Akhirnya semua kegiatan membosankan selesai juga, Chenle mengambil sebuah helm diatas motornya, lalu memakaikannya pada Gea dengan lembut "Langsung kesana, atau gimana?" tanya laki-laki itu
Gea memeriksa layar handphone nya mendengar ucapan Chenle "Kayaknya masih sekitar 30 menit lagi" sahutnya seraya mengetik sesuatu untuk grup chat yang sedari tadi ramai dan penuh notif
"Udah laper padahal—" keluh laki-laki itu, dibalas senyuman dari Gea "Ya udah, minta dipercepat aja bisa gak?"
"Mmmm... kalo ada Tante Mega sih pasti bisa, coba aja yuk siapa tau dia lagi disana sekarang!"
###
Ana yang sedang sibuk bergulat dengan rasa sakit diperutnya itu mendadak tidak mau keluar rumah dan memilih untuk mengurung dirinya didalam kamar. Padahal sedari tadi gadis itu sudah mempersiapkan semuanya, bahkan pakaian yang akan ia kenakan sekalipun
Mama nya tiba-tiba datang, membuka pintu kamar sambil membawa sebuah nampan dihiasi sebotol obat dan segelas air diatasnya "Ana! Kamu masih sakit juga? Minum ini coba" seraya menaruh nampan tersebut, Mama Ana menyodorkan sebotol obat itu pada putrinya
"Wle— pait ih!"
"Ya namanya juga obat, udah ah jangan dirasa-rasa— abisin biar cepet mendingan sakitnya" suruh Mamanya, direspon positif oleh Ana yang menguatkan diri meneguk sebotol obat tersebut hingga titik terakhir
"Nih, air nya" setelah minum obat, Ana membaringkan tubuhnya diranjang. "Abis itu langsung ganti baju. keburu disamper Maudy— kalo gak berangkat bilang dari sekarang, biar dia gak kesini, kasian" sang Mama menasehati, sebelum pergi keluar dari kamar
Ana sejenak menenangkan pikirannya, rasa sakit diperutnya mulai hilang— senyuman akhirnya timbul dibibir gadis itu "Ma— Ana berangkat ah, udah ngga sakit" katanya, yakin sekali
Mama Ana membuka pintu kamar putrinya kembali setelah mendengar ucapan Ana yang satu itu "Beneran? Entar kambuh lagi ditengah acara, terus siapa yang mau gantiin tuh bantal diremes-remes sampe gepeng gitu?" goda sang Mama, dibalas lirikan kecil Ana pada bantal kecilnya
"Hehe, gak bakal— Ana bakal tahan"
"Anaaaa—" ditengah itu suara Maudy terdengar cukup keras memenuhi telinga "Iyaaa" jawab Ana dari kamarnya yang mungkin tidak akan terdengar hingga keluar sana
"Udah kamu ganti baju aja, biar Mama suruh masuk Maudy nya"
"Ok!"
###
Chenle dan Gea sampai direstoran yang mereka janjikan limabelas menit sebelum acara dimulai. Didepan gedung yang besar itu, mereka berpapasan dengan Bibi kandung Chenle, yang bukan lain bukan tidak adalah pemilik dari restoran ternama tersebut
"Tante Mega— boleh gak aku pesen ruang pribadi? Biar temen-temen ngobrolnya bisa lebih leluasa juga" ucap Chenle, dimana saat ini mereka sedang terduduk diruang staff disuguhi secangkir teh dan kue kering
Perempuan berkepala empat dihadapannya itu tersenyum dengan akrabnya pada mereka berdua "Lagian kamu ngapain pake reservasi segala sih? Dadakan aja Tante bisa kok kosongin ruangan buat kamu, ngapain repot-repot reservasi" ucap perempuan yang mereka panggil Tante itu
Chenle melirik pada Gea sambil tersenyum "Ngomong-ngomong, kalian tuh main bareng terus ya? Tante jadi seneng liatnya, dari kecil Gea nempel aja sama Lele" mendengar ucapan Tante nya, Chenle menahan tawa setengah mati
Seketika Gea mengubah raut wajahnya, tak terima "Dih— Tante— adanya juga Lele yang suka ngikutin aku tau, apa-apa maunya sama aku dari dulu" katanya, membela diri meluruskan fakta
KAMU SEDANG MEMBACA
Putih Abu!
Fiksi Remaja"Kalau masa SMA lo cuma putih abu aja, coba diteliti ulang. Siapa tahu warna lain lagi sembunyi di suatu tempat!" @Nadarayoo, 2018