Chapter 48

417 81 16
                                    

Zena dan Leo tiba di rumah sakit setelah Hadi meminta izin kepada Zena untuk tidak pergi bekerja hari ini. Mereka berdua terlihat khawatir setelah melihat Hana terbaring lemah di ranjang pesakitan itu meskipun Hana sudah membuka kedua matanya dan memberikan senyuman manisnya kepada Zena serta Leo.

Karena semua teman Hadi harus pergi bekerja dan kuliah, membuat Zena serta Leo menawarkan diri mereka untuk menjaga Hadi dan Hana, meskipun sudah ada dua bodyguard dari Keluarga Graciano untuk menjaga Hana.

Kalau kata Zena, Jamal itu terkadang bisa nekad ketika dia mendapati musuhnya belum juga menderita. Dia akan melakukan apa pun untuk membalaskan dendamnya. Dia tidak peduli kalau lawannya tahu kalau semua ini dilakukan olehnya. Malah, Jamal sangat senang kalau musuhnya tahu bahwa dia lah yang menyebabkan si musuh atau keluarga dekat musuhnya celaka.

"Lukanya masih terasa sakit, Hana?" tanya Zena kepada Hana yang menggelengkan kepalanya.

"Nggak, kok Bang Zen. Kalau pun sakit, aku bisa tahan, kok rasa sakitnya" ucap Hana berusaha terdengar semangat meskipun sebenarnya suaranya terdengar lemah. Sepertinya, Hana masih memerlukan waktu yang cukup untuk memulihkan tenaganya.

"Jangan ditahan, bilang aja kalo sakit, nanti abang-abang di sini langsung panggil Dokter Elias" ucap Zena sambil tersenyum hangat ke Hana yang menganggukkan kepalanya mengerti.

"Abang tahu kamu nggak mau bikin Hadi khawatir. Tapi, kalau kamu diam, yang ada kamu malah nyakitin hati abang kamu, Hana. Dia pasti merasa kalau dia tidak bisa diandalkan karena kamu nggak ngomong apa-apa ke dia" ucap Zena lagi membuat Hana merenungi nasihat kecil dari Zena.

Hana melirik Hadi yang sedang mengobrol dengan Leo. Terlihat sekali bahwa kakaknya itu lelah dan kurang tidur. Mata kakaknya juga sembab dan bengkak, menandakan kalau sang kakak menangisinya dengan keras.

Zena mengusap pelan pucuk kepala Hana, dia memberikan senyuman terbaiknya untuk Hana. Zena merasa kalau Hadi benar-benar beruntung memiliki adik yang sangat menyayanginya dan selalu mengkhawatirkannya. Terlihat dari sorot mata Hana kalau dia tidak suka melihat kakaknya menangis.

"Kalian berdua saudara yang manis dan lucu. Semoga setelah ini, kalian bahagia terus ya.." gumam Zena yang terenyuh hatinya melihat tujuh bujang ini harus terlibat dengan kegilaan Jamal.

Hana menatap Zena dengan terharu.

"Makasih, abang.."

Zena pun kembali tersenyum, dia berjalan menuju Hadi dan Leo yang entah sedang membicarakan apa tetapi sepertinya pembicaraan mereka cukup seru.

Zena duduk di samping Leo. Pria itu tidak sadar kalau dia menghela nafasnya cukup keras dan hal itu menarik perhatian Hadi serta Leo, bahkan Hana yang hampir memejamkan matanya karena mengantuk itu pun, mengarahkan pandangannya ke Zena karena kerasnya pria tersebut menghela nafasnya.

"Kenapa lo?" tanya Leo yang menepuk pundak Zena dengan pelan.

"Gue nggak habis pikir sama Jammy, Le" jawab Zena yang memejamkan matanya. Kepalanya langsung sakit padahal yang dia lakukan hanyalah menyebut nama Jamal.

"Sama bang, gue juga nggak habis pikir sama bajingan itu. Rasa pengen gue tonjok congor nya" geram Hadi.

Sebenarnya, Hadi ingin pergi ke rumah tahanan sendirian. Dia tidak sabar menunggu Nanda yang katanya, akan menemani Hadi ke sana nanti. Dan Hadi tidak mau pergi ke sana nanti. Dia ingin pergi sekarang.

"Jangan aneh-aneh kamu Hadi! Pokoknya kalo kamu mau ke sana, kamu harus pergi sama Nanda! Kan kamu sendiri yang bilang kalo kita harus waspada. Siapa tahu ini juga jebakan, dan kamu malah dibuat babak belur sama Jamal!"

[FF NCT DREAM] KARSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang