"Dy— lo belajar kan?" Haechan baru menemukan bangkunya yang ternyata terletak paling pojok belakang
"Gak— gue gak belajar"
"DIH—"
Gadis itu menunjukkan handphone nya pada Haechan yang duduk tepat dibelakangnya sekarang "Ada mbah gugel bos" katanya, masih tergeletak mengantuk diatas meja
"Ah boong lo mah, gak belajar gak belajar— tau-tau ngumpulin duluan, dipanggilin kagak mau nengok, najis" sebuah curhatan hati Haechan, yang sepertinya sangat berpengalaman mencontek pada seorang Maudy
Maudy mengangkat kepalanya "Abis lo suka nyanyi-nyanyi gak jelas, bikin gue pen buru-buru kelar" sambar gadis itu membuat Haechan akhirnya paham mengapa Maudy selalu mengumpulkan lembar jawabannya lebih dulu
"Ya elah— suara gue kan bagus, yang ada lo bakal tidur kalo gue nyanyiin"
"Idih, berisik bego!"
"Anjir, malah ngegas"
Sedetik setelah negosiasi percontekan berlangsung, Lili datang dengan penuh semangat dalam tubuhnya. "Woy-woy, ruangan lo disono, Jaem!! Keluar keluar!" Jisung mengusir Jaemin yang entah mengapa terus membuntuti Lili memasuki kelasnya
"Ribut entar aja sung, gue lagi semangat ulangan ini—" celetuk laki-laki dengan jaket merah maroon yang belum sempat dilepasnya itu "Alahh saik!" sentak Jisung tak percaya, dihadiahi senyuman aneh dari Jaemin
"Weh, gue duduk sama lo chan?" melihat identitasnya tertera dimeja yang berada tepat sebelah Haechan membuat gadis itu bertanya-tanya.
Haechan ikut memeriksa indentitas tersebut karena tidak tahu menahu soal partner sebangkunya "Lahh iya si" respon laki-laki itu, seraya diiringi kedatangan Jaemin yang sedang semangat katanya tadi "HEH— LO KOK DISITU CHAN?!" terkejut dirinya, mendapati teman sebangku Lili
"Lah mang napa? Santuy kali, kagak bakal gue apa-apain cewek lo, gak doyan" dengan enteng Haechan berkata begitu, membuat Lili jadi mengumpat dalam hatinya
"Najis— AWAS AJA YA AMPE NYENGGOL LILI DIKIT AJA, HADEPIN MAYAT GUE CHAN!" dengan suara tegasnya, Jaemin mengucap sebuah ancaman bagi temannya itu
Lili semakin dibuat ngeri terhadap kelakuan beberapa laki-laki disekitarnya, masalahnya tak ada satupun yang bersikap normal
"AWAS YA CHAN— Gue pantau lo" sambil menunjuk dua jarinya ke arah mata Haechan dan matanya, Jaemin pelan-pelan meninggalkan ruang 3 "Lil, tiati yah— kalo ada apa-apa telepon gue" layaknya akan berada dalam jarak yang sangat jauh, Jaemin berkata begitu membuat yang mendengarnya jadi tertawa
"Lebay amat yawloh—" Maudy masih meraskan kantuk dalam tubuhnya maka dari itu ia hanya menggerutu pelan
Diambang pintu, Jaemin menemukan kenampakan Yuhi yang duduk paling depan tepat disebelah Jisung "Wey, itu cowok lo jagain ya—" alih-alih berguarau, Jaemin masih saja membuat orang-orang tertawa "Ada juga, cewek lo yang dijagain sono!" balas Yuhi, merasa tertindas
"HEHH— MASUK JAEMIN— NGAPAIN KAMU BERDIRI DEPAN PINTU?!" karena tak mendengar suara bel jam pelajaran pertama telah dimulai, Jaemin jadi harus berpapasan dengan Pak Maman yang bertugas sebagai pengawas diruangan 3 hari ini
"Ehhh, iya ruangan saya disebelah, Pak" sahut Jaemin, sambil malu-malu salah tingkah
"Idihh— terus ngapain kamu depan pintu ruangan orang kayak gini—"
"Ngapel, Pak" Jisung bersuara, Pak Maman yang masih diambang pintu tersenyum kecil "Hmm, pantesan lu mah, bilang kek kalo ada ceweknya disini—" seraya memukul badan Jaemin pelan, guru sejarah itu berjalan memasuki ruang 3 masih dengan senyumannya
KAMU SEDANG MEMBACA
Putih Abu!
Teen Fiction"Kalau masa SMA lo cuma putih abu aja, coba diteliti ulang. Siapa tahu warna lain lagi sembunyi di suatu tempat!" @Nadarayoo, 2018