Chapter 21

760 107 32
                                    

Jiro hanya duduk diam di tempat duduknya.

Anak itu menatap lurus ke arah sepuluh jemarinya yang ia mainkan sedari tadi tanpa ada keinginan untuk menatap ketua prodinya yang saat ini juga tidak mengatakan apa-apa selain menatap Jiro.

Kali ini, Jiro benar-benar dikuasai oleh amarah sehingga dia tidak peduli dengan nasib perkuliahannya. Jiro juga sepertinya sudah masa bodo dengan pandangan orang lain terhadapnya. Dia benar-benar berada di ambang batas kesabarannya sekarang.

Padahal, selama ini, Jiro tidak pernah mencari masalah dengan orang lain. Tetapi, entah kenapa orang lain sangat suka mencari masalah dengannya. Entah memang karena orang tersebut sedang bosan dengan hidupnya. Atau memang orang tersebut suka mencari masalah karena masalah di dalam hidupnya kurang banyak?

"Jadi, apa alasan kamu memukul anak jelek itu?"

Pertanyaan dari ketua prodinya yang bernama Mira, membuat Jiro menegakkan kepalanya dan menatap lurus ke arah Mira yang sedang mencari sesuatu di dalam tasnya. Sebuah tas yang merupakan tas branded yang terkenal dengan harga setinggi langitnya.

"Karena dia menghina saya, bu. Padahal saya tidak berbuat salah ke dia. Saya saja tidak kenal dengan dia. Tapi, dia tiba-tiba menghina saya."

Jiro menjelaskan semua itu tanpa merasa gugup atau pun takut seperti yang biasa dia lakukan.

Jiro hanya merasa kalau dia memang tidak salah.

Jadi, untuk apa dia takut jika sebenarnya dia tidak memulai semua perkelahian itu?

"Hinaan macam apa yang dia katakan sampai-sampai dia pantas mendapatkan pukulan dari kamu?"

Jiro melihat Mira mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Sesuatu yang biasa digunakan oleh Nanda jika Renjana menyita rokoknya.

Vape.

Saking tertegunnya Jiro melihat sang dosen mengeluarkan benda tersebut dari tasnya membuat Jiro sampai lupa kalau dia harus menjawab pertanyaan dari Mira.

"Hei, jawab pertanyaan saya" ucap Mira setelah dia menghembuskan asap dari vape tersebut yang memiliki aroma manis seperti vanilla.

"Dia bilang kalau saya itu monster, bu" jawab Jiro akhirnya setelah dia terkena teguran dari Mira karena tidak kunjung menjawab pertanyaan darinya.

"Dia pantas mendapatkannya" ucap Mira dengan cuek sambil beberapa kali menganggukkan kepalanya mengerti.

"Iya?" ucap Jiro yang terdengar tidak percaya dengan ucapan Mira.

"Saya sejak awal tidak suka dengan si jelek itu. Dia sangat menjengkelkan dan menjijikkan. Selalu berusaha menarik perhatian saya supaya saya bisa memberikan nilai yang bagus untuk dia. Penjilat handal."

Mira menjelaskan semua itu sambil sesekali dia menghembuskan asap vape yang langsung memenuhi ruangan ketua prodi tersebut.

"Sejak awal saya sangat ingin memukulnya. Jadi, terima kasih sudah memukulnya Jiro. Kamu bisa kembali ke kelas" ucap Mira lagi membuat Jiro mengerjapkan matanya beberapa kali.

Jadi, dia benar-benar dilepaskan begitu saja oleh Mira?

"Kenapa kamu masih di sini? Sana pergi" ucap Mira lagi membuat Jiro terburu-buru berdiri dan tidak lupa dia mengucapkan terima kasih serta berpamitan dengan Mira.

Mira hanya menganggukkan kepala dan membiarkan Jiro keluar dari ruangannya yang sudah dipenuhi oleh asap vape serta bau vanilla.

Jiro benar-benar tidak menyangka kalau respon Mira akan seperti itu. Padahal, Jiro sudah berpikir bahwa dia dipaksa cuti oleh Mira atau Mira memberikan Jiro hukuman seperti pengurangan nilai di setiap mata kuliah yang ia ambil di semester ini.

[FF NCT DREAM] KARSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang