Chapter 40

680 94 28
                                    

"Elu jangan curang!"

Janu tidak memperdulikan seruan dari Hadi, dia tetap mengintip kartu yang Hadi pegang. Karena hal itu, Hadi pun juga mulai mengintip kartu milik Janu sehingga mereka berdua mulai bergulat di atas karpet berbulu itu.

"Kenapa permainannya jadi begini, sih?!" kesal Nanda karena melihat Hadi dan Janu malah bergelut di atas karpet untuk melihat kartu masing-masing.

Mada sendiri hanya bisa menatap lelah para adiknya yang bahkan untuk melakukan sebuah permainan saja, mereka masih bisa bertengkar.

Tepat setelah Mada menggoreng ikan dan memutuskan untuk membuat ikan asam manis, Nanda pulang ke rumah sambil membawa kartu UNO. Lalu, Hadi pun mengusulkan mereka memainkan kartu tersebut karena sudah lama juga Hadi tidak seru-seruan bersama para temannya karena teror dari Jamal ini.

Akhirnya, setelah makan malam, Mada, Janu, Hadi, Nanda, dan Jiro menggeser meja yang ada di ruang tengah lalu mereka duduk melingkar di karpet berbulu itu. Demi keberlangsungan permainan yang seru, mereka sepakat untuk meletakkan ponsel masing-masing di atas meja supaya mereka bisa fokus bermain tanpa ada yang mengganggu fokus mereka.

Cakra tidak ada di rumah karena dia menginap di rumah orang tuanya hari ini.

"Janu, nih yang curang!" kesal Hadi yang sudah puas menjambak rambut Janu.

Janu hanya bisa mengaduh kesakitan sambil mengusap rambutnya yang dijambak oleh Hadi. Memang Hadi akan berubah menjadi ganas kalau ada yang curang ketika bermain game. Kecuali kalau Hadi nya sendiri yang curang, anak itu akan melakukan berbagai macam pembelaan bahkan pembelaan tidak masuk akal sekali pun.

"Terus, ini gimana, kak? Lanjut main lagi?" tanya Jiro yang sudah ketiga kalinya mereka mengulangi permainan karena ada-ada saja yang curang.

"Ulang! Dan gue nggak mau duduk di samping beruk!" kesal Hadi yang memilih duduk di antara Mada dan Jiro.

Kalau dia duduk di samping Nanda juga hasilnya sama saja. Nanda akan memilih curang kalau dia ada kesempatan.

"Haaah, emang ya kalian ini, ada aja yang diributin!" gerutu Mada, anak itu mulai menyusun kartu UNO dan mengocoknya beberapa kali, lalu Mada membagi kartu tersebut ke para adiknya.

Mereka memulai kembali permainan dan kali ini permainan dilaksanakan tanpa ada kecurangan sama sekali. Nanda dan Janu duduk bersebelahan, namun mereka berdua sama-sama tidak memiliki kesempatan untuk curang karena mereka sama-sama ahli dalam berkelit.

"UNO!" seru Jiro, anak itu kegirangan karena dia lah yang pertama menyelesaikan permainan.

Jiro senyum-senyum ke para abangnya. Padahal, mereka sudah memiliki rencana supaya Jiro gagal menjadi yang pertama menang. Tetapi, karena melihat senyuman lucu dari Jiro, mereka pun jadi luluh dan membiarkan Jiro menang.

"Setelah ini, gue yang bakalan menang, jangan ngintip lo, Saipul!" kesal Hadi ke Janu yang sudah mulai mengintip kartu milik Hadi.

Jiro menonton permainan yang sengit dari para abangnya. Dan Jiro hanya bisa tertawa ketika dia menyadari, kalau Hadi, Janu, dan Nanda, memiliki rencana untuk membuat Mada kalah.

Setiap Mada memiliki sisa satu kartu dan mulai senyum-senyum sendiri karena yakin dia yang akan menjadi pemenang selanjutnya. Nanda dengan santainya mengeluarkan kartu keramat.

"Sialan lu, Nan!" sungut Mada sambil mengambil empat kartu.

Jiro melirik jam yang ada di ruang tengah, waktu menunjukkan pukul sebelas malam dan itu membuat Jiro langsung teringat dengan sesuatu.

"Kak, ini udah jam sebelas, loh. Kenapa Kak Renja belum pulang?"

Pertanyaan dari Jiro itu membuat mereka semua berhenti bermain. Janu langsung kelabakan mencari ponselnya. Dia baru ingat kalau Renjana meminta dijemput kalau misalnya dia pulang cepat.

[FF NCT DREAM] KARSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang