Jiro menghembuskan nafas lega setelah dia berhasil mempresentasikan tugasnya di depan kelas. Untung saja tidak banyak mahasiswa rese yang bertanya ke Jiro seperti yang Wina dapatkan dari beberapa teman kelas mereka.
Sepertinya, semenjak Jiro dikabarkan memukul dua mahasiswa di sini, tidak ada satu pun mahasiswa yang mau mencari masalah dengan Jiro. Makanya, ketika dosen bertanya, apakah ada yang ingin mereka tanyakan ke Jiro, mereka hanya menanyakan pertanyaan sederhana dan mampu dijawab oleh Jiro dengan baik.
"Enak bener lu, Ji. Cuma dapat pertanyaan sederhana. Giliran gue? Mereka beringas banget!" bisik Wina sambil melirik sinis Angel yang duduk tepat di samping Wina.
Angel yang merupakan pengganti Jery sebagai komting kelas dan memang dikenal akan kepintarannya, selalu saja melontarkan pertanyaan yang membuat Wina mual-mual. Giliran Wina memberi pertanyaan paling sulit ke Angel, malah perempuan itu mampu menjawab pertanyaan Wina dengan baik dan bahkan mendapatkan pujian dari dosen.
"Tapi, tumben Jery nggak bertingkah? Gue kira dia bakalan rese ke lo waktu lo presentasi tadi" bisik Wina lagi dan hal itu membuat Jiro mengarahkan pandangannya ke Jery yang memang selalu saja duduk di depan.
"Lagi nggak mood aja dia mungkin. Biarin aja, deh Win. Aku juga malas berurusan sama dia lagi. Masalah aku udah banyak" ucap Jiro yang sebenarnya masih kepikiran dengan Renjana.
Jiro yakin mereka semua tidak fokus hari ini karena memikirkan keadaan Renjana yang entah ada di mana.
Kelas hari itu pun selesai dan presentasi akan dilanjutkan besok. Wina serta Jiro langsung membereskan barang-barang mereka dan memasukkannya ke dalam tas.
"Lo habis ini nggak ada kelas lagi, kan Ji?" tanya Wina dan Jiro menganggukkan kepalanya.
"Bagus! Berarti fix lo ikut nongkrong sama kita yaa. Ayo! Cepetan! Satria sama Cakra pasti udah nungguin di parkiran!" seru Wina yang menarik tangan Jiro keluar dari kelas sambil berlari kecil.
"Tunggu bentar, Win. Tas aku masih kebuka" ucap Jiro yang kesusahan memegang tasnya.
Tubuh Jiro terdorong ke depan dan hampir saja menabrak Wina karena tiba-tiba saja ada yang menyenggol Jiro dengan cukup keras dari belakang. Jiro melihat pelakunya adalah Jery yang menatap Jiro dengan sinis lalu kembali berjalan tanpa mengucapkan kata maaf.
"Woi! Nggak sopan lu!" seru Wina sambil menatap kesal Jery yang berjalan begitu saja tanpa mau menolehkan kepalanya ke belakang.
"Anak dajjal!" gerutu Wina.
"Udah, Win. Lagian aku nggak pa-pa" ucap Jiro berusaha menenangkan Wina.
"Paling nggak dia itu minta maaf, Ji. Bukannya melengos kayak gitu" gerutu Wina lagi.
"Iyaa, tapi seriusan, aku nggak pa-pa. Mending kita pergi ke parkiran, takutnya Cakra nanti ngomel-ngomel" ucap Jiro sambil mendorong pelan Wina dan mereka pun mulai berjalan menuju tempat parkir.
***
"Kenapa Renjana bisa hilang, Nuuu? Udah dua hari? Astaga..., ke mana perginya Renjana, Ya Tuhaaan."
Janu hanya bisa diam sambil menatap Dewi yang sudah lemas di samping Arka. Wanita itu beberapa kali memijit pelipisnya sambil terus menggumamkan nama Renjana.
Janu sudah bisa menebak kalau reaksi Dewi akan sehisteris ini. Beruntungnya, Arka bisa menenangkan Dewi meskipun setelahnya Dewi akan marah-marah pada John karena berani sekali membawa Renjana pergi.
"Darma udah tahu?" tanya Arka dan Janu menganggukkan kepalanya.
"Om Darma udah suruh Pak Reza buat nyariin Renja, tapi sampai sekarang belum ada kabar, pak" jelas Janu membuat Arka menghembuskan nafas lelah sedangkan Dewi kembali histeris.
KAMU SEDANG MEMBACA
[FF NCT DREAM] KARSA
Fiksi Penggemar*Lanjutan dari cerita Teduh* Hanya keseharian tujuh pemuda setelah semua masalah yang terjadi.. Cast: 1. Mark Lee as Mada Cazim 2. Huang Renjun as Renjana Wistara 3. Lee Jeno as Janu Oliver 4. Lee Haechan as Hadinata Byantara 5. Na Jaemin as Nanda G...