(1) "Xixi~ Pigang tanan Noie~"

8.2K 970 51
                                    

"Duh 10 menit lagi Jeno pulang, aku balik dulu ya Eunwoo, uangku pas kan?" Ujar Doyoung sambil sesekali menatap jam tangannya.

"Pas kok~"

"Oke!" Bergegas Doyoung menyambar se kresek besar roti dan menaiki scooter barunya.

Setelah Jeno bisa ditinggal di TK, Jaehyun langsung membelikan motor scooter warna biru untuk istrinya itu. Akan ribet bagi Doyoung jika tak memiliki kendaraan sendiri. Nah~ Awalnya sih si ayahnya Jeno itu hendak membelikan motor gede, biar Doyoung keren gitu kayak Boy. Tapi yang ada dirinya malah di tampol sang istri. Mau di beliin mobil, Doyoung tak mau mengeluarkan uang lebih untuk pajak dan servis benda roda 4 itu. Jadi ya scooter ini pilihan akhirnya.

Wush~

Scooter itu pun membelah jalanan yang cukup ramai. 15 menit berlalu, sampailah Doyoung di TK Jeno. Sedikit terlambat memang. Tapi biasanya, jika Doyoung terlambat, si kecil itu akan menunggunya di ruang bermain.

Ah Doyoung jadi tak sabar melihat putra kecilnya memakan roti yang baru dibelinya. Pasti lucu sekali.

Cklek

Kepala Doyoung menyembul dari balik pintu, "Jeno?"

Hening

Ruang bermain yang ketika pulang sekolah berisi ada beberapa anak yang menunggu jemputan kosong. Bahkan si mata sipit Jeno tak ada di semua sudut ruang bermain.

Nggak mungkin masih kelas kan? Tanpa berfikir panjang, Doyoung langsung berlari menuju kelas Jeno.

"Jeno?" Mata Doyoung menelisik dalamnya kelas lewat jendela kaca di pintu.

Hening

"Jeno!" Si Doyoung langsung membuka pintu itu lebar-lebar dengan kasar hingga terdengar bunyi benturan yang keras.

"Kenapa ini tuan?" Dengan nafas memburu seorang guru datang menemui Doyoung yang tengah panik. Ia sempat mendengar suara benturan, jadi ia langsung bergegas keluar dari kantor, takutnya tadi salah satu siswanya membuat keributan.

"Kemana putraku?" Mata Doyoung yang bulat berapi api.

"Di dalam tidak ada tuan?"

"Kosong." Tubuh Doyoung sedikit bergeser agar si guru ini bisa melihat dalamnya ruangan.

"Mungkin Jeno di ruang bermain, tuan sudah mengeceknya?"

"Hah~" Doyoung menghela nafasnya dalam-dalam. "Sekarang. Cek. CCTV!"

Si guru yang merasakan aura mematikan dari pria di depannya, langsung menuntun Doyoung menuju ruang kontrol CCTV.

Sesampainya mereka sampai di ruang itu, petugas operator langsung me-setting waktunya mundur sekitar 5 menitan yang lalu.

Klik

Bola mata Doyoung pun akhirnya menangkap sosok sang putra yang kesusahan membawa robot dan buku-bukunya. Kaki kaki mungilnya itu berhenti di tempat biasanya sang bunda menunggu dirinya. Namun tak berselang lama, Jeno pun meninggalkan area itu.

"Ikuti dia!" Suara Doyoung yang rendah begitu mengintimidasi sang operator dan sang guru.

Klik

Ruangan pun berganti menuju ruang bermain. Jeno terlihat langsung menaruh buku dan tasnya di meja bundar di tengah ruangan. Setelah itu, Jeno membawa bumblebee-nya ke box mainan.

Ketika si bayi Jung asyik membongkar isi box, datanglah sosok bayi lain lengkap dengan tas punggung kuningnya. Melihat itu, dahi Doyoung mengernyit, kedua bayi itu tampak berbincang sebelum Jeno kembali mengambil tas ranselnya dan bayi satunya membantu Jeno membawa buku-bukunya.

Mau kemana mereka! 

Sambil tertawa terbahak-bahak, Jeno dan temannya keluar dari TK, menuju ke arah barat.

Staff operator dan sang guru pun melirik Doyoung ketakutan. Selang sedetik setelah Jeno tak terlihat oleh CCTV manapun yang sekolah pasang, mereka bisa merasakan ajal seperti telah menjemput.

"U-untuk masalah-"

Sebelum sang guru menyelesaikan ucapannya, Doyoung langsung berlari menuju arah terakhir kali Jeno terlihat. Ia tak peduli tentang kata maaf atau klarifikasi dari semua orang. Doyoung hanya mau anaknya.

Sosok bunda itu memang terlihat kuat, sangat jauh dari saat Jeno hilang dibawa Jungwoo. Tapi jantungnya tak bisa membohongi ketakutannya. Sedari tadi Doyoung menahan nyeri di dada ketika melihat putranya tak ada dimanapun, apalagi ketika ia tau Jeno keluar dari area TK. Pikirannya terus berputar tentang 'Apa Jeno baik-baik aja? Bayiku tak kesakitan kan?' Lalu 'Apa yang akan aku katakan pada Jaehyun?' Juga, 'Aku nggak akan merasa kehilangan Jeno lagi kan?'

.

"Pak permisi, pernah lihat anak ini?" Dengan nadanya yang bergetar, Doyoung bertanya sambil menunjukkan foto sang putra di hpnya.

Pria itu pun melirik sebentar hp Doyoung, sebelum menjawabnya dengan enggan. "Nggak, aku baru keluar rumah. Permisi."

Mendengar kata tidak, Doyoung segera beralih pada pejalan kaki di depannya. "Mbak tau putraku?"

"Maaf mas, aku nggak liat anak kecil dari tadi."

Setelah itu, gadis 20 tahunan itu pun meninggalkan Doyoung yang sedang berusaha mengatur nafasnya.

Tenang Doyoung tenang.

Sang bunda itu pun perlahan mengedarkan pandangannya. Di depan toko bunga terlihat seorang gadis yang tengah menyiram bunga. Sangat mungkin baginya untuk melihat Jeno melewati jalan ini.

"Mbak permisi,"

Mata mereka pun bertemu, si gadis tanpa sadar langsung menatap Doyoung dari atas ke bawah. "Maaf mas, aku nggak bakal ngasih sumbangan." Si gadis itu segera mematikan kerannya dan hendak masuk ke tokonya.

"Tap-"

"Sana sana! Hush!"

Blam

Pintu toko tertutup dengan kerasnya hingga Doyoung merasa seperti di tampar. Tapi Doyoung tak peduli. Pikirannya kalut.

"Kemana kau nak~" Air mata yang selama ini Doyoung tahan pun akhirnya luruh. Matanya menatap kosong jalanan yang ramai dengan pejalan kaki.

"Maafin bunda hiks!"

"Maafin aku Jaehyun~" Dengan kasar Doyoung mengusap air matanya. 

.

"Xixi~ Pigang tanan Noie~"

.
.
.
TBC~

Jeno SafariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang