Chapter 98

657 102 20
                                    

Janu baru saja sampai di kantor dan dia mendapati Dewi serta Arka berjalan keluar dari kantor. Raut wajah mereka terlihat kurang bersahabat membuat Janu jadi takut masuk ke dalam gedung karena dia takut disemprot oleh Dewi dan Arka.

Masalahnya, Janu sudah terlambat masuk kerja.

Siapa yang menyangka kalau di tengah jalan akan ada percekcokan antara supir taksi online dengan supir angkot? Percekcokan mereka membuat alur lalu lintas menjadi lambat, alhasil Janu mencari jalan alternatif lain supaya dia bisa tepat waktu tiba di kantor. Tetapi, sayangnya, di tengah perjalanan pun, masih ada juga yang menghalangi Janu tiba di kantor tepat waktu.

Yaitu, razia polisi.

Sebuah perjalanan yang menguras tenaga dan emosi itu membuat Janu berhasil tiba di kantor dengan selamat tetapi sayangnya dia terlambat.

"Kenapa suram bener itu muka mereka berdua?" ucap Janu yang mulai melakukan aksi sembunyi-sembunyi supaya tidak ketahuan oleh Dewi dan Arka kalau dia baru saja tiba di kantor.

Tetapi, sepertinya, usaha Janu itu berakhir sia-sia, karena Dewi dan Arka justru melihat keberadaan Janu yang berusaha bersembunyi di balik mobil.

"Janu! Sini!" panggil Dewi yang membuat Janu rasanya ingin lari ke motor miliknya lalu kabur saja dari sini.

Meskipun rencana itu sudah ada di dalam kepalanya, dia tetap saja berjalan mendekati Dewi dan Arka karena tidak kau memperpanjang masalah. Janu sudah menyiapkan berbagai macam alasan serta kata-kata manis pada Dewi dan Arka supaya dia tidak kena omelan karena terlambat.

Baru saja Janu hendak membuka mulutnya, Dewi sudah berbicara terlebih dahulu dari Janu.

"Jiro pergi ke kampus?" tanya Dewi dengan aura melabraknya yang sangat kuat.

"I-Iya, mbak" jawab Janu yang jadi merinding karena melihat aura Dewi yang terlihat seperti ingin memakan orang.

"Kenapa kalian biarin Jiro ke kampus? Ada banyak wartawan di sana" ucap Arka membuat Janu mulai mengerti kenapa aura kedua orang ini cukup mengerikan.

Ternyata Arka dan Dewi sudah tahu mengenai artikel tentang Jiro.

"Itu karena Jiro sendiri nggak tahu tentang artikel itu, pak. Bukannya aneh kalo kita ngelarang dia ke kampus? Mana dia lagi ujian, pak" jelas Janu ke Arka dan Dewi yang saling bertatapan.

"Sekarang universitas nya Jiro dan Cakra itu dipenuhi sama wartawan yang haus informasi" ucap Dewi membuat Janu jadi khawatir dengan adiknya itu.

"Mbak sama Kak Arka mau pergi nemuin Kak Darma. Kamu jangan aneh-aneh selama mbak sama Kak Arka pergi" ucap Dewi ke Janu yang menganggukkan kepalanya mengerti.

Janu pun menatap Arka dan Dewi yang berjalan menuju tempat parkir. Jika kedua orang itu sampai ikut campur, bukankah itu artinya Jamal dan Nirmala sudah keterlaluan?

Janu mengepalkan kedua tangannya dengan kuat. Artikel mengenai adiknya Farhan itu menurut Janu sudah sangat keterlaluan. Dia benar-benar marah dan rasanya ingin dia bakar saja rumah tahanan tempat di mana Jamal mendekam. Kalau bisa, Janu akan menghampiri Jamal lalu memukulnya sampai babak belur.

"Apalagi rencana bajingan itu?"

***

Keran air itu Jiro hidupkan sehingga suara tangisnya tidak terdengar oleh orang yang keluar masuk toilet ini. Kedua tangannya menutupi wajahnya yang sudah dibasahi oleh air mata. Dadanya terasa sesak karena rasa sakit tidak tertahankan di hatinya.

Pemuda itu sesenggukan sambil sesekali dia menghapus air mata di kedua pipinya meskipun hal itu berakhir sia-sia karena tangisannya tidak mau berhenti.

[FF NCT DREAM] KARSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang