Chapter 38

410 80 18
                                    

"Hari ini adek nya Nanda masak apaaaa?"

Hadi mengernyit jijik setelah mendengar Nanda berbicara dengan nada manja dan terlihat ceria. Rasanya Hadi ingin menyiram Nanda dengan air putih yang ia minum karena sudah merusak mood nya di pagi hari.

"Jijik, Nan, JIJIK!" sahut Hadi yang sedang menonton berita di ruang tengah.

Nanda mendelik sinis ke Hadi, "Kenapa, sih? Iri ya?"

Hadi bergidik ngeri, dia memilih mengabaikan Nanda yang suasana hatinya begitu cerah dan sangat menyilaukan pagi ini. Biasanya anak itu akan merengut di pagi hari, apalagi kalau pergi bekerja. Sepertinya, suasana hati Nanda menjadi sebaik ini karena semalam dia sudah berbaikan dengan Renjana.

Dan tentu saja tebakan Hadi benar. Nanda benar-benar senang karena dia dengan Renjana tidak perlu marahan sampai berhari-hari karena Renjana yang terlebih dahulu menghampiri Nanda. Apalagi, ketika Nanda tahu kalau Renjana ingin secepat mungkin menyelesaikan masalah di antara mereka karena Renjana tidak betah lama-lama bertengkar dengan Nanda.

Mengetahui hal itu, Nanda merasa kalau kehadirannya begitu berarti bagi orang lain. Selama ini, orang-orang yang bertengkar dengan Nanda akan memilih menjauhi Nanda atau pun melemparkan kesalahan mereka ke Nanda. Mereka juga tidak peduli jika mereka dengan Nanda harus diam-diaman sampai bertahun-tahun.

Namun, baru kali ini, Nanda bertemu dengan seorang teman yang tidak mau berlarut-larut dalam masalah dengan Nanda. Terlebih, Renjana meminta maaf dan mengakui kesalahannya, dia tidak melemparkan kesalahannya ke Nanda seprerti yang selalu orang lain lakukan kepada Nanda.

"Gue seneng bangeeeet, Reen, gue seneng karena punya temen dan saudara kayak lo" ucap Nanda tiba-tiba ke Renjana yang sedang mengaduk nasi goreng (sarapan andalan para tujuh bujang).

Renjana menatap Nanda dengan keheranan. Tapi, karena melihat senyum lebar Nanda yang terlihat manis dan lucu itu, membuat Renjana akhirnya ikut tersenyum dan merasakan kebahagiaan Nanda.

"Aku jugaa" sahut Renjana dan dia kembali mengaduk nasi goreng yang ada di dalam kuali.

Nanda terkekeh sembari berjalan menuju ruang tengah yang ternyata sudah ada teman-temannya di sana. Mereka berlima kompak menatap Nanda dengan kernyitan heran karena tidak biasa melihat Nanda seperti itu.

Seketika senyuman Nanda menghilang dan menatap kelima temannya itu dengan datar.

"Ngapain kalian lihatin gue?! Nggak biasa ngelihat orang ganteng?!" ucap Nanda yang berjalan dengan gaya sombongnya.

"Minggir lu, gue pengen duduk di sini!" seru Nanda sambil menendang-nendang kaki Janu yang sedang duduk di sofa.

"Gue juga pengen duduk di sini!" ucap Janu dan jadi lah mereka berdua saling bertatapan sengit.

"Ya Allah, Ya Rabb, cuma rebutan tempat duduuuk, pagi-pagi kalian ribut cuma karena tempat duduuuuuuk" keluh Mada yang rasanya ingin menegak obat sakit kepala karena melihat Janu dan Nanda sudah bergelut demi memperebutkan tempat duduk.

Cakra sangat menikmati keributan ini, dia mengabadikan kelakuan konyol dua abangnya menggunakan kamera ponsel sambil tertawa dengan tawa lumba-lumbanya.

"Heh! Berhenti nggak lu berdua! Kayak bocah SD aja kalian!" omel Hadi yang memukul Janu dan Nanda menggunakan bantal sofa.

Jiro diam saja menonton tingkah ajaib para abangnya. Biarlah Jiro menjadi anak yang kalem. Dia ingin menjadi pria dewasa dan tidak mau kekanak-kanakan seperti dua abangnya ini.

"Kalian kalo masih gelut, jatah nasi goreng kalian aku kasih ke Cakra, ya?" ancam Renjana yang sudah pusing melihat tingkah Janu dan Nanda di pagi hari.

[FF NCT DREAM] KARSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang