Chapter 59

257 66 26
                                    

Janu turun dari motornya seorang diri karena Renjana tidak bisa pergi bekerja hari ini. Temannya itu masih demam dan sedang dijaga oleh Hadi yang memang tidak ada jadwal kuliah.

Janu melepas helm nya dan ia taruh di atas jok motor. Setelah itu Janu berjalan menuju gedung kantornya dan dia menghembuskan nafas dengan kuat karena melihat Kirana lagi-lagi datang menemuinya di kantor.

Janu melengos ketika tidak sengaja pandangan mereka berdua bertemu. Meskipun Janu berusaha menghindar, Kirana tetap berlari ke arah Janu dan menghalangi Janu membuat pemuda itu marah, tetapi dia tidak bisa melakukan apa-apa karena saat ini beberapa karyawan yang lewat memperhatikan Janu dan Kirana, bahkan satpam pun juga melihat ke arah mereka.

"Lo itu nggak punya otak, ya? Perasaan gue lo itu dulu mahasiswa yang pintar Kirana. Kenapa sekarang lo malah jadi tolol begini?" bisik Janu sambil menatap kesal ke Kirana yang gemetar ketakutan karena Janu terlihat sangat marah.

"Janu, aku beneran minta tolong sama kamu, Nu. Aku nggak punya siapa-siapa lagi, Nu" ucap Kirana pada Janu yang mendengus geli setelah mendengarnya.

"Lo lupa sama Heru? Dia suami lo, by the way. Kasihan bener Heru punya istri yang nggak nganggep dia ada" ucap Janu dengan tatapan sinisnya ke Kirana.

"Heru nggak peduli sama aku, Nu. Orang tua Heru juga ngelarang aku buat ketemu sama Heru, anak aku sekarat, Nu. Aku beneran butuh bantuan tetapi nggak ada yang mau bantuin aku. Satu-satunya harapan aku cuma kamu, Nu" ucap Kirana yang menatap Janu dengan memelas. Dia sampai mengatupkan kedua telapak tangannya sambil memohon ke Janu.

"Anak siapa yang lo sebut-sebut ini, huh?"

Kirana terdiam setelah mendengar ucapan Janu yang terdengar dingin itu.

"Gue nggak bego ya, Kir. Gue inget banget kapan lo bilang kalo lo hamil. Nggak masuk akal kalo lo udah lahiran sekarang!"

Kirana tidak mampu berkata-kata. Kepala perempuan itu menunduk dalam, setelahnya, Kirana menatap Janu dengan kedua matanya yang berkaca-kaca.

"Gara-gara lo, gue harus ngalamin hal kayak gini, Janu.."

Janu terperangah.

"Sakit ni, cewek" ucap Janu.

"Sejak awal semua ini salah lo, ya. Kenapa lo mau aja jual keperawanan lo ke Heru?"

"Gara-gara lo, si Jammy anjing itu nggak berhenti nyuruh gue buat jebak lo, Janu! Lo kira enak digituin sama dia?! Gue stress! Rasanya pengen gue jambak rambut gue! Gara-gara lo! Gue juga harus kehilangan bayi gue! Masalah kalian sama Jammy malah ngebuat gue kena imbasnya tahu, nggak!"

Janu hanya diam mendengarkan seruan Kirana mengenai Jamal yang selalu saja meneror gadis itu. Sepertinya, siapa pun yang berurusan dengan Jamal tidak akan pernah ada yang bisa lepas. Bahkan, Kirana terjerat oleh Jamal.

"Tetep salah lo. Kenapa lo mau aja diperbudak sama dia? Dan untuk bayi lo, gue nggak ada ngapa-ngapain, ya. Selama ini kerjaan gue cuma bernafas, kenapa kehilangan bayi lo malah jadi salah gue?"

Janu berdecak, dia menatap Kirana yang menatap kesal ke Janu.

"Jangan pernah ngusik gue lagi, ya anjing. Gue nggak peduli sama urusan lo. Urusan gue sendiri aja udah bikin gue pusing!"

***

Jiro sedang menunggu Cakra di halte yang ada di dekat gerbang kampus. Mereka berdua akan pergi ke rumah Satria untuk bermain game bersama. Mereka pergi ke sana menggunakan mobilnya Satria.

Sayangnya, kelas Cakra dan Satria belum juga selesai sehingga Jiro memutuskan untuk menunggu mereka di dekat gerbang sambil mengunyah cireng yang ia beli. Memang, tujuan Jiro menunggu di sana sekalian membeli cireng yang biasanya berjualan di dekat halte. Sebelumnya, Jiro di sini bersama Wina. Tetapi, pacarnya Satria itu sudah pergi bersama teman-temannya untuk kerja kelompok.

[FF NCT DREAM] KARSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang