"Loh, udah pulang? Ngga nambah liburannya?" sampai dirumah, Haechan langsung mendapatkan sambutan mengejutkan dari Mamanya Yuhi
"Hehe, oh iya Tante—" alih-alih merasa tidak enak karena sudah membawa Yuhi pergi selama tiga hari, Haechan meraih sesuatu dari tasnya membuat Yuhi pun ikut penasaran "Ini oleh-oleh" laki-laki itu memberikan sebuah totebag kecil yang entah berisi apa pada sang Mama
"Ehhh, ngga usah— Mama kamu aja yang dibawain oleh-oleh, katanya dia lagi pengen yang manis-manis tuh" kata Mama Yuhi, berniat tidak mau merepotkan
"Oh gitu ya, iya sih— aku juga udah beli buat Mama, yang ini buat Tante"
Yuhi tak bisa berkata apa-apa dan hanya menatap ke sembarang arah tak mau menyaksikan kemesraan Haechan dan Mamanya itu "Makasih ya, kamu hati-hati pulangnya"
"Oke, aku pulang dulu Tante— Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam" Yuhi sejenak terkejut, Haechan tidak melirik padanya sama sekali saat pamit untuk pulang tadi, entah mengapa jadi terasa sangat menyebalkan
***
Renjun keluar dari kamar mandinya setelah selesai membersihkan diri. Melihat Mamanya sedang duduk menonton televisi seorang diri membuat laki-laki itu bertanya-tanya akan keberadaan kekasihnya
"Mah, Udy mana?" tanya Renjun, sambil memegangi handuk kecil dikepalanya
Mama nya tersenyum sambil menunjuk ke arah kamar kakak perempuan Renjun "Mama suruh langsung tidur di kamar Kakak" setelah menjawab, Mama Renjun kembali fokus pada televisi
Renjun menoleh pada kamar kakaknya, dan entah mengapa kakinya gatal sekali ingin melangkah ke sana "ET—" tapi suara sang Mama membuat Renjun seketika berhenti bergerak "Jangan Ren, kasian Maudy, dia kayanya takut banget tinggal disini"
"Loh kok takut?" tak terima akan argumen Mama nya, Renjun protes sembari membalikkan badan
"Iyalah, orang kamunya gak bisa tahan— lama-lama Maudy kabur deh kalo kamu gituin terus" Renjun bungkam mendengar ucapan sang Mama "Udah sana tidur, dia gak bakal kabur kok"
###
Keesokan harinya, Ana dengan segar bugar keluar dari dalam rumahnya "Eh, Ana— apa kabar?" baru saja membuka pagar, gadis itu sudah dapat sapaan dari Doyoung yang ternyata masih berada dirumah kakaknya
Ana pun keluar dari balik pagar dengan celana pendek dan kaos, layaknya seorang gadis yang siap untuk peregangan pagi-pagi "Baik Kak, masih disini yah? Sampai kapan nih?" basa-basilah dia, karena sebetulnya Ana sangat menyukai ketampanan dan juga postur tubuh Doyoung yang tinggi
"Hehe, syurukulah— aku disini sampai selesai liburan, abis itu harus balik kerja"
"Ohh gitu, tapi masih lama yah, bisa liburan bareng Ana dong" baru kali ini Ana bersikap manis, bahkan hingga menyebut namanya sendiri membuat Doyoung jadi nyaman berada bersamanya
Ditengah itu, Jeno yang baru selesai mandi berjalan ke teras rumahnya, menemukan kenampakan yang tidak menyenangkan dari Ana dan Doyoung yang sedang bercakap berduaan didepan pagar "Kita sarapan yuk Kak, Kak Doyoung suka apa?" bahkan terdengar jelas kalau Ana baru saja mengajak Doyoung untuk pergi sarapan
Pasalnya seumur hidup Jeno, Ana bukanlah gadis penggoda seperti itu "Woy, Om— ini sepatu tuh dijemur ditempat yang panas dong, masa disini" alih-alih tak rela Ana bersama orang lain, Jeno jadi harus berpura-pura sibuk sendiri agar tidak terlihat sedang cemburu
"Oh iya, biarin aja, nanti kalo udah ada matahari baru dipindahin" dengan mudah Doyoung menyingkirkan halangan tersebut, bahkan dia juga sengaja ingin menunjukkan rasa cemburu Jeno pada Ana
![](https://img.wattpad.com/cover/164504269-288-k532346.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Putih Abu!
Teen Fiction"Kalau masa SMA lo cuma putih abu aja, coba diteliti ulang. Siapa tahu warna lain lagi sembunyi di suatu tempat!" @Nadarayoo, 2018