Chapter 12

553 86 21
                                    

Suara ketukan pintu yang keras dan diketuk dengan membabi buta itu membuat seluruh penghuni rumah terbangun. Bahkan, penghuni di lantai dua sampai terbangun juga karena kerasnya suara ketukan pintu tersebut. Hadi dan Cakra keluar dari kamar mereka dengan wajah mengantuk.

"Renjaaa, tolong bukain pintu dong! Nyawa gue belum terkumpul semua!" seru Hadi dari lantai atas.

Dia tahu kalau penghuni di rumah ini yang suka bangun pagi adalah Renjana. Anak itu tidak akan tidur lagi setelah salat subuh, makanya Hadi yakin kalau Renjana pasti mendengarkan seruannya.

"Renjana lagi di kamar mandi, Di, biar abang aja yang bukain."

Suara tersebut membuat Hadi terdiam, begitu pun dengan Cakra yang berhenti menggaruk ketiaknya, kedua manusia penghuni lantai atas itu saling berpandangan.

"Itu suara siapa?" tanya Cakra lalu dia menguap lebar, anak itu masih sangat mengantuk karena semalam mengerjakan tugas dan baru selesai di pukul 2 dini hari.

Hadi menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Lalu setelahnya dia menepuk keningnya sendiri.

"Cakra bego! Itu kan suara Bang Ilham! Dia kan nginep di sini" ucap Hadi yang baru sadar kalau semalam ada rekan kerjanya Mada yang menumpang tidur satu malam di rumah ini.

Cakra dan Hadi memutuskan untuk masuk kembali ke dalam kamar. Hadi harus bersiap-siap pergi ke kampus, sedangkan Cakra, dia memilih kembali tidur karena dia ada jadwal kelas pukul 10 siang nanti.

Sedangkan, di lantai bawah, terlihat Ilham berjalan menuju pintu rumah dibarengi dengan Janu serta Mada yang terbangun dan penasaran siapa yang mengetuk pintu rumah mereka di pukul enam pagi.

Janu dan Mada melihat Ilham sudah terlihat rapi dan wangi. Pria itu sepertinya sudah bersiap untuk pergi membuat mereka berdua jadi bingung, jam berapa Ilham terbangun.

Mereka berdua menonton saja Ilham membukakan kunci dan juga pintu rumah mereka, menampakkan tersangka utama yang bisa dikatakan bukan mengetuk lagi, tapi menggedor pintu rumah mereka.

"Halooo anak-anak! Lah? Kamu siapa?! Kamu bukan bagian dari anak-anak saya!"

Janu menatap Mada dengan wajah mengantuknya.

"Amanin bapak lu bang" ucap Janu dengan langkah terseok berjalan kembali ke kamarnya.

Berkat kehadiran Darma Graciano yang sangat heboh itu membuat jam tidur Janu berkurang. Padahal, jadwal bangun tidur Janu adalah jam setengah tujuh. Dan Darma membuat Janu jadi kehilangan rasa kantuknya.

Janu masuk ke kamar lalu dia mengguncang tubuh Nanda dengan kencang membuat Nanda langsung terbangun.

"Lu ngapain, sih?!" gerutu Nanda dengan kesal, padahal dia masih mengantuk dan Janu malah membangunkannya.

"Elu yang ngapain! Ngapain lu nyuruh bapak lu datang ke rumah jam enam pagi begini?!" gerutu Janu.

Mendengar hal itu, Nanda langsung terbangun.

"Bokap gue?" tanya Nanda terdengar tidak percaya.

"Iyalah bokap lu, masa bokap gue?!"

Nanda pun berlari kecil keluar dari kamarnya. Dia sampai tidak sadar kalau dia hanya menggunakan boxer saja keluar dari kamar tersebut. Sedangkan Janu, dia memilih untuk bersiap-siap saja ke kantor karena takut dia akan kebablasan kalau dia kembali tidur.

Di lain sisi, Nanda melihat ayahnya duduk di ruang tengah bersama dengan Mada dan Ilham. Dia menatap kesal ayahnya itu karena bertandang ke rumah ini pagi-pagi sekali. Padahal, sebelumnya ayahnya tidak begini.

Boro-boro mau bertandang di pagi hari. Datang dan menjenguk Nanda di kost lama saja, Darma tidak mau.

"Nanda! Ngapain kamu telanjang begitu?!" seru Darma membuat Nanda langsung pusing mendengar celotehan ayahnya.

[FF NCT DREAM] KARSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang