Cakra merasa kalau Jiro terlihat aneh ketika dia sampai di halte bersama Satria. Beberapa kali Satria membunyikan klaksonnya supaya Jiro menengok ke arah mereka, tetapi yang mereka berdua dapati, adalah Jiro yang melamun dengan bungkus plastik berisikan cireng masih digenggam erat di tangan Jiro.
Cakra sampai menurunkan kaca mobil lalu memanggil Jiro dengan suara lumba-lumbanya. Jiro tersentak kaget, lalu Cakra melihat Jiro mencari asal suara. Jiro berlari ke mobil Satria lalu dia menaiki mobil Satria itu setelah si pemilik mobil membuka kuncinya.
"Lo mikirin apa, sih? Udah berapa kali gue klakson tapi lo nggak denger juga" ucap Cakra sambil melirik kaca spion untuk melihat Jiro.
"Huh? Oh.., a-aku kira itu suara klakson mobil lain" jawab Jiro dan Cakra langsung memicingkan matanya curiga.
Cara Jiro menjawab pertanyaannya dengan gugup dan terbata-bata membuat Cakra meyakini kalau Jiro menyembunyikan sesuatu.
Apakah terjadi sesuatu sebelum Cakra dan Satria menjemput Jiro di halte?
Sepertinya nanti Cakra akan melemparkan banyak pertanyaan ke Jiro. Dia tidak bisa menanyakan pertanyaan tersebut ketika ada Satria di sini karena pertanyaan yang ingin Cakra tanyakan berhubungan dengan Jamal.
Satria tidak tahu tentang masalah mereka dan Cakra juga tidak ingin Satria tahu karena dia tidak mau temannya itu terlibat.
Cakra hanya tidak ingin kejadian yang dialami Julian terulang. Anak itu bisa tertangkap karena ada andil dari Jamal juga.
"Kita makan dulu, lah ya? Laper banget gue" ucap Satria sambil mengelus perutnya.
"Padahal tadi lo udah makan banyak, emang perut karet ini anak!" kesal Cakra.
"Kamu mau makan cireng aku, Satria?" tanya Jiro sambil menawarkan cireng miliknya yang langsung diterima dengan senang hati oleh Satria.
"Tapi, makan cireng mana kenyaang. Hayok lah kita makan dulu. Rumah makan padang lebih mantap kayaknya" ucap Satria yang langsung membelokkan mobilnya ke kanan setelah mereka melewati lampu lalu lintas.
"Lama-lama gue pergi sama lo, yang ada berat badan gue naik drastis!" gerutu Cakra.
"Protes mulu lo. Lihat, Jiro aja nggak ada protes!" ucap Satria dan Cakra berdecak mendengarnya.
Cakra melirik Jiro yang terlihat melamun sambil melihat keluar jendela.
Sudah Cakra duga. Ada yang tidak beres sebelum dia dengan Satria menjemput Jiro di halte.
***
Mada terkekeh pelan ketika dia melihat Faisal, Salsa, dan Andre begitu heboh menyambutnya ketika dia tiba di kantor hari itu. Hanya Ulfa yang duduk dengan nyaman di meja kerjanya dan geleng-geleng kepala melihat kehebohan tiga rekan kerjanya itu.
Melihat suasana di ruangan ini cukup kondusif, menandakan kalau bos mereka telah menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada Mada dan Ilham. Tatapan sinis dan bisikan-bisikan yang awalnya ditujukan ke Mada, sekarang sudah tidak ada. Terlihat beberapa rekan kerjanya yang lain menyibukkan diri mereka sambil sesekali melirik ke Mada.
Sepertinya mereka merasa bersalah karena sudah memikirkan hal yang tidak-tidak mengenai Mada tetapi karena gengsi, mereka pun tidak ada yang berbicara ke Mada atau pun meminta maaf karena sudah membicarakan hal buruk tentang Mada.
"Kaan, gue itu udah nebak kalo si Ilham itu yang drama queen!" ucap Faisal dengan suaranya yang keras dan heboh. Dia sengaja berbicara dengan suara sekeras toa supaya rekan kerja yang lain tahu kalau Mada tidak bersalah di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
[FF NCT DREAM] KARSA
Fanfiction*Lanjutan dari cerita Teduh* Hanya keseharian tujuh pemuda setelah semua masalah yang terjadi.. Cast: 1. Mark Lee as Mada Cazim 2. Huang Renjun as Renjana Wistara 3. Lee Jeno as Janu Oliver 4. Lee Haechan as Hadinata Byantara 5. Na Jaemin as Nanda G...