Chapter 19

467 76 20
                                    

"Teman-teman, akhir pekan aku pergi ke kampung halaman orang tua aku, ya?"

Seketika lima kepala itu tertuju ke Renjana yang sedang mengunyah sosis bakar yang tadi dibelikan Mada sepulang laki-laki itu dari bekerja.

"SENDIRIAN?" tanya mereka berlima dengan kompak.

Renjana sampai mengernyit karena kelima temannya ini bertanya dengan serentak seperti itu.

Renjana berencana ingin mengunjungi makam orang tuanya. Dia juga ingin melihat rumah peninggalan orang tuanya yang meskipun sudah dijual oleh paman dan bibinya. Paling tidak, Renjana hanya ingin bernostalgia.

Renjana hanya rindu dengan suasana ketika ia masih memiliki orang tuanya.

"Iya. Kan, cuma sebentar. Lagian, kampung halaman orang tua aku nggak sejauh kampung halaman Bang Mada" jelas Renjana, dia mengambil sosis bakar punya Hadi yang tinggal setengah.

Entahlah, Renjana merasa sangat lapar sehingga dia mengambil sosis bakar siapa pun yang ada di atas meja. Dan juga, teman-temannya tidak protes ketika dia mengambil dan memakan sosis bakar itu. Berarti artinya, teman-temannya tidak masalah kan kalau dia memakan sosis bakar punya mereka?

"Langsung pulang?" tanya Nanda dan Renjana menganggukkan kepalanya.

"Lagian aku mau nginep di mana, Nan? Aku ke sana cuma sebentar, udah itu langsung pulang" jelas Renjana lagi.

"Tapi, harus banget sendirian?" kali ini, Mada dan Nanda yang mengucapkan kalimat tersebut secara serentak.

Tidak hanya Mada dan Nanda yang saling menatap heran karena mereka mengucapkan kalimat yang sama.

Yang lain pun juga heran.

Tumben sekali Mada dan Nanda satu suara. Biasanya mereka berdua ada perbedaan pendapat.

"Iya, bang. Kenapa pergi sendirian? Kenapa abang nggak pergi sama Bang Nanda aja?" ucap Cakra dan yang lain menganggukkan kepala mereka setuju.

"Nanda kan ada acara di kantor? Dia panitia, masa dia mangkir sama tugasnya?" ucap Renjana yang tahu akan hal itu dari Nanda sendiri.

Seketika mereka semua menoleh ke Nanda.

Nanda sampai dongkol karena cara mereka menatapnya dengan tatapan yang sama.

Tatapan tidak percaya.

"Elo? Jadi panitia acara? Nggak salah?" ucap Hadi dan dia mendapatkan tatapan sinis dari Nanda.

"Kenapa? Masalah buat lo?" ucap Nanda dengan nada sewot.

Memangnya kenapa kalau dia jadi panitia acara? Apakah acaranya akan hancur kalau dia yang menjadi panitianya?

"Nggak bakalan kacau itu acaranya kalo lo jadi panitia?" celetuk Janu, dia langsung melindungi kakinya yang hendak dipukul oleh Nanda.

"Ya udah, Renja pergi sama gue aja. Jangan sendirian" ucap Mada akhirnya.

Renjana mengernyitkan alisnya setelah mendengar ucapan Mada. Sedangkan yang lain langsung setuju dengan keputusan Mada. Memang ada baiknya salah satu dari mereka menemani Renjana pulang ke kampung halamannya.

"Tapi, bang-"

"Apa? Lo mau bantah apa lagi?"

"Nggak ada, bang."

Renjana pun menciut.

Dia memilih kembali memakan sosis bakar yang entah punya siapa.

Renjana kalau sudah melihat Mada sewot seperti tadi, dia memilih untuk menuruti apa kata Mada. Karena, jika Mada berbicara dengan nada sewot seperti tadi, itu artinya Mada tidak mau ucapannya dibantah.

[FF NCT DREAM] KARSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang