Chapter 18

471 79 14
                                    

Kegiatan yang sejak tadi Nanda lakukan hanyalah melamun.

Setelah Pak Reza menjelaskan situasi yang terjadi di rumah mereka, Nanda tidak henti memikirkan siapa orang yang masuk ke dalam rumah.

Bagaimana bisa orang itu berada di waktu yang tepat?

Orang itu masuk ke rumah mereka ketika pintu rumah terbuka lebar karena mereka semua saat itu panik melihat keadaan Renjana.

Bukankah itu artinya, orang tersebut berada di sekitar mereka? Memantau pergerakan mereka sehingga ketika dia mendapatkan waktu yang tepat, seseorang itu berhasil masuk ke dalam rumah.

Atau, bisa saja seseorang ini memang berniat memantau mereka sejak awal, dan kebetulan dia melihat keadaan pintu rumah mereka terbuka.

Nanda semakin mengernyitkan alisnya, ketika Pak Reza mengatakan bahwa tidak ada barang yang hilang di kamar yang dihuni oleh Mada, Janu, dan Nanda. Kamar mereka bertiga justru begitu rapi seperti tidak ada yang menyentuhnya sebelumnya. Kamar teman-temannya yang lain juga begitu.

"Ini antara ulah Jefry, Ilham, atau Ina?" gumam Nanda yang merasa kalau dia berada di jalan buntu.

Pelaku kali ini berhasil membuat Nanda tidak bisa menebak siapa dia.

"Emm..., Mas Nanda?"

Nanda mengerjapkan matanya. Mendengar suara yang familiar itu, Nanda baru tersadar kalau dia berada di tempat kerja dan sedang memperbaiki laporan yang akan diminta oleh Pak Rahmat pukul 10 nanti.

Dan sekarang sudah pukul setengah 11.

"Ah, laporannya belum selesai, pak. Bentar ya, saya kerjain secepat mungkin" ucap Nanda yang hendak mengerjakan laporan itu tetapi Pak Rahmat menahannya.

"Biar saya saja yang urus, mas. Lebih baik mas kerjain laporan yang ini saja" ucap Pak Rahmat yang benar-benar sudah pasrah karena sudah setengah jam dia menunggu perbaikan laporan dari Nanda, tetapi ternyata Nanda belum juga memperbaiki laporan itu.

"Oh, oke pak" ucap Nanda dengan santainya.

Dia pun memindahkan laporan tersebut ke flashdrive lalu memindahkan laporan baru yang diberi oleh Pak Rahmat ke dalam komputernya.

"Makasih, ya mas" ucap Pak Rahmat ke Nanda yang hanya mengangguk sebagai jawaban.

Sepeninggal Pak Rahmat, Nanda kembali memikirkan kemungkinan siapa yang masuk ke dalam rumah mereka bertujuh.

"Ck, gue harap ini bukan masalah serius. Jangan sampai ada korban lagi kayak sama Jamaludin kemaren."

***

Padahal Renjana merasa sangat sehat dan dia sudah siap pergi ke kantor. Tetapi, Nanda melarangnya pergi ke kantor karena Nanda merasa kalau Renjana belum terlalu fit pergi ke kantor.

Terjadi sedikit perdebatan di antara Renjana dan Nanda karena Renjana ingin pergi bekerja tetapi Nanda tidak mau Renjana bekerja dulu.

Perdebatan yang sangat indah itu akhirnya dimenangkan oleh Nanda.

Jika Nanda dalam mode galak dan cerewetnya, bahkan ibu-ibu penguasa jalanan pun tidak bisa mengalahkan mulut pedasnya Nanda.

Itulah mengapa, Renjana terjebak di rumah ini bersama Janu dan Hadi.

Janu tentu saja belum bisa bekerja dulu karena dia jalannya saja masih sedikit pincang.

Kalau untuk Hadi, dia sendiri tidak mempunyai jadwal kuliah dan Zena memberi kabar tadi pagi kalau Hadi tidak perlu ke toko hari ini karena Zena ingin memperbaiki tokonya.

[FF NCT DREAM] KARSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang