Semua murid langsung dipersilahkan untuk memasuki ruangan besar yang didalamnya sudah tersedia bangku khas universitas, beserta beberapa mahasiswa dan dosen disana "Dosennya gak asing ya" bisik Renjun sebelum menduduki bangkunya
Jaemin menggeleng tak tahu "Asing dimata gua, Ren" dengan jujur ia merespon bisikkan tersebut, sambil menduduki bangku paling belakang lengkap dengan kedelapan temannya
Tak lama, sebelum acara dimulai, sang dosen yang tadi Renjun bicarakan tiba-tiba berjalan ke arah mereka "Anjay, dosennya nyamperin" kata Haechan, sedikit bingung tapi panik juga
"Mo keluar ruangan kali, kan lewat sini" Jisung dengan pemikiran positifnya pun berhasil membuat Haechan sedikit tenang
"Ren─ kamu Rendy kan?" ternyata benar saja, dosen tersebut memang berjalan menghampiri meja mereka. Renjun yang sedikit terkejut pun buru-buru bangkit dari bangkunya "Rendy anaknya Jaksa Karan?"
"Iya, ini Profesor Ibnu ya?"
"Iya─ lohhh kamu udah gede yah" mereka pun saling berpelukan, tak lupa Renjun juga mencium tangan Profesor tersebut sebelumnya "Kok gak bilang mau ke sini?" layaknya kedua orang akrab yang baru bertemu, Profesor ini tanpa canggung terus menggandeng tubuh Renjun
"Ehehe iya, saya juga gak tau Profesor ngajar disini sekarang" Profesor Ibnu dan Papa nya Renjun adalah sepasang sahabat, maka dari itu Renjun sudah di anggap seperti putranya sendiri
"Ya udah nanti kita ngobrol lagi, udah jam setengah delapan─ presentasinya harus dimulai" kata Profesor sambil menepuk pundak Renjun, merasa sangat tak percaya anak itu sudah beranjak dewasa dengan cepat "Eh, tapi kamu nanti lanjut ke sini kan?"
Mendengar pertanyaan itu, Renjun sejenak tak tahu harus berkata apa "Iya harus disinilah... Papah disini masa anaknya ngga" kata Profesor Ibnu, yang sepertinya belum puas untuk bercakap dengan Renjun "Harus disini, ilmu hukum kayak Papah, oke?"
Renjun menggeleng "Gak janji" ucapnya, lalu Profesor Ibnu malah tertawa dan semakin ingin banyak bicara pada anak itu
Setelah Profesor kembali ke tempatnya, Renjun juga kembali menduduki bangkunya. Murid yang lainnya jadi bertanya-tanya terhadap hubungan mereka itu "Ren, dosennya kenal sama lo?" bahkan Eric yang duduk dibelakangnya pun penasaran, apa lagi mereka yang jauh didepan sana
"Kenal, dia sobatnya bokap gue─ temenan dari SMA kayak kita gini, sampe sekarang masih kontekan" jelas Renjun
"Ohhhh, pantesan lo dipaksa masuk sini wkwkkw" ledek Haechan, membuat Renjun mengehela nafas kasar
"Papa juga maksa gue masuk sini, dikira otak gue isinya cuma pasal sama undang-undang gitu ya" keluh Renjun
Jeno yang duduk disamping kanannya langsung menepuk pundaknya memberikan semangat "Ngga UGM, minimal UI lah ya" kata Jeno, semakin menekan batin seorang Rendy Juniko
"Ehh, lo baru ilmu hukum udah keteteran─ jangan lupa nih, calon dokter" ledek Eric seraya menepuk-nepuk pundak Jaemin
Jaemin tersenyum kecil dan memasang raut wajah menyegarkan, lalu sedetik setelahnya langsung berubah garang "YA DO'AIN AJA NJING" sentak laki-laki itu seraya merangkul kasar seorang Eric yang sedari tadi sudah mengasah emosinya
***
"Dy, tadi siapanya Renjun?" lain dengan anak laki-laki yang duduk dibarisan terbelakang, anak perempuan malah memilih bangku terdepan dipojok yang dekat dengan AC "Kayaknya udah akrab banget" tanya Ana, penasaran
Maudy menggeleng keras mendengar pertanyaan tersebut "Gue aja baru liat itu bapak-bapak─ mana tau siapanya doi" kata Maudy
Lalu, acara pun dimulai hari pertama di Jogja di awali dengan presentasi kampus dari Universitas Gajah Mada, mereka mengetahui dengan rinci semua fakultas yang ada, dan tak lupa pula syarat-syarat untuk bisa diterima disana
KAMU SEDANG MEMBACA
Putih Abu!
Teen Fiction"Kalau masa SMA lo cuma putih abu aja, coba diteliti ulang. Siapa tahu warna lain lagi sembunyi di suatu tempat!" @Nadarayoo, 2018