Chapter 37

421 81 17
                                    

"Ngapaiiiin juga itu Jamaludin masang kamera beginian di rumah kita? Apa sih yang pengen dia lihat? Kegilaan kita?" ucap Mada yang sampai memijit pangkal hidungnya setelah dia mendengarkan semua penjelasan dari adik-adiknya.

Mada menatap nanar kamera yang jumlahnya cukup banyak. Kamera berukuran mini itu berada di dalam kardus dan akan dibawa oleh Nanda ke Pak Hasan besok pagi.

Saat ini, mereka menyantap makan malam di ruang tengah. Cakra dengan menggebu-gebu menceritakan bagaimana dia menemukan kamera-kamera tersebut disela terkecil yang ada di dalam rumah ini. Sepertinya, yang menaruh kamera sangat ahli di bidangnya.

Kalau mereka tidak teliti mencari keberadaan kamera itu, mungkin saja Jamal masih bisa memantau mereka lewat kamera. Dan sekarang, mereka kebingungan, bagaimana cara Jamal bisa memantau mereka dengan kamera ini padahal Jamal berada di dalam penjara?

"Di dalam penjara juga bisa megang hape. Apalagi ini Jamal, power nya masih ada meskipun dia di penjara, jadi dia bisa megang hape. Dan kamera ini bisa mantau lewat hape" jelas Nanda yang menyadari kebingungan teman-temannya.

"Hmmm, mendengar penjelasan lo, kayaknya lo sering keluar masuk penjara dan lo juga gunain power keluarga lo supaya lo bisa petantang petenteng di penjara" tuding Hadi dengan jari telunjuknya ia arahkan ke Nanda.

"Ih, kok lo tahu, sih? Gue emang sering keluar masuk penjara anak dulu. Tapi, itu bukan karena salah gue, kok. Emang anak-anak itu aja yang suka cari masalah sama gue" ucap Nanda dengan tenangnya tetapi membuat yang lain bergidik ngeri.

"Emang edan anak ini!" ucap Janu yang malah membuat Nanda tertawa.

"Elo juga, ya, Nu!" sahut Mada, dia kan senior di kampus Janu dan Renjana kuliah dulu.

Dan saat itu, Mada sering sekali mendengar sepak terjang Janu sebagai mahasiswa luar biasa bandel. Mada sering juga mendengar Janu berkelahi dengan mahasiswa dari universitas lain sampai babak belur.

Janu hanya bersungut-sungut karena Mada juga menyamakannya dengan Nanda.

"Oh iya, bang, gue baru inget. Tetangga kita yang tinggal di rumah sederhana itu, namanya Ibu Mira. Dia dosen di kampus gue sama Jiro, bang" ucap Cakra yang membuat Renjana langsung tegang setelah mendengar nama Mira.

"Wuih, kita punya tetangga dosen" ucap Janu.

"Dan, beberapa kali Ibu Mira bantuin aku, kak. Ibu Mira itu baik banget, dia itu ketua prodi yang aku ceritain itu, loh kak" jelas Jiro dan seketika ingatan mereka tertuju ke cerita Jiro yang memukul temannya tetapi dilepaskan begitu saja oleh ketua prodinya.

"Berarti, nggak ada yang perlu dicurigai sama tetangga kita yang satu ini, kan? Iya, kan Renja? Kan, kemaren lo ke rumah dia" ucap Hadi ke Renjana yang tidak bersuara sejak tadi.

Renjana menatap teman-temannya yang semuanya kompak menatap ke arahnya. Renjana begitu gugup sampai dia yang sebenarnya ingin mengambil gelas untuk minum malah mengambil garpu.

"Ada sesuatu, kan waktu lo ke rumah ibu itu?" tanya Nanda sambil menatap Renjana dengan penuh selidik.

Gerak-gerik Renjana terlihat gelisah dan Nanda langsung menyimpulkan bahwa ada sesuatu yang terjadi ketika Renjana pergi ke rumah ketua prodinya Jiro itu.

"Iya kah Renja? Bilang aja ke kita, nggak pa-pa" ucap Mada.

Renjana menatap Janu yang justru bingung karena Renjana menatapnya. Dia menatap Renjana seolah menanyakan kenapa Renjana menatapnya seperti itu.

"Lo diapain waktu lo ke rumah ibu itu?" tanya Hadi, dia sudah penasaran.

Renjana membuka mulutnya, "Ibu itu...., aku tahu dia.., dia temannya ibu aku, sama Om Arka dan Tante Dewi. Kalian ingat kan sama hari di mana aku pergi sama Om Arka dan Tante Dewi? Itu aku pergi ke pesta tunangannya Tante Mira."

[FF NCT DREAM] KARSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang