Putih Abu #Tigalima

2K 92 6
                                    

"Untuk pasukan yang kemarin lomba, semuanya maju ke depan, ayo— mana tepuk tangannya! Keren nih, mereka sampai pulang tengah malem demi 6 piala, juara umum lagi" kata kesiswaan, yang betapa bangganya menyampaikan informasi tersebut

Mereka semua pun menurut, berdiri dihadapan seluruh warga sekolah dengan malasnya. Semua gadis-gadis tentu saja histeris, tak jarang banyak sekali yang membicarakan gerombolan laki-laki dihadapan mereka

"Coba tunjukkin penampilan kalian pas lomba dong, tunjukin—" salah satu guru, mengundang semua murid untuk bersorak

"Tunjukin—" dan mereka pun menurut

"Tunjukin!"

Seluruhnya bersorak meminta satu pasukan itu untuk menunjukkan apa yang mereka lakukan saat lomba, tapi Jaemin memberitakan sesuatu pada seorang guru yang tengah memegang mikerofon tersebut, membuat guru itu memasang wajah kecewa

"Yahhh— danton nya gak masuk ternyata, jadi mereka gak bisa nunjukkin variasi atau pbb kalau gak ada yang ambil alih, katanya" ucap guru tersebut, dibalas keluh-kesah seluruh murid

"Ya udah, sekarang kalian boleh kembali ke kelas masing-masing—"

**

"Yeehhh, apa gue bilang, kita gak bakal diumumin" umpat Yuhi sembari menduduki bangkunya dengan malas

Ana menghela nafas seraya menduduki bangku Tere yang kosong "Haechan kenapa gak masuk, hi?"

"Sakit katanya"

"Semuanya aja sakit, Tere sakit, Haechan sakit, Jeno juga sakit" mendengar umpatan Ana, Yuhi menoleh kaget "Jeno?"

"Iya, nih suratnya—"

"Cieeeee.... dasar tetangga, mentang-mentang deket nitipinnya ke rumah sebelah ahahaha"

"Diam!"

Ditengah itu ketua kelas tiba-tiba menggambarkan denah bangku didepan papan tulis "Eh rolling ya, pindahnya mulai besok" ucapnya

Yuhi dan Ana paling tidak mau berpindah tempat kalau bangku mereka sudah berdekatan, maka dari itu mereka berdua menekuk wajah tak setuju

"Tere gak masuk ya? Ambilin aja sama lo, na" suruh wakil ketua kelas sembari membawa gelas plastik berisi nomor bangku

"20 gue" kata Lili

Setelah selesai dengan Ana dan Lili, gadis itu berpindah pada Yuhi yang kukuh ingin mengambilnya terakhir "Sekarang aja, buruan!" omel gadis ini, membuat Yuhi terpaksa mengambilnya saat itu juga "30" seru Yuhi dengan malas

"Yahhh, nyaris" Ana yang memeriksa letak nomornya dan nomor bangku Yuhi terlihat kecewa, masalahnya gadis itu menduduki kursi disamping nomor 32, bukan 30 yang ternyata akan duduk dengan nomor 29

"Ihhhh, masa kita belakang semua" umpat Ana memeriksa denah bangku tersebut didepan papan tulis yang makin lama makin dipenuhi nama-nama

"Yuhi, lo duduk sama Rendy" kata wakil ketua yang sedari tadi berkeliling membagikan nomor bangku

"Dih... males" umpat Yuhi

"Siapa juga yang mau duduk sama lo" Renjun yang mendengarnya tak terima diremehkan oleh gadis yang akan jadi teman sebangkunya itu

"Ana duduk sama Jeno, cieeee"

"Acieeeee....."

"Huhuy! Setiap hari datengnya paling pagi, cieee"

Mendengar sorakan-sorakan menyebalkan seperti itu membuat kedua pipi Ana merona, kenapa bisa-bisanya nomor terakhir yang belum diambil adalah nomor bangku untuk Jeno, "Mungkinkah ini takdir?" kata Ana dalam benaknya kesenangan, sambil memikirkan betapa tak terduganya kejadian ini

Putih Abu!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang