Putih Abu #Enampuluh

1.7K 83 7
                                    

Ana dan Jeno pun kembali ke sekolah setelah merasa cukup mengisi perut mereka. Menemukan gerombolan teman-temannya gadis itu langsung menghampirinya

"Arka— udah gede aja" dengan gemas Ana mencium pipi bayi laki-laki yang ada dalam gendongan Lili itu

Tiba-tiba, dari arah tangga Jaemin berlari sambil membawa botol susu "Lil, nih susunya— Bunda lupa" dari kejauhan dia sudah berteriak begitu, membuat Arka tersenyum pada kakaknya

"Yehh— liat Jaem, masa dia meluk-meluk ke cewek lo—" melihat tingkah laku Arka yang sungguh menggemaskan, Jeno bicara begitu membuat Jaemin tersadar "Awas ditikung ade sendiri wkwkk" tambahnya lagi

"Iya dih— apaan lo meluk-meluk cewek gue!" seraya bercanda, Jaemin menurunkan tangan Arka dari pundak Lili membuat adiknya tersenyum-senyum merasa sedang diajak bermain

"Malah senyum-senyum yak!"

Yang lainnya tertawa melihat kelakuan dua kakak beradik yang sungguh menghibur itu "Kecil-kecil udah jago nikung" sahut Angel

"Lil— nama lo dipanggil tuh" ditengah itu, akhirnya sekarang sudah giliran Lili untuk mengambil rapornya. Dengan refleks ia menyerahkan Arka pada kakaknya

"Ehh-ehh, gak mau ah— gue gak bisa gendong" tolak Jaemin

"Ihhhh, ya masa gue bawa ke dalem, apa kata dunia" tanpa basa-basi lagi Lili memaksa Jaemin untuk menggendong adiknya untuk pertama kali "Udah ah, buruan" dan dengan pasrah laki-laki itu menggendongnya juga

"Aduhhh— ngeri" karena memang tidak biasa, Jaemin merasa sangat takut dua tangan besarnya itu bisa melukai adiknya

"Ya ampun Jaem, rileks aja kali, gak bakal kenapa-napa" Yuhi menenangkan laki-laki yang sedang penuh kepanikan itu

"Tau— orang dia seneng tuh digendong lo kayaknya" Angel juga ikut menyemangati

"Waduh gaswat gengs" disela-sela topik itu, Maudy refleks menyembunyikan tubuhnya dibalik tembok, seperti baru saja melihat sesuatu yang tidak ingin ditemukan oleh orang tersebut

"Kenapa lo?" teman-temannya termasuk Jeno dan Jaemin, ikut bertanya-tanya heran

Jeno memeriksa ke arah basement yang terlihat dari gedung bangunan sekolahnya "Ohhh— bokapnya Renjun ya" merasa paham, laki-laki itu langsung menyebutkan apa yang ada dipikirannya

"Hah mana?" meraka yang tak pernah melihat rupa orangtua dari Renjun, tentu saja penasaran dengan ucapan Jeno itu

"Tuh— yang pake kemeja merah"

"Mana merah? Yang rapih itu—" semuanya menelusuri perkataan Jeno tersebut

"Iya, itu merah—"

"Dih, maroon kali itu mah— gue nyariin merah kagak nemu-nemu ternyata merah maroon maksud lo hah" Angel yang sudah menemukan targetnya, merasa telah dibodohi karena ia terus mencari-cari warna terang tersebut

"Maroon apaan?" Jaemin bertanya, membuat semua gadis yang ada disana menoleh

"Duhh... gini nih yang taunya cuma sebatas merah, kuning, ijo mah" ledek Yuhi, heran sekali pada dua laki-laki dihadapannya itu

Semua orang baik-baik saja, kecuali Maudy yang masih was-was pada situasinya sekarang

"Keknya dia orang penting gitu yah dy, pakeannya rapih, rambutnya juga, ehh— ganteng ternyata" Angel penasaran, berhubung yang mereka bicarakan semakin mendekat gadis itu langsung terpesona pada rupa sang Ayah seorang Renjun tersebut

"Iyalah rapih— orang jaksa" celetuk Maudy dari balik tembok disamping Angel

"Demi apa jaksa?? Pantesan— itu jidatnya naujubillah" Yuhi histeris, diiringi gelengan Jaemin dan Jeno yang mendengarnya

Putih Abu!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang