Putih Abu #Duadua

2.3K 105 23
                                    

Keesokan harinya— kenaikan kelas hampir didepan mata, semua orang belajar dengan giat agar bisa mendapat nilai yang memuaskan diakhir semester nanti. Tapi, Ana masih belum segiat orang-orang diluar sana, sekarang saja gadis itu baru mengemasi tasnya padahal jam sudah menunjukkan pukul 6:30

"Ana— buruan, Mama telat nih" Ana yang sudah mendengar panggilan Mama nya mempercepat kegiatannya, lalu berlari ke arah depan rumahnya

"Kayaknya gak keburu deh, kamu naik grab aja yah" ucap sang Mama yang kelihatannya begitu tergesa-gesa

"Yahhh... keburu kok, Mah— asalkan ngebut"

Ditengah kepanikan tersebut, Jeno terlihat sedang mengeluarkan motornya seperti baru akan memanaskan mesinnya didepan pagar. Menyadari Ana dan Mama nya sedang berdebat, Jeno tersenyum "Pagi, semuanya" ucapnya dengan sopan

Mama Ana pun akhirnya memutuskan "Pagi Jeno, kamu berangkat sama Ana mau kan? Tante udah telat nih"

"Gak—" Ana protes, dan dengan lancangnya gadis itu menaiki motor dibelakang Mama nya "Mama anterin Ana sampe depan aja, entar lanjutannya biar ngangkot" ucap gadis itu, saking tidak maunya berada satu motor dengan Jeno

"Ihhh, Mama udah telat Ana!" sang Mama mengamuk

Jeno hanya tertawa menyaksikan pemandangan penuh debat pagi-pagi begini "Ya udah Ana, lo berangkat sama gue aja— kasian tante kayaknya telat banget" Jeno mengompori

Membuat Mama Ana merasa telah menjadi pemenang dalam perdebatan pagi ini "Bagus! Turun sanah— Mama mau jalan" karena sudah disentak seperti itu tentu saja Ana mengalah, dengan pasrah kakinya bergerak turun dari motor

"Makasih ya Jeno, tante duluan"

"Iya tante, hati-hati dijalan— jangan ngebut" Jeno menimpalinya dengan lembut dan penuh perhatian, membuat Ana semakin badmood dihari selasa pagi yang cerah ini

Mama Ana pun berlalu, meninggalkan putrinya disamping laki-laki yang memang dasarnya ia sukai sejak taman kanak-kanak. "Mama tuh peka gak sih sebenernya?!" gerutu hati Ana, menyadari sang Mama yang sepertinya tidak paham tentang perasaannya itu

Disisi lain ternyata Jeno malah sedang menatapnya "Apa?" sadar akan tatapan itu, tentu saja Ana bertanya. "Gapapa, mau bilang sesuatu boleh?" masih pagi begini Jeno sudah mulai menyimpan teka-teki didalam kalimatnya

"Apaan?"

"Lo cantik" mendengar kalimat yang malah terdengar seperti rayuan itu membuat Ana menghela nafasnya kasar, "Basi!" sentak gadis itu seraya berjalan meninggalkan Jeno

"Woy, lo mau kemana?"

"Mendingan gue jalan kaki, daripada boncengan sama lo"

"Dihh... serius? Motor gue belom panas ini"

"Bodo"

"Woy Ana! Sabar napah"

###

"YUHI—" sudah lima belas menit yang lalu Haechan berdiam diri didepan pagar rumah Yuhi, dan gadis itu belum kunjung muncul dari dalam rumahnya hingga saat ini

Didalam sana ternyata gadis itu sedang diintrogasi oleh Mama nya, "Siapa itu?" tanya Mama Yuhi dengan nada ketus. Yuhi menelan salivanya sambil mencari-cari alasan "Temen" jawab gadis itu, berbohong

Sang Mama memang pada dasarnya tidak pernah mengizinkan putrinya itu untuk pacaran, maka dari itu Yuhi terkejut saat Haechan memanggil namanya didepan pagar— biasanya laki-laki itu menunggu didepan gang atau memberinya chat jika sudah sampai

"Beneran temen?" Mama Yuhi bertanya lagi sambil memtong beberapa sayuran didapur, Yuhi menghirup nafas menyiapkan sebuah jawaban "Iya" satu kata keluar dari mulutnya, meskipun terasa sangat berat

Putih Abu!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang