Chapter 20

536 77 31
                                    

Suara ketukan pintu di rumah mereka membuat Janu dan Hadi yang berada di ruang tengah menunggui Renjana selesai memasak itu, langsung menolehkan kepala mereka ke arah pintu. Padahal hari masih pagi tetapi sudah ada saja yang datang ke rumah mereka bertujuh.

"Jangan bilang Om Darma lagi?" ucap Janu.

Biasanya yang suka datang ke rumah mereka tanpa tahu waktu itu hanya ayahanda dari Nanda dan Renjana, yaitu Darma Graciano.

Bahkan, tengah malam pun, Darma tetap bertandang ke rumah mereka karena dia kangen melihat anaknya.

"Kalo Om Darma nggak se-sopan ini ngetuk pintunya, Nu. Dia bakalan gedor pintu rumah kayak penagih hutang" gerutu Hadi.

Suara gedoran pintu dari Darma itu biasanya akan terdengar sampai lantai dua saking kerasnya pria tua itu menggedor pintu.

Ketika terdengar suara ketukan pintu lagi, Hadi pun dengan terpaksa berjalan menuju pintu tersebut. Padahal, Janu sudah bisa berjalan meskipun lukanya masih terasa sakit. Tetapi, Janu selalu saja menggunakan kakinya sebagai alasan kalau dia tidak mau disuruh-suruh oleh teman-temannya. Apalagi Nanda dan Hadi yang pernah menyuruh Janu mengganti bohlam lampu.

Hadi mengernyitkan alisnya ketika dia melihat satu laki-laki yang berdiri di depan pintu rumah mereka sambil memegang sapu lidi.

Tidak hanya Hadi yang mengernyitkan alisnya, tetapi laki-laki itu juga mengernyitkan alisnya sambil menunjuk Hadi.

"Perasaan kemarin yang bukain pintu bukan kamu deh? Tapi, si adik kecil itu?" ucap si laki-laki yang malah membuat Hadi semakin bingung.

Perasaan di rumah mereka tidak ada anak kecil?

"Salah rumah kali, om. Di sini isinya tujuh bujang semua, nggak ada anak kecil" ucap Hadi ke si laki-laki yang langsung melotot tidak percaya.

"Lah? Bukan janda satu anak yang tinggal di sini?"

"Hah?" ucap Hadi yang sampai menganga tidak percaya mendengar ucapan si laki-laki aneh ini.

"Om, mana ada janda di sini. Yang tinggal di sini tuh anak-anak cowok semua, rata-rata juga udah kerja, paling mentok mahasiswa" jelas Hadi membuat si laki-laki mendengus kesal.

"Gue ditipu sama Pak RT bahlul itu!" seru si laki-laki dengan kesal, dia sampai menghentakkan kakinya karena ternyata dia ditipu oleh Pak RT.

"Pak RT bilang ke saya kalo penghuni baru di sini seorang janda cantik dan punya anak satu. Padahal saya sudah semangat pulang ke rumah, tapi ternyata saya dikibulin sama Pak RT!" curhat laki-laki itu membuat Hadi mentertawakan nasib si laki-laki yang ternyata tetangganya.

"Sabar ya, om. Om sih genit banget. Masa pulang ke rumah cuma karena mau lihat janda?"

"Yaa, siapa tahu janda itu jodoh saya kan?" ucap laki-laki itu sambil menaik turunkan alisnya.

Hadi terkikik geli.

"Nama om siapa?" tanya Hadi.

"Om Azwar. Nama adik siapa?"

"Hadi, om" jawab Hadi, lalu dia melirik sapu lidi yang ada di tangan Azwar.

Azwar yang menyadari arah pandangan Hadi, langsung menyerahkan sapu lidi yang selama ini selalu ia pinjam setelah dia pernah pinjam ke Renjana.

Sengaja, siapa tahu dia bisa melihat "janda", tapi ternyata, dia ditipu.

"Om mau balikin sapu lidinya, Hadi. Kemarin om pinjam ke adik kamu, kalo nggak salah namanya Renjana. Makasih ya, udah mau minjemin sapu lidinya."

Hadi pun menerima sapu lidi itu dari Azwar. Tapi, setelahnya dia terkekeh pelan.

"Sama-sama, om. Tapi, om. Renjana itu bukan adik saya. Dia teman saya, dan dia bukan anak kecil, om. Dia udah gede, udah kerja juga malah" jelas Hadi membuat Azwar melotot tidak percaya ke Hadi.

[FF NCT DREAM] KARSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang