Chapter 125

594 108 7
                                    

Hadi mulai merasakan kalau tubuhnya menggigil. Dia jadi tidak sabar tiba di rumah lalu terlelap di kasur empuknya. Tetapi, dia tentu tidak akan langsung pulang ke rumah karena Zena membawanya ke klinik terlebih dahulu. Hadi hampir saja kelepasan merengek ke Zena karena dia ingin pulang dari pada mampir ke klinik. Kalau Hadi pergi bersama salah satu temannya, mungkin dia sudah tantrum di dalam mobil ini.

Mobil milk Zena itu sudah terparkir di tempat parkir. Zena tidak henti berceloteh, mengatakan kalau klinik ini adalah klinik punya temannya. Hadi abaikan saja celotehan Zena karena kepalanya sudah pusing dan tubuhnya semakin lemas. Hadi juga tidak henti menyedot ingusnya karena terus saja keluar dari hidungnya.

Pokoknya, Hadi mau Mada ganti rugi karena sudah menularkan virus nya kepada Hadi.

"Untung aja nggak banyak yang ngantri, Di" ucap Zena yang baru saja selesai mendaftarkan Hadi.

"Bang, bisa nggak gue masuk duluan aja? Ini, kan klinik punya temen lo? Badan gue udah menggigil, nih bang" ucap Hadi yang merasa kalau dia tidak sanggup menunggu meskipun dia tinggal menunggu satu orang lagi yang sedang diperiksa.

Hadi sampai tidak sadar kalau dia langsung mendapatkan lirikan sinis dan julid dari ibu-ibu yang nomor antriannya sebelum Hadi.

"Sabar, Di. Ini tinggal satu orang lagi. Kalo lo udah pusing banget, lo tunggu aja di mobil. Nanti gue panggil" ucap Zena yang jadi tidak tega melihat Hadi sudah duduk lemas di kursi panjang itu.

"Di sini aja gue nunggu, bang. Males juga pergi ke tempat parkir lagi" ucap Hadi yang menyandarkan kepalanya ke pundak Zena.

Zena tidak keberatan akan hal itu. Dia juga tahu kalau Hadi sedang tidak enak badan.

Tidak membutuhkan waktu lama, akhirnya nama Hadi dipanggil. Zena sampai membangunkan Hadi yang ternyata tertidur di pundaknya Zena.

"Gile, bang. Pundak lo nyaman banget. Langsung tidur nyenyak gue" ucap Hadi lalu dia menarik ingus nya sambil menatap Zena dengan mata sayu nya itu.

"Itu karena lo lagi sakit aja. Makanya, lo mudah banget tidur" ucap Zena yang membantu Hadi masuk ke dalam ruangan dokter.

"Lah? Ternyata elu, Zen? Anak siapa, nih yang lo bawa berobat?" tanya temannya Zena si pemilik klinik ini.

"Temen gue" jawab Zena, dia biarkan Hadi berbaring di bankar. Sedangkan temannya itu mulai berjalan mendekati Hadi yang mengeluh karena tubuhnya terasa ngilu.

"Ternyata, lo ada juga temen selain Leo. Biasanya lo sama dia mulu."

Zena berdecak, "Leo yang nggak ada temen. Makanya, gue temenin terus."

Temannya Zena itu tertawa mendengar ucapan Zena sambil memasangkan stetoskop nya.

"Qoni, tolong bantuin gue, dong" ucap temannya Zena membuat Hadi tertegun setelah mendengar nama itu.

Hadi pun mencari sosok yang bernama Qoni tersebut. Disaat itulah, Hadi melihat seorang gadis yang dulu merawat Hana yang babak belur karena dikeroyok rentenir.

"Loh? Hadi?"

"Mbak Qoni?"

***

"Nandaaa, kamu baik-baik aja? Apa perlu papa bantu urus surat wasiat?"

"Pa, aku ini batuk dan pilek. Maksud papa apa ngomong begitu? Papa doain aku mati?!" kesal Nanda sambil menatap jengkel ke Darma yang malah hanya cengengesan.

Nanda yang sudah sakit kepalanya karena batuk dan pilek yang menerjang, sekarang semakin sakit karena Darma datang ke rumah. Sepertinya, Pak Rahmat memberitahu ayahnya bahwa dia izin pulang cepat karena tidak enak badan.

[FF NCT DREAM] KARSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang