Chapter 8

508 85 15
                                    

Mereka berlima berkumpul di ruang tengah setelah mereka melihat Renjana pergi bersama Pak Arka beserta istrinya untuk jalan-jalan sore itu.

Bagi mereka berlima, saat ini mereka melakukan rapat darurat.

Rapat ini bahkan lebih penting dari apa pun karena rapat ini lah yang akan menentukan nasib mereka ke depannya.

Kelima bujang itu duduk di atas karpet berbulu, di atas meja mereka meletakkan sebuah laptop milik Janu dan terhubung dengan whatsapp milik Mada. Mereka melakukan video call dengan Mada karena mereka membutuhkan seorang moderator di rapat kali ini.

"Jadi, gitu bang ceritanya. Terus, Renja jadi ngambek, dia nggak mood masak bang. Lebih sedihnya lagi, kita semua didiemin bang. Jiro aja didiemin" adu Hadi ke Mada yang mendengarkan cerita adik-adiknya itu sambil menahan tawa.

Jelas saja Renjana kesal. Kalau ada Mada disitu, dia mungkin juga akan pusing dan kesal seperti Renjana. Biasanya, kalau keempat temannya mulai rewel di pagi hari, Renjana akan terbantu karena ada Mada yang membantu. Tetapi, tadi pagi tidak ada Mada sehingga Renjana menghadapi tingkah ajaib teman-temannya seorang diri.

"Ternyata nggak enak didiemin Kak Renja. Biasanya sekesal apa pun Kak Renja sama aku, dia nggak ada diemin aku, kak" sekarang Jiro yang mengadu.

Jiro kesal karena dia jadi kena imbas akibat kelakuan para kakaknya tadi pagi (padahal Jiro juga melakukannya).

"Kalo sekelas Jiro didiemin, gimana kita bang? Jangan-jangan Renja udah siapin liang lahat buat kita di halaman belakang?" ucap Janu sambil bergidik ngeri.

"Aduh, susah juga ya punya adek itu, apalagi adeknya tukang ngambek. Hana aja jarang ngambek ama gue" ucap Nanda yang pusing sekali karena mereka berlima benar-benar dianggap patung oleh Renjana.

Renjana hanya melengos dan tidak menanggapi kehadiran mereka ketika dia pulang tadi untuk berganti pakaian. Lalu, dia pergi begitu saja menuju mobilnya Arka. Beruntung Arka turun dari mobil dan meminta izin kepada mereka akan membawa Renjana jalan-jalan bersama istrinya. Dia juga berjanji tidak akan kemalaman mengantar Renjana pulang ke rumah.

"Gimana ini Bang Mada? Mana kemeja putih Bang Renja nggak sengaja kena cat tembok punya Wina lagi!" rengek Cakra yang sudah ketakutan sendiri.

Sekarang kemeja itu Cakra simpan di dalam kamarnya. Dia tidak akan berani menyampaikan hal itu ke si pemilik kemeja.

"Mampus lu, Cak. Didiemin sampai seratus tahun lu" ucap Hadi, menakut-nakuti Cakra.

"Huueeee, abaaang jangan kayak gituu."

Mada di seberang sana mati-matian menahan tawanya.

Ternyata, tingkah adik-adiknya itu malah semakin ajaib kalau dia tinggalkan. Biasanya Renjana mampu meredakan kegilaan teman-temannya ketika Mada pergi beberapa hari. Tetapi, sepertinya hari ini, Renjana benar-benar angkat tangan menghadapi kelima temannya.

"Nanti, kalo Renja nya pulang. Kalian langsung minta maaf ke Renja. Kalian jangan lupa bilang kalo kalian nggak bakalan ulangi lagi kesalahan kalian pagi ini."

"Tapi, itu bukan kesalahan bang. Kok bisa lupa bawa shampoo sebagai kesalahan gue?" ucap Nanda yang tidak terima kalau tingkah ajaibnya tadi pagi sebuah kesalahan.

"Bener tuh, bang. Gue sampe beneran nggak pake kolor tadi. Bayangin bang, gue jalan ke kamar dalam keadaan semriwing di bagian bawah" gerutu Janu dan Mada tertawa ngakak.

Kasihan sekali Janu.

"Kemeja jugaa, itu kan Bang Renja yang nyuciin baju gue baang" ucap Cakra.

"Tapi, itu karena lo narok baju lo sembarangan semprul! Makanya langsung Renja cuci karena dia kira itu baju kotor. Jangankan Renja, gue aja suka begitu kalo lihat baju lu!" hardik Hadi membuat Cakra cemberut karena ternyata dia malah kena omel bukan dibela.

[FF NCT DREAM] KARSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang