Putih Abu #Empatpuluh

2K 103 16
                                    

"Hah?" tanya mereka semua, hampir bersamaan— karena ucapan staf Go-jek itu memang mustahil, hari gini siapa yang mau bayarin pesenan orang?, kira-kira begitulah apa yang ada dipikiran mereka

"Beneran, Mba— tadi digerbang ada cowok yang bayarin pesenan atas nama Mbanya" mereka semua masih terdiam bingung, mendengar ucapan Mas tersebut "Bahkan dia gak mau nerima kembalian dari saya, hehe" Gea berpikir keras, gadis itu mengorek dalam-dalam pikirannya untuk menemukan orang yang dimaksud

"Ya udah, saya pergi dulu, Mba— makasih orderan nya, selamat menikmati, permisi"

"Makasih, Mas" karena Gea masih kebingungan, Maudy lah yang mengucapkan kata teriamaksih tersebut

"Pasti harganya seratusan nih, Ge—" celetuk Yuhi, sambil membuka sekotak kerdus berukuran sedang berisi potongan ayam pedas level 4 :")

Sedetik setelah itu, gerombolan anak laki-laki baru saja sampai dikantin dengan berisik. Gea teringat akan sesuatu melihat kenampakan Chenle menjadi fokus utamanya

"Anjing!" umpat Gea, seraya mengepalkan tangan kanannya, membuat teman-temannya bertanya-tanya "Kenapa? Siapa?"

"Ya, siapa lagi kalo bukan tuh orang tajir!" sentak Gea, sambil melirik sadis ke arah meja disebelah mereka

"Wahahaha... semenjak pacaran, dia jadi sering bikin kaget lo yah, Ge— hahahaahha" ledek Yuhi dengan sepotong ayam ditangannya

"Eh, emang Gea sama Chenle udah jadian?" Lili yang tak tahu akan informasi tersebut, bertanya

"Udah— dua hari yang lalu, yakan?" ucapan Yuhi yang satu ini disambut lirikan sinis dari Gea "Ember banget mulut lo, kampret!" sentak gadis itu, kesal

"Ahahahahaaa... kan udah gue bilang, jangan nyimpen apa-apa di Yuhi"

"Tau dih, bahaya-bahaya"

"Dih, apaan sih? Kalo ada yang perlu gue bocorin yah gue bocorin lah, kalo gak perlu mah gak bakal, tenang aja, apalagi masalah hati wkwkwk" Yuhi membela dirinya sendiri, sambil menyantap potongan kedua dari sekotak ayam yang bukan miliknya itu

"Eh, terus? Apa bedanya Chenle pas jadi sahabat versus udah jadi lebih dari sahabat? Eaaakkk"

"Eakkkk... sahabat, sahabat"

Ledekan-ledekan tersebut membuat seorang Gea jadi tidak nafsu makan lagi, bahkan makanan-makanannya itu sekarang jadi hak milik orang lain, alias disantap oleh teman-temannya

"Beda banget— sekarang jadi canggung, terus sok romantis, mau ngomong aja susah, apa-apa maunya berdua, apa-apa harus dia yang bayar, pulang-pergi ke sekolah harus sama dia, ngerjain tugas, les, dan lain-lain, ahhh capek sendiri gue—" mendengar keluh-kesah Gea, mereka semua tersenyum

"Lebih perhatian, intinya yah" celetuk Maudy, sedikit membedakan nada bicaranya "Jadi, sekarang gue doang yang jomblo, oke-oke" tambah gadis itu, seraya menyeruput minuman dihadapannya

"Uhuk—" mendengar kalimat terakhir Maudy, Ana tersedak karena minumannya, entah mengapa "Gue— jangan lupain gue napah, jomblo abadi nih" ucapnya, mengundang tawa teman-temannya

"Terus, Jeno? Ohhh— Jeno bukan siapa-siapa yah? Ya udah buat gue aja yah" goda Maudy, dibalas pukulan ringan Lili disisi tubuhnya

"Ambil sanah! Gak butuh!"

"Ehhhh— bener ya?"

"Iya!"

"Awas loh kalo gue udah jadian sama Jeno, nanti lo gedor-gedor rumah gue minta balikin!"

"Ih ngapain! Kerjaan gue banyak dirumah!"

"Dirumah, atau disamping rumah?"

"Wahahahaaa...."

Putih Abu!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang