Putih Abu #100Satu

1.7K 83 10
                                    

Rubins Resto

Maudy yang sedari tadi menunggu dimeja makan hanya melihat ke sekeliling sudut restoran yang sungguh mewah itu "Gak nyangka, Neneknya Rendy keren juga" semakin lama, ia semakin merasa kalau keluarga Renjun adalah keluarga yang kaya raya

"Huhhh─ lama banget dah" setelah ditinggalkan selama kurang lebih 30 menit, Maudy jadi merasa bosan

Meskipun beberapa pelayan disana sudah menjamunya dengan baik, menyodorkan makanan dan juga minuman, tapi tetap saja ia jenuh kalau harus menunggu selama ini

"Kak, maaf kalo kamar kecil sebelah mana yah?" ditengah itu, seorang pelanggan dari lantai satu bertanya pada Maudy yang duduk disalah satu kursi dilantai dua

Wajar ia bertanya pada Maudy, karena dialah satu-satunya makhluk hidup yang ada dilantai dua "Kayaknya dilantai satu deh" tapi karena baru pertama kali mengunjungi restoran tersebut, maka dari itu Maudy menjawab sesuai dengan pengetahuan umum. Dimana secara sistematis, kamar mandi pasti berada di lantai satu

"Ohhh gitu yah Kak, makasih" ucap pelanggan wanita yang sepertinya seumuran dengan Maudy itu

Sedetik setelah itu, gadis tadi kembali dengan seorang pelayan "Diruang Nenek juga ada kamar mandi Non─ ayo lewat sini" sepertinya gadis itu juga salah satu bagian dari restoran, dia sangat dihormati oleh pekerja disini

Terlebih lagi ia sempat tersenyum pada Maudy "Mas, Kakak itu siapa?" alih-alih penasaran, gadis bernama Ningsih itu bertanya pada pelayan disampingnya sambil berbisik-bisik "Pacarnya den Rendy kayaknya" jawabnya, membuat gadis itu mengangguk

Dengan segera ia membuka pintu ruangan pribadi neneknya "Nenek─" Renjun yang sedang duduk disofa sambil menunduk langsung menoleh mendengar suara yang sangat horor ditelinganya itu

"Ya ampun Ningning sayang, Nenek kangen sama kamu─" dua orang itu pun berpelukan "Jangan jauh-jauh sekolah tuh, nanti makin susah deket sama Rendy nya" mendengar ucapan sang Nenek, Renjun langsung bangkit dari sofa

"Udah kan, Ningsih udah dateng─ aku pamit dulu"

"Heh, ngga! Kalian belum ngobrol apa-apa, bahkan Ningning baru aja masuk ke sini masa kamu udah mau keluar, duduk! Dengerin apa kata Nenek─" Renjun bungkam, karena Neneknya adalah orang yang membesarkan Renjun hingga SMA maka dari itu ia selalu menurut pada ucapan wanita tua tersebut

Bagi Renjun, Neneknya lebih mengerti dirinya dibandingkan Ibunya sendiri. Tapi, kali ini ia sangat benci pada keputusan sang Nenek, karena diam-diam ia telah memilih seorang gadis untuk dijodohkan dengannya "Aku mau ke toilet dulu Nek─ kebelet pipis" entah mereka bertemu dimana, yang pasti Nenek Renjun sangat suka pada Ningsih

"Iya sayang─ cepetan sanah" wajahnya ramah sekali, sangat berbeda saat bertatapan dengan Maudy tadi "Ningsih cewek yang baik, Nenek ketemu dia dipanti, dia rajin dan sopan─ kalo kamu sayang sama Nenek, kamu pasti bakal percaya sama pilihan Nenek"

"Tapi Papah udah ikat janji sama keluarganya Maudy, Nenek gak bisa debat lagi sama Papah kan─ ini udah jaman modern, Ibu sama anak ngga harusnya rebutan jodoh-jodohin anak atau cucunya kayak gini"

"Nenek yang besarin kamu, Nenek juga lah yang berhak nentuin siapa jodoh kamu nanti" mendengar hal tersebut, Renjun mendongakkan kepalanya sangat terkejut

Ditengah itu, Ningsih selesai dari kamar mandinya. Ia terduduk disofa tepat disebelah Nenek "Oke, kita mau ngobrol apa nih?" Renjun semakin tidak bisa mengontrol emosinya, tidak biasanya Neneknya keras kepala

Nenek Renjun mengelus pelan kepala gadis disampingnya "Coba kamu duduk disamping Rendy, Nenek mau ambil foto─ buat dishare ke temen-temen arisan" gadis itu dengan antusias menggangguk, lalu mulai berpindah menduduki sofa disebelah Renjun

Putih Abu!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang