Chapter 43

487 86 20
                                    

"Ren, kayaknya lo harus mandi kembang, deh. Atau, ganti nama gitu, buat buang sial."

Renjana sampai tidak jadi menyuapkan cookies cokelat ke dalam mulutnya karena shock mendengar ucapan tidak terduga dari Hadi.

Hari ini Hadi tidak ada jadwal kuliah, dan Zena memperbolehkan Hadi datang ke tokonya di sore hari ketika Zena mengetahui kaki Renjana keseleo dan harus ada yang menemaninya karena tidak ada orang di rumah.

Hadi tersenyum kikuk karena Renjana menatapnya dengan tatapan menahan kesal.

"Hehehe."

Renjana pun memakan cookiesnya dengan tidak lepas memandang kesal ke Hadi. Kenapa pula Hadi mengatakan hal seperti itu kepadanya? Iya, Renjana tahu kalau selama ini di hidupnya dia selalu tertimpa masalah, dari masalah kecil sampai masalah besar. Tapi, haruskah dia mengikuti saran gila Hadi itu?

"Mau minum, nggak Ren? Gue ambilin" ucap Hadi dengan masih tersenyum kikuk ke Renjana yang sedang menonton film sambil memakan cookies cokelat pemberian Darma.

Renjana menggelengkan kepalanya, dia menunjuk satu teko es jeruk di atas meja serta dua gelas yang berisikan es jeruk pula.

"Ah.., iya ya, kan tadi gue bikinin es jeruk" ucap Hadi.

Gawat. Dia benar-benar canggung sekarang!

Hadi pun berdehem, "Jadi, apa kata Om Darma?"

"Papa bilang biar dia semua yang urus. Kita cuma perlu waspada aja" jawab Renjana yang masih fokus menonton film.

Hadi pun menganggukkan kepalanya setelah mendengar jawaban Renjana. Dia melirik temannya yang asyik menonton film kartun dan sesekali temannya itu terkekeh pelan ketika melihat adegan lucu.

Mereka sudah berteman kurang lebih setahun. Hadi sampai tidak tahu berapa lama pastinya mereka lama berteman karena begitu banyak hari yang mereka lalui bersama. Mereka tinggal di rumah yang sama, berbagi rasa sakit dan bahagia bersama. Dan mereka juga harus berhadapan dengan orang gila bersama-sama.

Hadi tidak tahu, awal mula mengapa mereka bisa berurusan dengan Jamal. Namun, Hadi terkadang merasa iba dengan Renjana dan Jiro. Dua temannya itu benar-benar hebat karena mampu melewati semua masalah ini.

Karena mengingat Jiro, Hadi jadi kepikiran, apakah Jiro pernah merindukan Farhan?

"Ren, menurut lo, Jiro ada nggak ya kepikiran sama Farhan?"

"Ada. Kadang tiap malam aku denger Jiro ngigau manggil nama kakaknya" jawab Renjana.

Ketika Renjana memiliki pekerjaan yang harus ia selesaikan, Jiro sudah terlelap di tempat tidur dan terkadang, Renjana mendengar Jiro memanggil nama Farhan. Bahkan, sampai menangis ketika Jiro menyebut nama kakaknya. Sepertinya, Jiro rindu dengan kakaknya, tetapi dia enggan bertemu karena sang kakak sudah banyak mengecawakannya.

"Jiro nggak pernah, ya nyebut-nyebut tentang orang tuanya?" ucap Hadi yang sadar kalau Jiro tidak pernah menyebut ayah dan ibunya.

Di dunia Jiro hanya ada Farhan seorang. Sehingga, ketika Farhan terjerat kasus pembunuhan dan mendekam di penjara, Jiro langsung merasa kalau dia tidak punya keluarga lagi.

"Cuma sekali."

"Dia ngomong sama lo?" tanya Hadi ke Renjana yang menganggukkan kepalanya.

"Dia ngomong apa?" tanya Hadi yang menatap Renjana dengan penasaran.

"Dia cuma bilang ayahnya pindah keluar kota sama keluarga barunya."

Renjana menoleh ke Hadi sambil tersenyum sendu.

[FF NCT DREAM] KARSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang