Chapter 79

667 114 23
                                    

Pintu ruang rawat itu terbuka dan menampakkan Hadi serta Darma dan Elias berjalan masuk ke dalam ruang rawat Mada. Mereka semua langsung mengarahkan pandangan ke Hadi yang memegang lengan kirinya. Mereka teringat dengan penjelasan Renjana mengenai pria berpakaian hitam yang ingin membawa Renjana dan Hadi pergi.

"Patah nggak tangan lo, Di?" tanya Janu sambil menatap khawatir ke Hadi yang sedang mengusap pelan lengannya.

"Emangnya kenapa kalo tangan gue patah?" ucap Hadi.

"Kalo iya, mau gue ketawain."

Janu langsung berlindung di balik tubuh kecil Renjana ketika dia melihat Hadi ingin melepas sendalnya dan akan Hadi lemparkan ke kepala Janu.

"Lu emang suka banget mancing emosi gue, ya Janu!" kesal Hadi sambil mengacungkan sendal jepitnya ke Janu yang menjulurkan lidahnya ke Hadi di balik tubuh Renjana.

"Kalian ini ribut terus. Bikin pusing om aja!" gerutu Elias yang sedang memeriksa kembali kondisi kaki Mada.

"Kalo pusing tinggal minum obat, om" celetuk Cakra, dan dia ikut berlindung di balik tubuh Renjana bersama dengan Janu ketika dia melihat Elias ingin memukulnya dengan clip board di tangannya.

Darma tertawa puas melihat wajah cemberut Elias.

"Ayah nggak kerja?" tanya Nanda membuat Darma menghentikan tawanya lalu menatap anak lanangnya itu sambil cemberut.

"Kamu nggak kerja, hah?" ucap Darma dan Nanda hanya bersiul sambil melihat langit-langit di ruang rawat inap ini.

"Kak, kantung plastik di atas meja itu, isinya apa?" tanya Jiro pada Renjana.

"Cemilan, kamu mau?" ucap Renjana yang berjalan mengambil kantung plastik itu dan memberikannya ke Jiro.

"Mau, kak. Kebetulan aku lapar" ucap Jiro.

"Lapar lagi lo? Perasaan tadi lo udah makan bareng kita, deh Ji?" ucap Janu sambil menatap Jiro yang tersenyum melihat cemilan kesukaannya ada di dalam kantung plastik itu.

"Kalian makan nggak ngajak-ngajak!" kesal Hadi sambil memicingkan matanya ke Janu.

"Kita makan di restoran mahal, loh baaang. Bang Nanda pula yang traktir" ucap Cakra membuat Hadi memicingkan matanya ke Nanda.

"Makanan kalian udah gue pesen, nanti bakalan dianterin kalo kita udah pulang" ucap Nanda yang tidak tahan melihat tatapan Hadi kepadanya.

"Mana ada Nanda yang traktir. Itu kan uang om, berarti artinya om yang traktir kalian makan" ucap Darma dengan wajah sombongnya.

"Makanya, ayah itu lengser aja dari posisi ayah sekarang, ayah kasihin perusahaan ayah ke aku" ucap Nanda dengan tidak bersalahnya.

"Bangun, Nan. Kamu aja masih sering bolos kerja dan bikin uban di rambut Pak Rahmat bertambah banyak. Gayaan mau gantiin posisi ayah" gerutu Darma setelah dia mendengar permintaan tidak masuk akal dari anaknya itu.

"Renjana mau gantiin posisi papa, nak? Nanda nggak becus soalnya" ucap Darma pada Renjana yang langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Bagusnya dikasih ke Nanda aja, pa. Jangan akuu" ucap Renjana yang langsung keringat dingin ketika dia membayangkan dia harus memimpin ribuan karyawan milik Darma.

"Kasih ke aku aja, om" celetuk Hadi.

"Ke aku juga boleh, om" sahut Janu dan hal ini membuat Cakra mengangkat tangannya tinggi-tinggi.

"Aku aja om, akuu!" seru Cakra.

Darma mendelik ke Cakra, "Anak Candra ngapain ikut-ikutan? Kamu udah ada perusahaan sendiri!"

[FF NCT DREAM] KARSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang