Jiro merasa ada yang aneh dengan Cakra sekembalinya mereka dari kantin tadi siang. Temannya itu lebih banyak diam dan wajahnya terlihat murung. Jiro tahu kalau ada yang salah dengan Cakra, tetapi dia tidak terlalu bisa menghibur seseorang yang sedang sedih. Jiro hanya takut, kalau dia malah mengucapkan sebuah kalimat yang justru membuat seseorang malah semakin sedih.
Maka dari itu, Jiro memilih untuk pura-pura tidak tahu saja kalau terjadi sesuatu dengan Cakra walaupun dia sebenarnya merasa kurang nyaman karena tidak biasanya Cakra seperti ini. Pasti di perjalanan mereka menuju rumah, dipenuhi oleh ocehan Cakra.
Jiro merasa, mereka berdua terlalu sunyi, terlebih, di rumah ini hanya ada mereka berdua karena kakak-kakaknya yang lain belum pulang.
Karena tidak mau keadaan terlalu hening di antara mereka berdua, maka Jiro memutuskan untuk menghidupkan televisi. Dia berharap di jam segini sudah ada acara yang bisa menghibur Cakra.
"Ji."
Jiro yang sedang mencari siaran TV kesukaannya itu pun langsung menoleh ke Cakra.
"Kenapa, Cak?" tanya Jiro, jantungnya sudah berdegup kencang.
Dia merasa kalau Cakra akan membicarakan apa yang membuatnya sedih hari ini. Jiro sampai memikirkan kalimat-kalimat untuk menghibur Cakra di dalam kepalanya.
Apa aku cari di google dulu aja, ya?
Batin Jiro yang frustasi karena tidak bisa menemukan kalimat yang pas untuk menghibur Cakra. Diam-diam Jiro mencari keberadaan ponselnya supaya dia bisa mencari di internet apa saja kalimat yang cocok untuk menghibur teman.
"Nggak usah mencoba menghibur gue, Ji. Gue tahu lo payah dalam hal itu. Lo cukup dengerin gue aja" ucap Cakra yang membuat Jiro merasa tertangkap basah.
Jiro meringis ke Cakra, dia kembali meletakkan ponselnya di samping tubuhnya.
"Maaf, Cak" ucap Jiro dan Cakra yang mendengarnya hanya menghela nafas lelah.
"Ngapain juga lo minta maaf? Gue udah hafal banget sama perangai lo. Jadi, lo cukup dengerin gue aja" ucap Cakra yang menyandarkan tubuh lelahnya di sofa.
Jiro tersenyum kikuk, "Jadi, kenapa kamu kelihatan sedih?"
Cakra kembali menghela nafasnya.
"Teman-teman Julian nyangka kalo gue yang jebak Julian karena selama ini gue selalu ke kost nya Julian" ucap Cakra membuat Jiro mengernyitkan alisnya bingung.
"Bukannya Julian memang ketangkep sendiri ya? Kalo nggak salah, karena ketua nya ditangkap, jadi ketuanya ini beberin siapa aja anak buahnya ke polisi?" ucap Jiro yang pernah mendengar masalah Julian ini dari Nanda ketika Cakra sendiri menanyakan ke Nanda mengenai kasusnya Julian.
Cakra menganggukkan kepalanya dengan lemas. Dia juga tahu akan hal itu dari Nanda. Tetapi, dia tidak mengerti kenapa malah ada kabar simpang siur mengenai dirinya lah yang melaporkan Julian ke polisi.
Padahal, sudah jelas berita yang disiarkan di televisi kalau Julian memang ditangkap oleh polisi karena ketuanya yang memberitahu.
"Masalahnya, ada yang bilang ke teman-teman Julian kalo gue yang jebak Julian. Dan mereka bertiga percaya karena yaaah, mereka pikir gue itu kan anak orang kaya, pasti punya kuasa buat bisa ngelakuin itu semua" jelas Cakra dan Jiro pun menganggukkan kepalanya.
Dia mengerti di mana letak masalahnya Cakra sekarang.
"Kayaknya, ada seseorang yang memang pengen jelekin reputasi kamu, deh Cak" ucap Jiro, memberitahukan apa yang ia tangkap dari permasalahan Cakra itu.
"Reputasi gue udah jelek kali, Ji. Semenjak kejadian gue yang menghina kosnya Julian itu. Walaupun Julian udah berusaha menjelaskan kalau semua itu salah paham. Tetep aja ada yang nggak suka sama gue" jelas Cakra.
KAMU SEDANG MEMBACA
[FF NCT DREAM] KARSA
Fiksi Penggemar*Lanjutan dari cerita Teduh* Hanya keseharian tujuh pemuda setelah semua masalah yang terjadi.. Cast: 1. Mark Lee as Mada Cazim 2. Huang Renjun as Renjana Wistara 3. Lee Jeno as Janu Oliver 4. Lee Haechan as Hadinata Byantara 5. Na Jaemin as Nanda G...