(1) "Unda~ Noie kacih ini~"

7.7K 897 22
                                    

"Unda~ Noie bawa ini dua boleh~?"

Sang bunda yang telah selesai menyiapkan bekal Jeno menoleh ke putranya. Di bawah sana, Jeno terlihat mengacungkan dua buah apel kepadanya.

"Kenapa bawa dua?"

"Kacih Huwal xixi~ Boleh unda?"

Doyoung mengernyit heran. Sejak kapan putranya dengan Hwall akur? Padahal hampir di setiap harinya Jeno mengadu tentang Hwall yang mengganggunya.

"Tentu~ Di kulkas ada strawberry, Hwall di kasih strawberry juga?"

"Eum~ Boleh!"

"Nah sekarang ambil tempat makan yang beruang itu, nanti apel sama strawberry nya Hwall di taruh situ."

"Ukai~ Ni unda apelnya~"

Begitu dua apel itu telah berada di tangan Doyoung, Jeno lantas berlari menuju rak piring khusus miliknya yang berada di samping rak utama.

Semua peralatan makan Jeno yang kebanyakan berkarakter iron man ada disana. Jaehyun pikir rak khusus ini akan mudah dan aman bagi Jeno untuk mengambil peralatan makannya sendiri tanpa harus terluka karena memecahkan alat makan kedua orangtuanya.

"Noie ndak mau beluang~ Huwal Noie kacih ilonman~!" Dengan riang Jeno mengambil lunch box bergambar iron man favoritnya.

"Unda~ Noie kacih ini~" Si Jeno menyodorkan lunch boxnya.

Doyoung menerima lunch box Jeno ragu, "bener di kasih ini? Kalo nggak dibalikin Jeno nggak bakal cari-cari lagi? Ikhlas nggak?"

"Ikas xixi~"

"Bener loh ya?" Si Jeno mengangguk cepat sambil tersenyum.

"Okey, karna Jeno ikhlas, bunda ijinin Jeno pake ini. Mau Jeno sendiri yang naruh apel sama strawberry nya?"

"Hu'um!"

Sembari menunggu sang bunda mencuci buahnya, Jeno mendorong kursi agar ia sampai ke counter dapur.

"Unda~ Naik~"

"Bentar sayang, bunda cuci buahnya dulu ya~ Abis ini selesai."

"Ukai~"

Setelah si bunda selesai mencuci buahnya, ia langsung mengeringkannya dengan tissue agar tak basah ketika berada di lunch box. Barulah Jeno di naikkan ke kursi.

Si Jeno begitu antusias menatanya. Bahkan ia terus menambahkan strawberry ke lunch boxnya sampai menggunung.

"Xixi~"

Di sisi lain, Doyoung menata buah yang akan Jeno bawa sebagai bekalnya sambil sesekali ia mengamati sang putra.

Begitu Doyoung selesai dengan pekerjaannya, ia mengamati Jeno yang masih sibuk menambah strawberry ke lunch box.

"Jeno~ kalau kayak gini gimana nutupnya ahahaha~"

"Huh?" Si kecil Jung pun menghentikan kegiatannya.

"Lihat," Doyoung lalu mencoba untuk menutup lunch box Jeno. Namun, strawberry yang menggunung menghalangi si tutup untuk merapat dengan si lunch box, "nggak bisa nutup kan?"

"Upci~" Jeno yang setuju dengan bundanya menutup mulutnya. Ia tak mengira strawberry yang ditatanya telah menjadi gunung.

 Ia tak mengira strawberry yang ditatanya telah menjadi gunung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Karna apa nggak bisa ditutup sayang?"

"Eum~" Mata Jeno mencermati lunch box didepannya, "stlawbely banyak unda!"

"Iyups! Karna strawberry nya banyak dia jadi lebih tinggi dari tempatnya," telunjuk Doyoung menunjuk strawberry yang melebihi dinding lunch box, "jadi tutupnya gabisa sampai sini~" Doyoung melanjutkan sambil jemarinya beralih ke mulut lunch box.

"Ooo~"

"Eum~ Jadi apa yang harus di lakukan biar ini bisa di tutup?"

Jeno tak menjawab, bocah berseragamkan baju TK itu hanya menatap bundanya bingung.

Doyoung itu ketika selalu ada masalah yang sekiranya Jeno mampu menyelesaikan selalu melibatkan putranya untuk ikut berfikir. Apalagi ketika Jeno sudah masuk TK. Jeno kadang jadi kelimpungan mencari jawaban.

Sementara itu, Doyoung yang ditatap seperti itu terkekeh.

"Kalo banyak gini kan berarti berlebihan. Kalo berlebihan berarti harus diapakan biar pas?" Ucapnya lagi sembari mengusap lembut surai Jeno.

Setelah hening berapa detik, si Jeno menjawabnya ragu. "D-di kulang~"

"Itu tau~ Nah sekarang Jeno ambil lagi sampai bisa di tutup~"

Cup

"Xixi~ Unda cup cup Noie~" Jeno tertawa ketika sang bunda mengecup pipinya.

"Iya dong kan Jeno pintar sekali~ Yuk di kurangi strawberry nya~"

Jeno dengan senang hati mengeluarkan beberapa strawberry nya. Jawabannya benar dan si bunda mengecup pipi gembilnya. Hatinya benar-benar menghangat sekarang.

"Jangan ragu sayang. Kalau ngerasa jawaban Jeno benar ya jawab aja~ Salah nggak apa-apa, kan belajar~" Ujar Doyoung sambil tersenyum manis.

Di sisi lain, dengan giat tangan mungil Jeno menaruh strawberry itu ke counter meja. Si kecil itu lupa jika strawberry tadi memiliki tempatnya sendiri tadi. Jadi, Doyoung yang mengetahuinya langsung memindahkan buah berwarna merah itu ke tempat asalnya.

Klek

Lunch box pun bisa tertutup.

"Pintar sekali anaknya bunda~ Yuk di ambil tasnya, kita berangkat sekolah sekarang~" Doyoung pun mengambil lunch box Jeno dan Hwall, menggendong bayinya, lalu membawa mereka menuju kamar sang putra untuk mengambil tas iron man dan si tote bag.

"Ayah~?"

"Loh Jeno nggak sadar? Kan emang ayah dari semalem nggak ada~ Ayah cari uang ke Padang Jenoku~"

"Padang? Lama unda?" Jeno memang tak tau Padang, tapi dari kalimat bundanya, ia sudah berfirasat jika sang ayah pergi jauh dan naik pesawat.

"2 hari lagi ayah pulang."

"Heum~" Sorot mata Jeno meredup. Ayahnya sekarang kembali aktif keluar kota. Padahal minggu-minggu kemarin Jaehyun tak meninggalkan Surabaya. Ayah~

"Eh kok sedih~ Ayah cari uang kan buat Jeno~ Jadi, Jeno harusnya menyemangati ayah, jangan sedih seperti ini~ Nanti ayah nggak semangat dong cari uangnya."

"Ikut ayah~" Cicit Jeno sambil menenggelamkan kepalanya ke leher Doyoung.

"Besok pas liburan gimana? Ntar todong ayah buat bawa kita ke Lombok~"

Jeno yang tak mengerti hanya mengeratkan pelukannya.

"Ahaha~ Jangan sedih, oh! Bunda lupa, kan Jeno mau ngasih buah ke Hwall, ayo ayo di ambil tasnya. Nanti Hwall nunggu Jeno kelamaan~"

"Humm~ Ayah~"

.
.
.
TBC~

Jeno SafariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang