"Gak mau, gue gak mau ke BK ci" kata Bara, setelah mendengar dengan jelas pengumuman dari speaker kelas kalau ia dan Suci dipanggil untuk menuju ke ruang Bimbingan Konseling
Suci pun sama takutnya, ia mengangguk sambil menggeletakan kepalanya dimeja "Udahlah gak usah... gue juga takut" ucapnya
Tak sengaja mendengar keluhan dari anak perempuan, Jeno langsung menoleh dari bangkunya "Woy, tadi yang dipanggil BK buruan napah keluar!" sentaknya, begitu membuat Bara dan Suci semakin ketakutan
"Bukan salah gue no─ gue gak tau kalo ada Ana dibelakang gue, suer" Bara melakukan pembelaan, karena begitu tak maunya menyerahkan diri ke ruang BK
"Jelasinnya ke ruang BK lah!"
Entah mengapa Jeno begitu terdengar menakutkan, dua gadis ini semakin tak mau menyerahkan diri mereka "Kalo gak salah ngapain takut, buruan ke BK dulu" Haechan ikut mendesak mereka
Suci pun beranjak dari bangkunya setelah mendengar perintah dari Haechan "Iya bener Bar, kita kan ngga salah─ jadi, kenapa harus takut coba" ucapnya, entah memang benar merasa sadar atau hanya untuk membuat Haechan terkagum padanya
"Ayo Bar! Lagian Ana gak bakal kenapa-napa, palingan cuma pingsan bentar" dengan enteng Suci menambahi ucapannya
Semakin membuat mereka yang mendengarnya jadi kesal sendiri. Disaat itu Jeno segera beranjak dari kursinya dengan kasar, berhasil menyita perhatian seisi kelas "Wa'alaikumsalam Tante" ternyata ia menerima telepon dari Ibu nya Ana
"Jeno, Ana dimana ya? Katanya dia jatuh dari tangga? Sampe sekarang wali kelasnya sama Yuhi belum angkat telepon, Ana gapapa kan Jeno?" terdengar suara panik Ibu Ana dari sebrang sana, membuat Jeno jadi tidak tahu harus menjawabnya seperti apa
Laki-laki itu menyerahkan handphonenya pada Bara "Jelasin sama Ibunya Ana, kata lo dia gak bakal kenapa-napa... sekarang, coba jelasin!" Bara terkejut bukan main, gadis itu begitu ketakutan hingga badannya gemetaran
Hanya mendengar sentakan Jeno saja Bara sudah tidak sanggup lagi "Ta-tadi, kan Suci yang ngomong gitu..." bahkan berucap pun sampai terbata-bata
Jeno pun menyerahkan handphonenya pada Suci, gadis yang sebelumnya berkata dengan santainya kalau katanya Ana hanya pingsan dan akan baik-baik saja "Gue gak tau Jeno... huhu" sekarang ia malah mengeluh, tak berani menempelkan handphone tersebut ke telinganya
Semua orang semakin dibuat kesal saja oleh kelakuan dua trouble maker tersebut. Dengan kasar Jeno merebut handphonenya kembali lalu berjalan keluar kelas menyisakan raut wajah yang begitu menakutkan diingatan teman-teman sekelasnya "Makanya kalo ngomong tuh dipikir dulu" kata Renjun
"Cewek kok gini" ledek Eric, semakin menjatuhkan posisi Bara dan Suci
***
Kelas 11 Bahasa 2 sedang begitu hening, diselimuti oleh kesedihan dan rasa panik yang tak kunjung reda. Tiba-tiba Jeno datang ke sana "Tante, Jeno gak tau kondisi Ana sekarang... coba tanya sama temen-temen deketnya yahh, jangan khawatir" sambil bicara begitu, laki-laki tersebut memasuki kelas 11 Bahasa 2 dengan lancang
"Ini Ibunya Ana, dia khawatir sama kondisi Ana─ Lil, bisa tolong jelasin ke dia ngga?" ia menyerahkan handphonenya dengan raut wajah sayu, sepertinya Jeno juga sama paniknya dengan semua orang. Hanya saja ia tidak menunjukkannya
Lili beranjak dari bangkunya dengan lemas, menerima handphone Jeno dan segera bicara dengan Ibu Ana disebrang sana "Halo Tante, ini Lili"
"Iya, Lili... gimana? Ana dimana sekarang?" Ibu Ana panik, tapi tidak tahu harus pergi kemana. Itulah yang Lili tangkap dari nada bicaranya

KAMU SEDANG MEMBACA
Putih Abu!
Dla nastolatków"Kalau masa SMA lo cuma putih abu aja, coba diteliti ulang. Siapa tahu warna lain lagi sembunyi di suatu tempat!" @Nadarayoo, 2018