Ana menggoes sepedanya menuju super market didepan perumahannya, gadis itu tidak merasa lelah karena sore ini cukup sejuk dan pas sekali untuk bersepedah
"Wes, Angel tuh" melihat Angel berlalu dengan motornya, Ana hanya menggerutu tak bisa memanggilnya karena cukup jauh jarak mereka
"Perimisi Dek—" disisi lain, ada seorang laki-laki yang menghampirinya. Dengan pakaian yang rapih dan beruntung sekali wajahnya tampan membuat Ana seketika menghentikan sepedanya "Iya?" dengan suara lembutnya gadis itu menyahutinya
"Kalau ini alamatnya emang sekitar sini kan yah? Masih jauh atau ngga?" alih-alih menanyakan alamat, laki-laki itu mendekatkan dirinya pada Ana memaksanya harus mencium wangi parfum yang sungguh menggugah selera dari laki-laki tersebut
Melihat alamat tersebut begitu tak asing Ana sejenak berpikir "[Lah ini kan alamatnya si Jeno?]" benak Ana menggerutu "Ini alamat tetangga saya kebetulan, Kak"
"Ohhh, gitu— ya ampun alhamdululillah hari ini saya lagi beruntung" kata laki-laki tampan bak pangeran itu, dan mulai tersenyum lebar dengan bibir tipisnya
Ana luluh tentu saja, gadis itu mencoba untuk mengendalikan dirinya "Kamu pasti kenal keponakan saya, namanya Jeno— nah Mamanya itu kakak saya" disela-sela kekaguman Ana, laki-laki itu berucap lagi
"Ohhh— jadi Om nya Jeno?"
"Iya, tapi karena saya yang termuda, jadi katanya gak pantes dipanggil Om hahaahaha, nama saya Doyoung, kamu?" seraya memperkenalkan diri, Doyoung menyerahkan tangan kanannya, Ana terkejut bukan main
Langsung meraih tangan itu karena tak mau membuat laki-laki tampan menunggu "Saya Ana, panggilnya Om Doyoung atau Kak aja?" ini adalah fase dimana seorang Ana tengah menggoda seorang laki-laki selain Jeno -_-
Doyoung jadi tersipu "Kak aja— kecuali kalo kamu pacarnya Jeno" deg, akhirnya Ana ingat kalau hatinya sudah terisi :)
Melihat Ana diam, Doyoung langsung merangkulnya "Hahaha, kamu gak cocok ah sama Jeno— mendingan sama saya" maksudnya Doyoung ini sedang menghibur Ana, tapi gadis itu malah tersipu dan salah paham
Mengesampingkan tujuan awalnya, Ana menuruni sepedanya berniat pergi ke alamat yang Doyoung tuju bersama-sama "Kak, mau bawa sepedanya?" mereka malah jadi terlihat seperti sepasang kekasih sekarang
"Boleh, kamu duduk dibelakang yah" sambil menggendong tas ransel milik Doyoung, Ana duduk dijok belakang, seraya memegang sedikit bagian jaket yang laki-laki dihadapannya kenakan, merasakan genggaman Ana, Doyoung tersenyum "Pegangan aja jangan malu-malu, daripada jatoh" ucapnya
Ana lagi-lagi tersipu, punggung Doyoung yang begitu lebar membuatnya tak bisa berhenti tersenyum, tapi memang sangat sungkan jika harus memeluknya sekarang juga
***
Jeno sedang membersihkan motornya sekarang, laki-laki itu dengan telaten mengusap bagian demi bagian didepan rumahnya yang telah selesai melakukan renovasi setelah berbulan-bulan
Sedang sibuk memutar keran dan menarik selang, laki-laki itu mendapatkan sesuatu yang tak sedap dipandang mata secara tiba-tiba "Om Idoy?" tanda tanya Jeno, melihat Ana dan Doyoung tengah berboncengan dalam satu sepeda
"Jeno—" panggil Doyoung dari kejauhan, Jeno pun langsung mematikan kerannya kembali lalu menghampiri mereka dengan raut wajah datar "Makasih ya, Ana" seraya menuruni sepeda Doyoung tersenyum, begitu pula senyum balasan yang Ana sampaikan
"[Ampe kayak gitu senyumnya??]" sebuah gerutuan benak bagian hati Jeno yang merasa telah cemburu
"Oh iya ini Kak tasnya"
![](https://img.wattpad.com/cover/164504269-288-k532346.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Putih Abu!
Teen Fiction"Kalau masa SMA lo cuma putih abu aja, coba diteliti ulang. Siapa tahu warna lain lagi sembunyi di suatu tempat!" @Nadarayoo, 2018