Chapter 28

491 79 16
                                    

"Ini anak kenapa mukanya suram banget? Kenapa? Lu bingung gimana cara ngabisin duit lu?"

Celetukan dari Hadi itu membuat Nanda menatap kesal ke arah laki-laki tersebut. Padahal, sudah jelas kalau Nanda ini sedang galau. Kenapa teman-temannya ini tidak mengerti? Padahal, Nanda sudah memberikan kode keras kalau dia sedang galau. Tapi, sepertinya lima temannya ini tidak peka.

Lihatlah Cakra yang duduk di sebelah Janu, dia malah memakan ayam satu ekor untuk makan malam hari ini dengan lahap. Cakra bahkan tidak menyadari kalau Nanda memasang wajah galau terbaiknya kepada semua orang. Cakra malah menumpahkan seluruh perhatiannya ke ayam yang hanya ditaburi bumbu itu.

"Emang ya, cuma Bang Mada yang peka sama keadaan gue" dengus Nanda, dia memakan nasi dan daging ayam itu dengan tidak berselera.

Meskipun Mada sudah memberikan potongan dada ayam untuk Nanda yang merupakan bagian ayam kesukaan Nanda, tetap saja anak itu kehilangan nafsu makannya. Terlebih, dia belum juga melihat batang hidung Renjana membuat anak itu semakin galau.

"Kita peka sebenarnya, Nan. Cuma ya, urusan perut dulu yang diutamakan. Naaah, nanti kalo gue udah kenyang baru gue urusin lo, oke? Sabar, yaa, lo harus antri" sahut Janu yang begitu lahap memakan nasi ayam itu seperti Cakra.

"Emang jahat kalian semua!" seru Nanda dan lihatlah, teman-temannya tidak peduli.

Mereka malah asyik makan.

Mada lebih memilih mengabaikan saja Nanda yang berubah menjadi drama queen karena baru saja berkelahi dengan Renjana.

Secara garis besar, Mada sudah mendengar cerita dari versi Nanda. Mada mengerti kenapa Nanda merasa kecewa dan kesal ke Renjana karena mereka sudah berteman lama dan malah menjadi saudara, tetapi Renjana masih sulit terbuka padanya.

Walaupun begitu, Mada tetap tidak mau menyalahkan Renjana atau pun Nanda.

Dia ingin mendengar cerita dari Renjana dahulu. Tapi, entah kenapa, Mada sudah bisa menebak apa alasan Renjana tidak mau mengatakan yang sebenarnya ke Nanda.

Pasti alasannya karena nggak mau bikin Nanda sama tantenya berantem. Sangat Renjana sekali.

"Ji, tolong panggilin Renja, suruh dia cepetan keluar kalau nggak mau ayamnya dibabat habis sama Janu dan Cakra. Udah tinggal tulang aja ini" ucap Mada ke Jiro yang baru saja ingin menggigit paha ayam yang susah payah dia dapatkan.

Jiro pun berjalan menuju kamar sambil memegang paha ayam miliknya. Dia menggigit daging ayam nan lezat itu sambil membuka pintu kamar.

"Kak?" panggil Jiro sambil mengunyah daging ayam itu.

Jiro melihat Renjana sedang mengetik sesuatu di laptopnya. Melihat Renjana mengenakan kacamata bacanya, menandakan bahwa kakaknya itu tidak bisa diganggu karena fokus bekerja.

Kalau Jiro panggil lagi, yang ada nanti dia disembur oleh Renjana. Jadi, Jiro memilih menutup pintu kamar lalu kembali berjalan menuju ruang tengah.

"Loh? Mana abang? Dia nggak mau makan?" tanya Cakra dengan salah satu pipinya menggembung sehingga dia terlihat seperti tupai yang sedang menyimpan makanannya di mulut.

"Bukan nggak mau, sih Cak. Kak Ren kelihatan sibuk, aku takut diomelin kalo aku panggil" ucap Jiro sambil meringis.

"Halah! Ternyata mental lo masih mental tempe, Ji! Udah dua orang lo bikin bonyok, tapi lo masih takut juga ngadepin Renjana Wistara?!" seru Janu, dia menatap Jiro kecewa.

"Ternyata, abang berekspektasi terlalu tinggi sama lo, Ji" ucap Janu yang alhasil dia mendapatkan jitakan kasih sayang dari Hadi.

"Ekspektasi apaan? Lo mau Jiro jadi kayak lo, gitu? Jangan ngadi-ngadi lo!" kesal Hadi, tidak lupa dia melotot tajam ke Janu yang hanya mencibir.

[FF NCT DREAM] KARSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang