Chapter 9

473 76 30
                                    

Sebenarnya Jiro tidak tahu kenapa tiba-tiba Nanda memanggilnya setelah mereka semua selesai makan malam hari itu.

Ketika Jiro hendak kembali ke kamarnya setelah dia membuang sampah, disaat itulah Nanda memanggil Jiro dan meminta Jiro untuk menemuinya di teras depan.

Jiro pun berjalan menuju teras depan dengan perasaan campur aduk, itu karena tidak biasanya Nanda memanggilnya dan berbicara berdua saja bersama Jiro.

"Kak?" ucap Jiro membuat Nanda yang sedang merokok di teras langsung menolehkan kepalanya ke Jiro.

Satu kaki Nanda terangkat dan ia taruh di atas kursi. Terdapat satu gelas kopi hitam di atas meja. Kopi yang merupakan buatan Janu. Entah enak atau tidak, Nanda belum ada keberanian mencicipi kopi buatan Janu.

Nanda tanpa mengatakan apa-apa menepuk kursi kosong yang ada di sampingnya. Melihat hal itu, Jiro pun duduk di kursi kosong itu.

"Gimana kuliah lo, Ji?" tanya Nanda ke Jiro yang mengernyitkan alisnya.

Tumben sekali Nanda membicarakan hal serius seperti ini? Karena, biasanya percakapan seperti ini, Jiro lakukan bersama Mada.

Kalau mengobrol dengan Nanda, paling hanya obrolan ringan bahkan sampai candaan kotor yang membuat telinga Jiro merah ketika mendengarnya.

"Baik, kok kak" jawab Jiro.

Jiro merasa dia menjalani hari-harinya dengan baik di kampus walaupun sebelumnya dia membuat Jery babak belur.

Jiro pikir, Jery akan membalas perbuatannya. Seperti, menyebarkan kalau Farhan itu adalah kakaknya Jiro.

Tapi, Jiro malah tidak mendapatkan balasan apa-apa. Bahkan, Jery tidak masuk setelah Jiro memukulnya, membuat Jiro berpikir, apakah Jiro sangat keras memukul Jery?

Lalu, teman-teman Jery pun juga tidak kelihatan batang hidungnya kemarin padahal sudah jelas Jiro memiliki jadwal kelas yang sama dengan teman-teman Jery.

"Pasti lo mikirin Jery, kan?" tanya Nanda membuat Jiro tertegun.

Jiro menoleh cepat ke arah Nanda yang dengan tenang menyesap lalu menghembuskan asap rokoknya.

"Hmm..., dia baik-baik aja, Ji. Cuma luka lebam dan patah tulang hidung. Tapi, sisanya dia baik-baik aja" jelas Nanda membuat Jiro tertegun.

Bagaimana Nanda bisa tahu?

Nanda melirik Jiro lalu dia kembali menghembuskan asap rokoknya.

"Cakra cerita kalo Jery itu resenya udah keterlaluan sama lo. Jadi, gue cuma nyaritahu sedikit tentang Jery. Gue samperin, deh. Dan, gue kasih dia nasihat sama motivasi supaya hidup dia nggak ngerecokin orang lain terus" jelas Nanda yang entah kenapa membuat Jiro merinding.

Semudah itu Nanda memukul mundur Jery tanpa harus susah payah mengotori tangannya.

"Nggak mudah juga, sih bikin anak bebal kayak dia diem. Tapi, yah, nggak sulit juga buat dia bertekuk lutut" ucap Nanda dengan santai.

Jiro jadi tidak tahu, apakah dia harus mengucapkan terima kasih atau tidak karena Nanda sampai repot-repot turun tangan untuk membereskan masalah Jiro dengan Jery.

Di sisi lain, Jiro sedikit takut dengan kakaknya ini.

Hanya memerlukan satu jentikan jari, Nanda mampu membuat orang-orang yang berani macam-macam dengannya bertekuk lutut.

Dan, Jiro merasa, kalau sepertinya Nanda mengawasi mereka semua tanpa sepengetahuan mereka.

"Lo kan sekamar sama Renja, dia ngapain aja selama ini?" tanya Nanda yang tiba-tiba mengubah topik pembicaraan.

[FF NCT DREAM] KARSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang