning hijau~

Di langit yang biru~

Pelukismu aku~"

"Agung sayang~" Koreksi Doyoung sembari terkekeh.

"Agung? Ndak Noie?"

"Bukan ahahaha~"

"Pi Noie penen aku unda~"

"Ahaha~" Doyoung yang tak tau harus bagaimana hanya bisa tertawa.

Akan tetapi, kebahagiaan itu tak berlangsung lama. Doyoung tiba-tiba merasa ada yang aneh dengan motornya. Motor itu tiba-tiba oleng kesana kemari.

"Eh!"

Karena takut putranya celaka, ia langsung mengerem motornya. Bocor kayaknya.

Lalu, begitu Doyoung cek, firasatnya seratus persen benar.

Jeno SafariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang