"Mama ngga bakal izinin jauh-jauh, Om─ kayaknya kalo emang harus pisah gapapa, kan kalo jodoh ngga bakal kemana" kata Maudy, dengan senyumannya
Membuat Renjun sedikit lega mendengarnya, walaupun tetap saja ia masih takut kehilangan Maudy. Apalagi kalau terdapat banyak spesies Lucas didunia ini "Uang apart biar Papa yang bayar dy, kamu kuliah di Jogja aja" dengan mudahnya Renjun berkata begitu, saking tidak inginnya berpisah dengan sang kekasih
"Ihh, emang kamu pikir uang apartemen tuh murah" kutip heran gadis dengan surai panjang terurainya ini
"Gapapa, kalo itu mah bisa di atur dy─ temen Om juga banyak yang pegang apartemen di Jogja, sampe temen yang jadi dosen pun ada juga disana" benar sekali, Papa Renjun yang pada dasarnya alumni UGM tentu saja punya banyak kenalan di kota tersebut
"Kalo Rendy gak keterima di UGM, gimana Pah?" pesimis laki-laki itu, baru ingat soal perkataan dosen teman Papanya yang ia temui disana
Sang Papa hanya tertawa kecil mendengar keluhan dari putranya itu "Kamu udah berusaha Ren─ les juga rajin, Papa yakin kamu keterima, ya meskipun gak snmptn, harus bisa di sbmptn" terlebih lagi Papa Renjun juga sering mengajari putranya itu jika ada waktu luang, jadi tidak mungkin Renjun tidak mampu masuk ke sana
"Ilmu hukum UI juga bagus kok, Om" sahut Maudy, merasa kalau Renjun tidak harus masuk UGM jika begini caranya
"Bagus─ semua fakultas ilmu hukum di PTN semuanya bagus, tapi karena Papanya alumni sana, ngga mungkin kan keturunannya ngga coba masuk sana juga? Hahaha, iya kan?"
"Oh iya deh, harus dicoba dulu" Maudy pun menyerah, sepertinya ini memang sudah takdir yang ditentukan sang Papa, dimana Renjun memang harus kuliah di UGM bagaimanapun caranya
"Asalkan jangan umum aja yahh... Papa kecewa kalo sampe kamu harus pake jalur umum, Ren"
Mendengar ucapan Papanya, Renjun hanya menatap Maudy sambil mengangkat kedua bahunya "Kamu ngga merasa terpaksa kan Ren, belajar tentang hukum?" bisik Maudy, membuat Renjun semakin mendekatkan telinganya pada gadis itu
"Ngga─ cuma kalo harus UGM, gak tau kenapa keteken banget rasanya" bisik Renjun
Mendengar bisikan itu Maudy hanya mengangguk. Ia tidak bisa apa-apa lagi kalau begitu, selagi Renjun tidak terpaksa mempelajari sesuatu artinya ia akan mengambil jalan yang disarankan sang Papa
###
"Cieee yang baru balik liburan" sampai dirumah Jaemin sudah disuguhi dengan kenampakkan Om nya, alias satu-satunya adik laki-laki sang Bunda yaitu siapa lagi kalau bukan Uncle Jungwoo
"Sejak kapan? Uncle─" betapa terkejutnya laki-laki itu, sampai menaruh koper di ambang pintu
"Dari kemaren... Uncle tuh ceritanya mau ngelamar kerja disini─ makanya Bunda suruh tinggal disini, dari pada ngekos kasian, belum tentu juga bakal kerja dimana"
Jaemin menduduki sofa masih dengan raut wajah herannya "Bukannya dokter bisa magang dirumah sakit mana aja... ngapain ngelamar disini?" bukannya tidak suka, tapi Jaemin ini sedikit kurang nyaman akan sifat sang Uncle, yang sudah sebelas duabelas dengan sang Bunda
"Ihhh, Jaemin─ Uncle masih magang, kalo magang harus cari rumah sakit kecil yang ngga terlalu banyak pasien tau" oceh Uncle Jungwoo seraya menarik koper Jaemin yang ada di ambang pintu "Kak, aku biar sekamar sama Jaemin aja yahh"
"Hah? Apaan? Ngga ah!" Jaemin langsung beranjak dari sofa, dan buru-buru menarik kopernya menuju kamar "Mendingan Jaemin tidur sama Arka yang suka ngompol daripada sama Uncle" ucapnya sebelum akhirnya menutup pintu
Bunda tidak bisa memaksa putra sulungnya itu, karena memang membiarkan Jungwoo adik semawayangnya itu sekamar dengan Jaemin bagaikan membiarkan seorang gadis perawan tidur dengan seorang laki-laki perjaka :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Putih Abu!
Roman pour Adolescents"Kalau masa SMA lo cuma putih abu aja, coba diteliti ulang. Siapa tahu warna lain lagi sembunyi di suatu tempat!" @Nadarayoo, 2018