Seperti biasa, suasana di rumah ini akan sepi di pagi hari. Waktu telah menunjukkan pukul 6 pagi, tetapi belum ada satu pun yang terbangun. Hanya Renjana yang sudah terbangun dan memang dia tidak tidur lagi setelah dia melaksanakan Salat Subuh.
Tidak seperti Jiro, anak itu setelah berdo'a langsung mendaratkan tubuhnya di atas tempat tidur lalu kembali bergelung di dalam selimut, meninggalkan sajadah dan sarungnya tergeletak di lantai.
Untung saja yang melakukan hal seperti ini adalah Jiro. Renjana masih memiliki banyak stock kesabaran untuk Jiro.
Setelah Renjana melipat selimutnya sendiri, dia pun membangunkan Jiro yang tidak juga terbangun.
"Jiro, bangun, kamu nggak kuliah?" ucap Renjana sambil menggoyangkan lengan Jiro.
Jiro sendiri masih terlelap, bahkan tidak ada tanda-tanda ingin terbangun membuat Renjana berdecak kesal. Pemuda itu pun membiarkan Jiro tidur, dia memilih membangunkan teman-temannya yang lain.
Renjana keluar dari kamar lalu membuka pintu kamar Janu, Nanda, dan Mada.
Di kamar tersebut saat ini hanya ada Janu dan Nanda karena Mada sendiri masih mengikuti pelatihan di luar kota.
Renjana berjalan menuju tempat tidur milik Nanda. Memang anak itu membawa tempat tidurnya sendiri, sebuah single bed dengan kasur yang empuk kalau kata Janu. Semua orang akan langsung tertidur nyenyak kalau sudah membaringkan tubuh di atas tempat tidur milik Nanda.
Sedangkan Janu dan Mada tidur berdua di tempat tidur bertingkat. Janu tidur di bagian bawah dan entah kenapa hari ini Janu malah tidur di bagian atas.
"Nanda, bangun! Siap-siap kerja!" seru Renjana sambil menarik selimut Nanda sehingga Nanda mengeluh kedinginan.
"NANDA!"
"Ya ampun, suara lo Renjanaaa" erang Janu yang justru terbangun karena seruan dari Renjana.
Semakin hari Renjana semakin galak saja di mata Janu. Padahal, Janu ingat sekali, Renjana dulu tidak seganas ini. Kalau pun cerewet juga tidak secerewet sekarang. Tutur katanya masih lembut dan jarang sekali marah-marah. Tapi, lihatlah monster kecil yang Janu lihat ini.
Renjana dengan brutal menarik tangan Nanda sehingga pemuda yang padahal beratnya lebih berat dari Renjana langsung terbangun dalam sekali tarikan.
Sebuah pemandangan yang membuat Janu langsung membuka matanya lebar-lebar dan turun dari tempat tidur.
"Gue udah bangun, Ren! Sekarang gue mau mandi!" ucap Janu yang menyambar handuknya yang ia gantung di dekat pintu.
Renjana hanya mengernyit melihat tingkah Janu.
"Bagus deh Janu udah bangun, sekarang tinggal bangunin Hadi sama Cakra" gumam Renjana.
"Gue males kerja, Ren. Gantiin gue kerja dong, Ren" ucap Nanda sambil menggaruk kepalanya dan menatap Renjana dengan tatapan mengantuk.
"Terus kalau aku gantiin kamu, siapa nanti yang ngerjain kerjaan aku, Nanda?" kesal Renjana.
Renjana pun meraih handuk milik Nanda lalu memberikannya ke anak itu.
Nanda berdecak kesal karena Renjana memaksanya berkerja padahal dia tidak mau pergi bekerja hari ini. Dia masih ingin tidur sampai siang nanti dan Renjana malah membangunkannya.
"Adek durhaka lo, Ren" gerutu Nanda sambil berjalan terseok menuju kamar mandi, membuat Renjana menatap saudaranya itu dengan datar.
"Padahal dia yang lebih durhaka!"
***
Tidak susah membangunkan Hadi dan Cakra apalagi kalau kedua pemuda itu memiliki jadwal kuliah di pagi hari. Mereka berdua akan menyetel alarm dan berusaha untuk tidak tidur terlalu malam. Makanya, ketika Renjana ingin membangunkan Hadi dan Cakra, kedua pemuda itu terlihat berjalan menuju kamar mandi yang ada di lantai dua.
KAMU SEDANG MEMBACA
[FF NCT DREAM] KARSA
Fanfiction*Lanjutan dari cerita Teduh* Hanya keseharian tujuh pemuda setelah semua masalah yang terjadi.. Cast: 1. Mark Lee as Mada Cazim 2. Huang Renjun as Renjana Wistara 3. Lee Jeno as Janu Oliver 4. Lee Haechan as Hadinata Byantara 5. Na Jaemin as Nanda G...