Chapter 39

398 70 32
                                    

Wina beberapa kali menepuk Jiro yang sedang asyik menggambar di belakang buku catatannya. Jiro yang terusik dengan pukulan Wina itu pun langsung menoleh ke Wina yang justru menunjuk ke arah pintu masuk kelas menggunakan mulutnya.

Jiro menoleh ke arah pintu dan setelahnya dia tertegun ketika dia melihat Jery masuk ke dalam kelas dan duduk di kursi paling depan dan paling sudut. Semua orang saling berbisik sambil mengarahkan pandangan mereka ke Jery dan ada juga yang mengarah ke Jiro.

Sepertinya, adegan Jiro memukul Jery begitu melekat di ingatan teman-temannya sehingga mereka langsung mengaitkan tentang hal itu setelah melihat Jery.

"Gue kira Jery nggak ke kampus lagi, loh" bisik Wina ke Jiro yang juga berpikir demikian.

Jiro juga berpikir kalau Jery tidak akan muncul lagi di kampus. Tapi, ternyata, dia tiba-tiba muncul ke permukaan. Rasanya aneh karena sudah terlalu lama Jiro tidak melihat sosok Jery. Dan, anak itu menjadi lebih pendiam, sorot matanya yang selalu terlihat sombong itu juga hilang begitu saja.

"Psst! Jiro!"

Jiro menoleh ke kanan, tempat di mana ada dua mahasiswa laki-laki yang duduk di dekat Jiro dan Wina. Tidak hanya Jiro yang menoleh, Wina pun juga ikut menoleh setelah dia mendengar mahasiswa itu memanggil Jiro.

"Mumpung ada Jery, nih. Lo nggak mau mukulin Jery lagi?" ucap mahasiswa itu sambil terkikik geli ke arah Jiro dan Jery.

"Iya, Ji, kenapa nggak lo tonjok aja lagi si Jery? Lo kan sekarang hobinya nonjokin orang!" sahut salah satu dari mahasiswa itu.

"Heh! Diem ya kalian cowok tulang presto! Bisanya ngebacot aja kalian!" seru Wina sambil menatap galak ke dua mahasiswa tadi.

Dua mahasiswa itu sibuk mencibir Wina. Mereka tertawa puas ketika melihat Wina semakin kesal karena dua mahasiswa itu meniru gaya bicaranya tetapi dengan sedikit ejekan.

"Gue sekarang emang suka nonjok orang. Dan lo lo pada bakalan gue tonjok kalo ngebacot lagi."

Dua mahasiswa itu langsung berhenti tertawa setelah mendengar ucapan tidak terduga dari Jiro. Mereka langsung diam dan tidak berani melihat ke arah Jiro.

Sedangkan Wina yang mendengar kalimat tidak terduga dari Jiro itu masih setia menatap tidak percaya ke Jiro. Dia pun memukul pelan lengan Jiro.

"Gila! Keren banget lo tadi, Ji! Plis lah, lo kayak gitu aja terus biar orang-orang lembek ini nggak ngebacotin lo mulu!" ucap Wina yang begitu bangga karena Jiro berani berbicara seperti itu kepada orang-orang yang berani menghinanya.

Jiro hanya mengusap tekuknya dengan kikuk.

Jiro tadi hanya mencoba meniru cara bicara Janu.

Jiro membayangkan, apa yang akan Janu katakan kalau saat ini Janu ada di posisi seperti ini.

***

Hadi duduk termenung di halte bus yang posisinya di dekat gerbang kampusnya. Hadi baru saja menyelesaikan kuliahnya hari ini dan dia sedang menunggu ojol pesanannya di halte bus tersebut sambil termenung memikirkan semua hal yang terjadi di dalam hidupnya.

Awal mula dia hanya lah seorang pemuda yang bekerja serabutan demi menghidupi orang tua dan adiknya, sekarang dia sudah menjadi mahasiswa dan memiliki enam teman yang sangat menyayanginya. Namun, di balik itu semua, Hadi juga melewati banyak sekali rintangan sehingga dia berada di titik ini.

Dan meskipun Hadi telah melewati banyak hal, ternyata takdir masih belum menginginkan mereka semua menemukan akhir yang bahagia.

[FF NCT DREAM] KARSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang