Chapter 22

452 81 27
                                    

Tepat di pukul 4 dinihari, Renjana bangun dari tidurnya. Dia meregangkan tubuhnya yang terasa pegal, lalu setelahnya dia melirik ke Jiro yang terlelap di sampingnya. Mata anak itu terlihat bengkak karena menangis semalam.

Iya, setelah Jiro menceritakan alasan kenapa dia memukul temannya, anak itu menangis sesegukan dan terus bergumam kalau dia bukan monster.

Renjana ingat bagaimana mereka berenam sibuk menenangkan Jiro dan berusaha memberitahu Jiro bahwa dia bukan lah monster seperti yang dikatakan oleh temannya Jiro itu.

Meskipun Jiro sudah tenang, tetapi setelah Renjana dan Jiro masuk ke dalam kamar, Jiro justru kembali menangis.

Akhirnya, Renjana urung mengerjakan laporan yang harus ia kirim ke Arka besok dan sibuk membujuk Jiro sampai waktu menunjukkan pukul 11 malam.

Jiro langsung tertidur karena kelelahan menangis. Melihat Jiro tertidur, Renjana pun mengerjakan laporan sampai pukul setengah dua dinihari.

"Nanggung tidur lagi, bentar lagi juga adzan" gumam Renjana yang memutuskan untuk bersiap-siap melaksanakan salat subuh.

Dia juga mempersiapkan beberapa barang yang ia bawa untuk pergi ke kampung halamannya nanti.

Sesuai dengan kesepakatan sebelumnya, Mada yang akan menemani Renjana pergi dan mereka berdua akan diantar oleh Pak Reza.

"Huh?"

Renjana meraih tisu di atas meja ketika dia melihat ada tetesan darah di sana. Dia pun membersihkan darah yang keluar dari hidungnya. Dia sudah terbiasa jika tiba-tiba dia mimisan seperti ini, itu artinya dia sudah terlalu berlebihan memforsir tubuhnya untuk bekerja.

Sebelumnya, Renjana tidak pernah seperti ini. Dia anak yang sehat. Ketika teman-temannya kebanyakan terkena demam, flu, dan batuk. Hanya dia sendiri yang tidak. Dia juga jarang terkena flu dan batuk. Tapi, semenjak dia bekerja, dia mulai merasakan kalau kondisi tubuhnya tidak se-fit dulu.

"Kayaknya, aku udah tua" gumam Renjana setelah dia membasuh hidung dan mulutnya yang terkena darah dengan air.

"Bener kata Janu, lama-lama aku udah kayak Bang Mada, dikit-dikit bawak minyak angin sama salon pas" gumamnya lagi.

"Kadang juga badan suka pegal-pegal, mudah ngantuk" ucap Renjana lagi dan dia melihat pantulan bayangannya sendiri di cermin.

Kalau dia perhatikan lagi, badannya sangat kurus akhir-akhir ini. Dia jadi iri dengan badan teman-temannya yang berisi dan tinggi. Apalagi, Janu dan Nanda, badan mereka dipenuhi oleh otot.

"Apa aku nge-gym aja ya?"

***

Janu menyemburkan jus yang ia minum setelah dia mendengar ucapan Renjana pagi ini. Janu sampai terbatuk dan menatap Renjana dengan tatapan tidak percaya.

"APA LO BILANG? NGE-GYM?! LO MAU NGE-GYM?!"

Renjana sampai mengernyitkan alisnya karena dia merasa kalau reaksi Janu terlalu berlebihan.

Memang, apa salahnya kalau dia ingin nge-gym?

Renjana hanya ingin kondisi tubuhnya kembali fit seperti dulu. Dia juga tidak mau terus-terusan mengeluh sakit kepala, sakit pinggang, dan sampai mimisan hanya karena kelelahan.

"Iya, Nu. Kayaknya, aku butuh olahraga deh" ucap Renjana lagi membuat Janu melongo tidak percaya.

"Soalnya, badan aku udah kayak Bang Mada, jompo" bisik Renjana membuat Janu tertawa karena sempat-sempatnya Renjana menghina Mada.

[FF NCT DREAM] KARSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang