Chapter 16

454 79 23
                                    

Walaupun Jiro berusaha tidak peduli. Tetapi, dia tetap penasaran juga.

Sudah beberapa hari Jery tidak masuk. Semenjak kejadian Jiro memukul Jery, tidak ada satu pun teman yang satu kelas dengan Jiro berusaha berbicara dengan anak itu. Hanya Wina yang masih berbicara dengan Jiro ketika mereka berada di jadwal yang sama. Sisanya, tidak ada yang berani mendekati Jiro. Bahkan, ketika dosen mereka mengadakan tugas kelompok pun, Jiro tahu kalau teman-temannya berusaha tidak sekelompok dengan Jiro.

Yang membuat Jiro penasaran adalah, kenapa Jery begitu lama tidak masuk kampus?

Jiro tahu kalau Nanda sudah berbuat sesuatu terhadap Jery. Tetapi, Nanda tidak memberitahu bagaimana keadaan Jery secara detail. Nanda hanya mengatakan bahwa Jery baik-baik saja. Sisanya, Nanda tidak mau menceritakan apa-apa.

"Ji, kita sekelompok yaa" ucap Wina yang sedang membereskan buku serta alat tulisnya yang ada di atas meja.

Jiro pun menganggukkan kepalanya dan ikut membereskan barang-barangnya itu lalu memasukkannya ke dalam tas.

"Cuma kita berdua?" tanya Jiro.

Wina meringis mendengar pertanyaan Jiro. Pacar dari Satria itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Gue usahain nyari anggota baru lagi. Satu kelompok terdiri dari lima anggota, Ji. Dan lo tahu lah, semenjak kejadian lo nonjokin Jery, kebanyakan mereka menghindar dari lo" jelas Wina sambil menunjuk beberapa teman sekelas mereka menggunakan dagunya.

Jiro menoleh ke arah beberapa teman-teman sekelasnya yang sedang sibuk mencari anggota kelompok. Jiro kedapatan satu mahasiswi yang menatapnya lalu langsung membuang pandangannya dari Jiro sambil gelagapan.

Mahasiswi itu membisikkan sesuatu ke temannya sehingga temannya itu menoleh ke Jiro. Sang teman terlihat terkejut karena Jiro melihat ke arah mereka berdua. Lalu, teman si mahasiswi itu langsung pergi keluar kelas sambil menarik si mahasiswi yang kepergok oleh Jiro tadi.

"Reaksi mereka kayak dilihatin monster" ucap Jiro dengan nada suara terdengar sedih.

Sebenarnya, Jiro tidak menyesal sudah memukul Jery. Dia malah puas karena berhasil melampiaskan kekesalannya terhadap Jery.

Jiro merasa kalau Jery pantas mendapatkan pukulan itu.

Hanya saja, jika pada akhirnya Jiro mendapatkan reaksi seperti ini dari teman-temannya, Jiro jadi berpikir, apa seharusnya dia tidak perlu memukul Jery sampai segitunya?

Wina berdecak mendengar ucapan Jiro.

"Mereka lebay aja ituu, paling diem-diem mereka seneng lo mukulin Jery. Semua mahasiswa di angkatan kita mana ada yang suka sama Jery?" ucap Wina.

"Gue aja seneng pas tahu lo nonjokin Jery. Sayang banget lo nggak nonjok mulut lemesnya Jery. Kalo gue jadi lo, yang pertama kali gue tonjok itu ya mulut lemesnya Jery" ucap Wina lagi dengan menggebu-gebu membuat Jiro terkekeh pelan mendengar ucapannya.

Wina terlihat lega karena Jiro yang tadinya sedih karena melihat reaksi teman sekelas mereka, sekarang kembali menemukan senyumnya meskipun Jiro belum bisa seceria sebelumnya.

Wina pun menepuk pelan pundak Jiro beberapa kali.

"Ji, gue tahu kok kalo gue nggak deket sama lo. Tapi, gue bakalan dengerin kalo lo butuh temen cerita. Dan, kalo ada yang macem-macem sama lo, bilang aja ke gue" ucap Wina sambil membusungkan dadanya dengan sombong.

Jiro tersenyum mendengar kalimat manis itu dari Wina. Kenapa sejak awal mereka tidak bertemu ya? Mungkin hari pertama Jiro sebagai mahasiswa akan menjadi lebih menyenangkan jika dari awal dia bertemu dengan Wina.

[FF NCT DREAM] KARSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang