Putih Abu #Limaempat

1.9K 95 19
                                    

"Jeno— liat nomor 35 dong, kali aja lo tau—" diruang 4, Ana menoleh mendengar Suci tengah memanggil laki-laki yang duduk tepat dibelakangnya itu

Padahal belum pernah saling mengenal, tapi Jeno mencoba membantunya dengan melihat lembar soal milik Renjun, dan dengan mudahnya laki-laki itu mengangguk "A" katanya, dibalas senyuman dari Suci "Thankyou—"

"Apa, nomor berapa tadi?" Jaemin yang sudah pasrah dengan meletakkan kepalanya diatas meja, langsung bangkit lalu menoleh ke belakang

"Apaan si— emang lo belom selese?" tanya Renjun, dengan santainya. Karena sejak beberapa menit yang lalu, lembar jawabannya sudah lengkap dari nomor 1 sampai 45

"Belom, essay aja baru nomor 1" ucap Jaemin, jujur sekali

Renjun menelusuri laci mejanya "Nih— buruan salin" laki-laki itu menyerahkan setumpuk kertas contekan dari dalam laci, membuat Jaemin terkagum "Anjay, kok lu diem-diem bae si" isinya terdiri atas nomor 1 essay, nomor 2, nomor 3, pokoknya terpisah-pisah bahkan tak jarang kertas berbeda juga menampakkan jawaban dari nomor yang sama

"Kirain gue lo udah, ini anak cewek pada ngelemparin ke gue, ya lumayan lah— pilih aja yang menurut lo paling akurat"

Jeno tertawa pelan mendengar celetukan sombong temannya itu "Sok ganteng lo, Ren!" ledek laki-laki itu seraya memukul badan Renjun cukup kencang

"Dih, gue mah gak perlu minta juga udah pada ngantri ngasih contekan ke gue—" semakin diledek, Renjun akan semakin meninggikan dirinya

"Halah tai—" umpat Jaemin, kembali pada lembar jawabannya, mulai menyalin jawaban dari kertas contekan tersebut

"Astaghfirullah, itu kertas ampe numpuk, 45 soal semuanya ada disitu?" Ana yang melihatnya saja sampai menggeleng heran

Jaemin melirik pengawas didepan, ternyata guru tersebut malah tertidur membuatnya tersenyum senang "Iya ada, si Renjun noh— banyak yang ngantri ngasih jawaban" ucapnya

"Idihhh—" Ana menampakkan wajah kesal, mendengar ucapan Jaemin yang satu itu

###

"Huahhh— nomor 5 bingung banget—" setelah selesai dengan mata pelajaran pertama, Ana mendatangi ruang 3 untuk berkumpul bersama teman-temannya. Baru saja menduduki bangku, Yuhi sudah mengeluh seperti itu

"Yang apa? Undangan?"

Mendengar tanya dari Ana, gadis itu mengangguk "Coba kita bisa telepati na, pasti gue dapet nilai 100" masih menyesali kekreatifannya menjawab soal, Yuhi menjatuhkan kepalanya ke meja

"Udahlah, sekarang belajar MTK nih— susah" sahut Maudy, yang sedari tadi sibuk dengan kisi-kisi ditangannya "Semoga pengawasnya gak bawel kayak Pak Maman, jadi gak konsen gue—" tambah gadis itu lagi

Lili mengangguk "Tiap detik ada aja— yang dibahas" semua orang setuju sekali dengan umpatan gadis yang satu ini

"Gue tau, lo ngasih dia contekan buat modus kan ahahha" sambil memasuki kelas, Bara menyeletuk seperti ini.

Mereka semua hanya terdiam sambil melirik sekilas, Bara dan teman-temannya yang bergerombol "Iya, udah gitu si Natty suka senyum-senyum sendiri kalo lagi liatain doi, wahahahhaa..." siswi dari kelas Ipa 1 ternyata punya dua kubu yang terpisah-pisah "Hahahaha" sebagian ada yang bercanda seperti gerombolan Bara, dan sebagian lagi mungkin belajar diruang sebelah karena diruang 3 sangat sepi, hanya terisi mereka

"Dy— kayaknya lo doang yang misah sendiri dari anak kelas" ucap Yuhi, dibalas lirikan sadis temannya itu "Biarin, mereka tuh maennya misah-misah— ya daripada gue ikut ajaran sesat, mending disini, sama kalian mwah!"

Putih Abu!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang