"Gue pelgi!"

4.9K 786 71
                                    

"Nanti ibu ajarin Jeno sampe bisa."

"Hiks!"

"Nggak apa-apa loh, nggak ada yang marah sama Jeno." Sunny menyeka air mata bocah yang kini tertunduk dalam.

"Ndak mau~"

"Iya ibu tau, besok ibu ajarin baca lagi ya~ Sekarang Jeno balik ke bangku, gantian sama temennya."

Melihat Jeno tak menggubrisnya, Sunny menoleh beberapa anak yang selesai membaca.

"Main sama Hwall ya?"

"Nana~"

"Jaemin kan kelas sebelah, tunggu istirahat, baru main sama Jaemin. Sekarang sama Hwall dulu. Okey ganteng?"

"Hiks!"

Jeno lantas mengambil buku bacaannya dan kembali ke bangkunya. Ia tak mau bermain dengan siapapun kecuali Jaemin. Lebih baik ia menunggu sampai bel istirahat berbunyi.

.

Jam istirahat pun berbunyi. Tepat setelah Sunny keluar dari kelas, terlihat Jaemin sedang menyembulkan kepalanya di jendela samping bangku Jeno.

"Nono~ Baaa~"

"Nana!" Jeno langsung berdiri. Ternyata tanpa perlu repot Jaemin sudah menjemputnya ke kelas.

"Main yuk! Aku bawa ikan cupang~"

"Hu'um!"

Mereka pun pergi ke taman, tepat di bawah pohon rindang yang mana selalu Jeno dan Jaemin gunakan bermain bersama.

"Ni capa?"

Jeno yang berjongkok menatap Jaemin yang duduk di bangku taman.

"Jejen."

"Jejen?"

"Nama panjangnya Jeno ahaha~"

"Noie ikan?!" Jeno menatap Jaemin sengit. Ia tak terima jika namanya dijadikan nama hewan. Apalagi ikan cupang betina jelek ini.

"Aku cuka~ Ndak papa Nono~"

"Ndak mau! Hiiiihh~!"

"Telcelah aku! Ni ikan ku!"

"Ndak cayang Nana!" Jeno pun memalingkan wajahnya kasar.

Lama mereka terdiam, tiba-tiba Jaemin mendapat sebuah ide.

"Ah~ Kacih nama Bekuni!"

"Huh?" Perlahan Jeno kembali menatap Jaemin.

"Kayak nama mami ahahaa~"

"Nana napa tawa tawa?" Jeno mendadak sebal. Jaemin kali ini sangat tidak jelas dan menjengkelkan.

Menyesal Jeno menolak bermian dengan Hwall. Pasti dengan anak itu dirinya sekarang tengah bermain riang dengan yang lain.

"Gue pelgi!"

"Nono mau mana?!"

"Ndak mau cama Nana!"

.
.
.

Jam pun menunjukkan pukul 10, sudah waktunya bagi Jeno untuk pulang.

Sang bunda dengan senyum mengembang, menyambut bayinya yang baru keluar dari kelas.

Jeno kenapa?

Bukannya senyum sumringah yang Doyoung dapatkan, ia malah melihat Jeno memanyunkan bibirnya dan menyeret tasnya lemas.

"Anaknya bunda kenapa kok bibirnya maju gini?"

Jeno SafariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang