Chapter 5

977 101 3
                                    

Mada hanya bisa menghembuskan nafas lelah setelah melihat wajah tidak rela dari enam adiknya ketika laki-laki tersebut sedang menunggu jemputan dari temannya untuk pergi ke bandara.

Hari ini, Mada akan pergi ke luar kota bersama dua rekan kerjanya untuk menjalani pelatihan selama tiga hari.

Walaupun sebenarnya tiga hari itu bukan lah waktu yang lama.

Namun, bagi kelima pemuda tersebut, tiga hari adalah waktu yang sangat lama. Terlebih lagi, si tertua yang biasanya mampu mengontrol emosinya Renjana sedang pergi.

Iya, kelima pemuda tersebut (kecuali Renjana) langsung lemas ketika memikirkan selama tiga hari ini, mereka tidak bisa bebas melakukan apa pun karena tingkah laku mereka akan diawasi oleh Renjana.

Biasanya, ketika Renjana mengomel dan mulai tidak terkendali, maka Mada yang akan menjadi penengah. Dengan mudah, Mada mampu meredakan kekesalan Renjana jika mereka melakukan sesuatu yang aneh-aneh (menurut versinya Renjana, kalau menurut mereka berlima, mereka itu tidak pernah melakukan hal yang aneh).

"Bang, kenapa abang nggak nolak aja, sih bang?" ucap Cakra yang terlihat sekali kalau dia yang paling tidak rela melihat Mada pergi.

Mada menghela nafas lelah.

Bagaimana bisa dia menolak permintaan bos nya?

"Mana bisa dia nolak, Cak. Bang Mada itu kerja sama orang lain, bukan kerja sama bapaknya" sahut Hadi yang terdengar jengkel karena Cakra tidak mengerti juga dengan konsep budak korporat.

"Lu mah, keseringan ngelihat Nanda, makanya lu pikir bisa sesuka hati kerja sama orang" ucap Janu dan Nanda yang mendengarnya pun mendengus lalu menatap Janu dengan sinis.

"Heh, lo aja suka semena-mena sama Pak Arka, padahal Pak Arka itu bukan bapak lo, anjir" ucap Nanda yang selalu melihat Janu bisa pergi dan pulang bekerja sesuka hatinya. Cuti sesuka hatinya. Bahkan, Janu marah-marah ke Pak Arka pun, bosnya itu tidak ada tanda-tanda ingin memecat Janu.

"Gue mana ada semena-mena sama Pak Arka? Pak Arka aja yang nggak bisa ngadepin gue" ucap Janu penuh kesombongan.

"Halah! Lo itu dianak emaskan karena lo bestie nya Renja. Kalo bukan, mungkin udah dipecat lo dari hari pertama!" celetuk Hadi membuat Janu memberengut kesal.

"Udah ah! Kalian ini kenapa suka banget ribut di setiap waktu dan tempat? Kalian nggak mau pamitan sama Bang Mada apa?" gerutu Renjana yang sudah pusing mendengar perdebatan teman-temannya.

Mada lagi-lagi menghela nafas karena tingkah ajaib adik-adiknya.

Mada merasa beruntung karena di antara enam adiknya, masih ada Jiro dan Renjana yang agak normal.

Tepat setelah Renjana berbicara, Jiro langsung berjalan menghampiri Mada.

"Hati-hati ya kak, jangan lupa selalu ngasih kabar ke kita dan kasih tahu juga kalau mau pulang" ucap Jiro membuat Mada tersenyum haru.

"Iya, Jiro. Ya ampun, kenapa lo gemesin banget?!" ucap Mada yang sudah gregetan sendiri ingin mencubit kedua pipi Jiro.

"Gue nggak gemesin bang?! Cuma Jiro aja nih?!" seru Cakra dengan nada merajuknya.

Mada terkekeh pelan, "Iyaa, lo juga gemesin kok, Cak. Tapi, kebanyakan nyebelinnya" ucap Mada membuat Cakra semakin merajuk.

"Gue nggak bang?" ucap Nanda sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Sadar diri, Nan" ucap Hadi penuh keki.

"Gue juga gemesin tahu!" seru Nanda, dia tidak terima setelah mendengar ucapan Hadi.

[FF NCT DREAM] KARSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang