"Selanjutnya─ masih dari kelas 12 IPA 5, Teuku Chenle menerima jalur undangan, program studi sarjana Agribisnis, Universitas Syiah Kuala, Aceh🎤" Bu Ani melanjutkan pengumumannya, semua tamu undangan kembali bertepuk tangan. Chenle juga berdiri disamping Jaemin sambil menunggu semua orang yang menerima SNMPTN berdiri disana
"Terus kalo Gea, jurusannya apa tuh?" tanya Ana
"Akuntansi" jawab Gea, tak sengaja mendengar gerutuan temannya itu. Lalu namanya pun dipanggil juga, membuat gadis itu bangkit dengan susah payah akibat gaun yang ia kenakan begitu besar, bahkan teman-temannya pun sedikit membantunya dan ia pun berjalan perlahan menuju panggung menghindari tragedi tiba-tiba tersandung
Melihat Gea juga kesusahan menaiki panggung, Chenle dari ujung sana berlari hanya untuk membantu kekasihnya itu "Aduhhhh, cocwiiit" gumam Siti membuat teman-temannya tertawa kecil
"Jodoh udah, jodoh" kata Maudy
"Aminnn" sahut Angel
"Jumalah keseluruhan siswa dan siswi yang mendapatkan beasiswa masuk perguruan tinggi lewat jalur undangan ini adalah 11 orang─ kami semua merasa bangga, dan selalu mendoakan yang terbaik untuk mereka semua... sekian dari saya, Wassalamu'alaikum🎤" Bu Ani menyelesaikan laporannya, setelah itu ia berfoto dengan anak-anak penerima SNMPTN
"Kalo SBM dipanggilin ngga?" tanya Ana lagi
"Ngga─ palingan ini bakal langsung ngumumin yang ranking 1, 2, 3, atau penghargaan murid yang terpagi, ter-rajin, terbaik, gitu-gitu" jawab Maudy
Saat semua murid penerima SNMPTN menuruni panggung, Lili sempat menemukan adegan dimana Bunda langsung memeluk Jaemin bahkan hingga menciumnya dibawah sana "Uhuhu, jadi terharu gue" kata gadis itu seraya bersandar pada Yuhi
"Apa?" tanya Yuhi, tak paham dengan apa yang membuat temannya akhirnya terharu itu
"Ihh Jaemin nangis masa, hi─" setelah dilihat-lihat lagi, Lili baru sadar kalau Jaemin ternyata tidak hanya memejamkan matanya sambil memeluk Bunda, namun laki-laki itu juga meneteskan airmatanya
"Mana? MANA?!"
Lili hanya bisa memperhatikan mereka dari jauh, dan ia sangat paham mengapa Bunda sangat bahagia. Suatu hari ia juga akan merasakan ada diposisi itu, melihat anak yang ia lahirkan berhasil menggapai apa yang ia inginkan atas usahanya sendiri "Lili─ jangan nangis heh" Yuhi pun baru sadar pula kalau Lili ikut menangis
Gadis itu memalingkan wajahnya ke arah Yuhi "Dihhh, kok nangis sih?" Yuhi yang tak tega melihatnya pun langsung membawa gadis itu ke dalam pelukannya "Jangan nangis dong, katanya hari ini ngga bakal nangis..." ucapnya, seraya mengelus pelan punggung Lili
"Yuhi..." saat sedang sibuk menenangkan Lili, tiba-tiba sebuah tangan terasa memegang pundak Yuhi. Tentu saja Lili pun mulai melepaskan pelukannya agar Yuhi segera menoleh
"Ehhh, Ibu?" ternyata itu adalah Ibu Haechan, beserta Haechan yang sedang membuang pandangan ke sembarang arah karena kelihatannya malu-malu
"Yuhi, lagi sibuk ngga?" tanya Ibu Haechan
Yuhi dengan segera bangkit dari bangkunya merasa kalau posisinya sekarang sedikit tidak sopan "Ngga, Bu... kenapa?" tanyanya
Ibu Haechan meraih buket yang sedari tadi putranya pegangi "Ini─ Ibu ngga bawa apa-apa, cuma ini" Ibu memberikan sebuah buket bunga berukuran besar pada Yuhi, sampai buket tersebut berhasil sekali membuat gadis itu kesusahan menerimanya "Ehhhh, bisa ngga? Biar Haechan aja yang bawa kalo ngga bisa" ucap khawatir Ibu Haechan
"Gapapa bisa, Yuhi taro dibangku aja bunganya hehe─ makasih Bu, padahal ngga usah repot-repot bawa, dari sekolah juga dapet, dari Mama dapet, dari guru-guru dapet-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Putih Abu!
Teenfikce"Kalau masa SMA lo cuma putih abu aja, coba diteliti ulang. Siapa tahu warna lain lagi sembunyi di suatu tempat!" @Nadarayoo, 2018