Putih Abu #100Limalima

1.6K 71 17
                                    

"Astaghfirullahal'adzim" Bu Lilik hanya dapat berseru sambil mencoba mengontrol dirinya "Gapapa, jangan panik─ jangan bicara apapun, biar kita pastiin dulu ini bener atau ngga, oke? Shhh Lea jangan nangis... semuanya juga yah, Ibu bakal coba selesain ini pelan-pelan, tenang semuanya, bantu Ibu, oke?"

Seketika sikap keibuan milik wali kelas mereka itu membuat semuanya meneteskan airmata. Bu Lilik mengelus kepala Lea sambil memeluknya "Tenang yah, kita pasti bisa atasin ini" ucapnya seraya menggenggam kedua tangan Lea yang sungguh dingin dan gemetaran

"Sekarang Ibu mau tanya─ siapa?" mendengar pertanyaan ini, airmata Lea kembali mengalir dipipinya "Lea, shhh, dengerin Ibu─ ngga semua wanita bisa dikasih takdir seperti ini, Ibu dulu juga susah sekali punya anak, sekalinya punya dia tidak sesehat anak-anak lainnya─ gimana pun juga kamu harus bersyukur, jangan takut─ kita semua disini, ini takdir kamu, harus dihadapi"

Lea menggenggam erat kedua tangan Bu Lilik, wali kelas mereka yang sungguh lembut dan dewasa itu berjongkok sambil mengelus kedua tangan gadis itu mencoba menghangatkannya "Dingin sekali─ kita pindah ke uks yuk, kamu harus banyak istirahat" ucapnya

Semuanya tak bisa menahan emosi mereka, tetesan demi tetesan airmata perlahan banyak terjatuh "Kalau ngga mau, biar Ibu ambil selimutnya kesini" tak disangka ternyata Bu Lilik adalah seorang Ibu yang luar biasa, dia termasuk salah satu wanita yang sulit mempunyai buah hati, dan sekarang ia sudah memiliki satu namun putranya itu mengidap cacat dibagian pendengaran

Maka dari itu, Lea sedikit tergetar untuk mulai membuka masalahnya "Dia... ngga ada disini" kata Lea, hendak memberikan informasi soal kekasihnya "Ibram namanya, anak kelas 11 IPA 1" ucap Lea

"Ibram? Oke─ nanti kita cari dia, sekarang Gina sama satu orang aja bantuin Ibu yah, kamu ke apotik, bawa ktp Ibu juga, tau kan harus apa?"

"Tapi, Bu Lilik harusnya bilang ke BK aja supaya Lea diperiksa dirumah sakit" ucap Gina

"Ngga mau─" sahut Lea "Aku ngga mau ke rumah sakit Bu, aku mau sama Ibu aja... huhu" gadis itu masih gemetaran seraya menggenggam erat tangan Bu Lilik, tak ingin melepaskannya

Gina pun paham, gadis itu langsung menarik tangan Ana "Ayo, temenin gue" ucapnya, tanpa basa-basi lagi mereka pergi keluar dari kelas

"Gin─ naik apa? Apotek lumayan jauh" kata Ana, seraya merespon genggaman tangan temannya yang sungguh erat itu

Mereka berdua tak tahu harus menuju ke apotek menggunakan apa, yang pasti tidak tahu kenapa dua gadis ini ikut was-was seperti dapat merasakan bagaimana jika mereka yang ada diposisi Lea "Gina─" panggil Sunwoo, namun gadis itu hanya mengabaikannya dan terus berjalan terburu-buru dengan Ana dalam genggamannya

"Lah, ada apaan buru-buru amat?" Sunwoo pun jadi bertanya-tanya

Saat sampai dijalan raya, Gina langsung memberhentikan angkutan umum "Ayo naik angkot aja" ucapnya, dan mereka berdua pun menaiki kendaraan tersebut

"Gue gemeteran" keluh Gina

"Sama" ucap Ana, benar-benar tidak tahu mengapa mereka juga jadi seperti ini

Tak jauh melaju, mereka pun sampai disebuah apotik. Tanpa basa-basi lagi dua gadis berseragam sekolah itu memasuki tempat penjualan obat tersebut dengan sedikit perasaan tidak enak "Ada yang bisa saya bantu, Kak?" tanya apoteker disana

Gina tidak tahu harus berkata apa, yang pasti ia hanya mengeluarkan ktp Bu Lilik sambil tersenyum "Disuruh Ibu─ beli test..." ucapnya, dengan sangat hati-hati

"Testpack?" tanya apoteker tersebut, langsung paham. Gina hanya mengangguk saja menyetujui pertanyaan itu "Empat belas ribu" ucapnya sambil menaruh alat tersebut dimeja

Putih Abu!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang