"Ah, mampus udah jam setengah sepuluh" mereka berdua masih mengantri dipom bensin, karena memang kendaraan yang ditumpangi kehabisan bahan bakarnya
Sekarang memang sudah giliran motor Haechan untuk diisi, tapi tetap saja Yuhi was-was ia takut setengah mati. Apa kata ibunda saat tahu dirinya pulang larut malam dengan seorang laki-laki?
"Buruan ah—"
"Sabar, ini lagi kembalian" petugas pom bensin sampai tertawa melihat kelakuan gadis itu yang tidak bisa diam, bahkan setelah kegiatan isi bensin selesai
Petugas tersebut memberikan uang kembalian pada Haechan sambil tersenyum "Hati-hati bawa motornya, Dek— meskipun pacarnya rewel" ucap petugas itu dibalas raut wajah masam dari Yuhi
"Iya, Mas— udah biasa kayak gini, emang sifat bawaan dari orok" ledek Haechan, diiringi tawa petugas tersebut membuat gadisnya semakin kesal bukan main
Haechan menaiki motornya siap menancap gas, tapi Yuhi malah diam mematung karena kesal "Dih, buruan— katanya mau pulang sayang" ledek laki-laki itu lagi
"Ih! Udah kayak gini, lo masih aja ngeselin!!!" sentak Yuhi, seraya menaiki motor "Tenang, nanti gue yang jelasin ke Mama lo, hehe" deg, Yuhi terkejut mendengar ucapan laki-laki dihadapannya itu "Apa?" tanyanya, mencoba memastikan apa yang barusan ia ucapkan
Mereka kembali ke jalanan, Haechan menggantungkan jawabannya berniat memberi teka-teki pada gadisnya itu "Emang lo berani ama Mama gue, chan?!" Yuhi yang penasaran, menagih lagi jawaban dari dirinya
"Berani lah, kalo gak berani mulu— gimana nanti pas lamaran, hahay" Haechan mengatakan apa yang ada dilubuk hati terdalamnya, kalau ia benar-benar akan memberanikan diri menghadapi Mama Yuhi
"Serius dong! Sekali aja lo serius chan astaga!" tapi sepertinya sulit untuk dipercaya, maka dari itu Yuhi tak mau percaya begitu saja
"Iya sayang, ini serius"
Mendengar laki-laki itu bicara dengan nada berbeda membuat Yuhi berpikir keras, meskipun Haechan setiap hari-harinya penuh dengan candaan— tapi, ia bisa membedakan yang mana yang serius dan yang mana hanya candaan belaka
**
Sampai didepan rumah Yuhi, Haechan benar-benar mengantarnya hingga didepan pagar persis "Udah sanah balik!" gadis yang masih belum mempercayainya, terus mendorongnya untuk segera pergi dari sana, sebelum Mama nya membuka pintu
Tapi, Haechan kukuh tak mau pergi dari tempat itu "Assalamu'alaikum!" bahkan laki-laki itu berteriak mengucapkan salam, membuat seseorang dengan cepat membukakan pintu
"Wa'alaikumsalam"
Yuhi sedikit berjinjit memeriksa siapakah yang sedang berjalan ke arahnya dan membukakan pintu tersebut. Dan, kedua mata gadis itu membelalak melihat sang Mama berada dibalik pagar, sedang membukakan pagar yang sudah sempat dikunci tersebut
Yuhi memelototi Haechan agar segera enyah sebelum semuanya terlambat, tapi laki-laki itu mengangguk mantap "Santai" katanya, enteng sekali
Pintu pagar terbuka
Gadis itu menarik nafas panjang sebelum mendengar pidato dari Mama nya, bahkan Yuhi memejamkan matanya tak mau melihat raut wajah marah dari sang Mama "Ehhh, jam berapa ini hayoo— waktunya tidur baru pada pulang—" dan dengan santainya, Mama Yuhi berkata
Putrinya pun hingga terdiam kaget, lalu membuka kedua matanya tanpa beban. Melihat Mama nya dengan wajah bantal membuat Yuhi paham lalu mulai bicara "Ma, tadi— macet, terus—"
"Iya, maaf Tante— tadi sedikit macet pas dilampu merah, terus bensin saya habis jadi harus isi dulu ke pom, maaf yah, Yuhi jadi pulang terlambat—" dengan lancar Haechan memotong ucapannya, membuat sang Mama menoleh ke arah laki-laki itu menatapnya dengan penasaran
KAMU SEDANG MEMBACA
Putih Abu!
Teen Fiction"Kalau masa SMA lo cuma putih abu aja, coba diteliti ulang. Siapa tahu warna lain lagi sembunyi di suatu tempat!" @Nadarayoo, 2018