Putih Abu #100Tujuhbelas

1.6K 93 9
                                    

"Apa?" tanya Ana, mencoba memastikan ucapan Jeno yang sebelumnya

Jeno langsung menggaruk tengkuknya merasa tidak percaya diri "Ngga jadi, lupain aja" secepat ini ia menyerah, seketika jantung Ana langsung berhenti berdetak layaknya orang terpukul

"[KENAPAAA─? KENAPAAAA GAK JADIII?]" benak Ana benar-benar marah. Harusnya mungkin sekarang mereka sudah jadian kalau Jeno tidak mengurungkan niatnya lagi-lagi seperti ini

###

Pagi ini semua orang terlihat bahagia, karena kabar gembiranya adalah study tour ke Yogya akan dilakukan dua minggu lagi. Ana memutuskan untuk tidak ikut karena kondisi kakinya yang tidak memungkinkan, tapi tentu saja teman-temannya kukuh menyuruhnya untuk tetap ikut

Melihat tangga saja rasanya sudah malas, apalagi harus ikut ke Yogyakarta dengan dua tongkat bantunya itu "Ana... lo gak naik?" ditengah itu, Jeno sang pengecut datang

Ia sadar kalau Ana malas menaiki tangga, tapi mau bagaimana lagi. Kelas mereka letaknya di lantai dua, ditambah lagi bel pelajaran selanjutnya akan segera dimulai. Jeno yang sudah mengenakan baju olahraga, sepertinya sudah siap untuk pelajaran selanjutnya

Berbeda dengan Ana, untuk menaiki tangga saja belum siap apalagi menghadapi pelajaran selanjutnya yang tidak lain tidak bukan adalah pelajaran Pak Maman "Duluan aja, gue masih lama" kata Ana, seraya dengan pelan menapakkan tongkatnya ke tangga lebih dulu, lalu disusul dengan menapaknya sebelah kaki miliknya

Melihatnya saja Jeno jadi prihatin, mungkin kalau dihitung-hitung Ana baru akan sampai ke lantai dua dalam waktu 20 menit "Yang lain kemana? Kok lo sendiri?" nah itulah yang menjadi pertanyaan, biasa Ana selalu dibantu dayang-dayangnya tapi sekarang tidak ada satupun disampingnya

"Mereka masih di lab bahasa─ gue disuruh balik duluan sama Sensei takut cape katanya" jawab Ana, masih sibuk dengan kedua tongkatnya dan berusaha menapakki tangga

Sudah hampir 5 menit berlalu, tapi gadis ini baru menapakki tiga anak tangga. Jeno yang kesal langsung menghela nafas, lalu tiba-tiba berjongkok menyerahkan punggungnya "Ayo buruan, mau sampe kapan lo kayak gini... keburu bel, nanti tangga rame" suruhnya, membuat Ana langsung memasang raut wajah aneh

Melihat punggung lebarnya saja sudah membuat Ana berdebar, apalagi harus menyentuhnya "Ihh-ihh ngga ah, nanti ada yang su'udzon" sesuai expetasi, Ana menolak mentah-mentah tawaran Jeno ini

Laki-laki itu sudah tau betul, dengan berat hati ia beranjak dari posisi jongkoknya "Duluan aja..." kukuh Ana. Tapi, Jeno tidak menyerah, setelah memeriksa keadaan sekitar dan ternyata memang benar-benar sepi, Jeno langsung meraih tubuh Ana

"WOY! APAAN INI, TURUNIN GUE!" dengan penuh keberanian, laki-laki lancang itu membopong tubuh Ana sampai ke lantai dua "JENO!! TURUNIN GUE─ BERAT GUE TUHH, BURUAN TURUNIN!!" Ana terus meronta-ronta

"Diem!" sentak Jeno, membuat Ana jadi ciut dan langsung berhenti bergerak "Pegang aja tongkatnya yang kenceng, jangan sampe jatoh" titahnya, segera dilakukan oleh Ana

Tak butuh waktu lama, mereka pun sampai dilantai dua. Dengan lembut Jeno menurunkan tubuh gadis dalam bopongannya itu "Gapapa kan? Gak ada yang liat kok" takut-takut Ana marah, ia menghiburnya dengan berkata begitu

Ana jadi tidak bisa berkata-kata, semua rasa bercampur aduk dalam tubuhnya sekarang "Makasih" hanya itu yang tak lupa ia sampaikan, lalu dengan lemas gadis itu mulai merentangkan tongkatnya kembali dan berjalan menuju kelas dengan perlahan meninggalkan Jeno yang sedang tersenyum

"Hati-hati" kata Jeno masih sempat-sempatnya berkata begitu, padahal sudah terlihat jelas kalau Ana sedang salah tingkah

Sepertinya Jeno bahagia, laki-laki itu terus tersenyum bahkan saat berjalan ke kelasnya. Dari arah tangga, munculah perawakan Hina dan Tere yang sepertinya baru selesai mengganti pakaian olahraga "Hmm, kata lo mereka ngga pacaran... tapi kok?" ucap Hina, membuat gadis disebelahnya menggeleng tak paham

Putih Abu!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang