"Hati-hati yah Jaemin— semoga lancar persalinannya" sahut seorang guru BK yang baru saja menulis surat izin untuk laki-laki itu agar bisa pulang ke rumah lebih awal
"Iya, Bu— aminnn—" balas Jaemin dengan tergesa-gesa berlari menuju basement untuk mengambil sepeda motornya, lalu tanpa basa-basi lagi laki-laki itu menaiki motornya dan menancap gas dengan perasaan yang begitu campur aduk
Angel yang sempat melihat gerak-gerik panik dari laki-laki itu sedikit bingung dan penasaran, seraya berjalan memasuki kelas 10 Bahasa 1, ia menduduki sebuah bangku sambil menyampaikan informasi yang baru saja dilihatnya itu "Lil, Jaemin kenapa? Kayaknya tadi balik duluan—" ucap Angel
Mendengar ucapan temannya itu Lili langsung memeriksa handphone nya "Gak tau— gak ada kabar" dengan segenap rasa khawatir, dirinya mengatakan yang sejujurnya
"Hmm— lo gak khawatir?"
Gadis itu diam, jangankan khawatir, sekarang saja pikirannya sudah meraba ke segala arah— jika ada satu kata yang dapat menggambarkan sesuatu lebih dari sekedar khawatir, mungkin itulah perasaan Lili sekarang ini
"Ngapain ditanya oon, udah pasti khawatir lah!" sahut Yuhi, bertepatan dengan kedatangan seorang Ana yang kelihatannya masih dengan raut bingungnya
###
"Jaemin, BURUAN KELUARIN MOBIL!" sampai dirumah, laki-laki itu langsung melemparkan tas ranselnya ke sembarang arah, ini adalah pertama kalianya seorang Jaemin berada dalam keadaan yang membuatnya sangat ketakutan
Apalagi melihat sang Bunda dengan keringat dan ringisan nyeri, rasanya tidak tega sekali. Begitupula sang Ayah yang daritadi berlari kesana kemari membereskan barang-barang yang harus dibawa ke rumah sakit
"Kamu yang nyetir yah, Ayah jagain Bunda dibelakang—" mereka berdua Ayah dan putranya sangat hati-hati membantu Bunda memasuki mobil
"Ihh— NANTI KENA TILANG GIMANA YAH?" Jaemin yang memang dasarnya belum memiliki sim tentu saja panik
"MASA POLISINYA GAK PEKA— ADA YANG MAU NGELAHIRIN MASIH AJA DITILANG!"
Bunda semakin menjadi-jadi lagi, dirinya sudah tidak bisa menahan nyeri yang ada diseluruh tubunya, dan ditambah lagi suami dan putranya itu malah berseteru membuatnya semakin tak tahan "UDAH NAPAHHH— BUNDA GAK KUAT SAKITTT—" ringis Bunda
Jaemin yang berada dalam titik ketakutannya langsung memegang kemudi tak peduli apapun yang terjadi nanti, yang pasti dia ingin Bunda nya segera keluar dari rasa sakitnya itu.
Dengan kecepatan diatas 60km/jam Jaemin terus fokus pada jalanan, sedangkan sang Ayah sibuk menenangkan istrinya, sesekali mengusap keringatnya, bahkan menyuruhnya bersandar, atau jika merasa tidak tega kedua mata Ayah Jaemin terlihat berkaca-kaca "Sabar yah Bun— bentar lagi—" sambil mencium punggung tangan istrinya, Ayah begitu menjaga istrinya, terus menggenggam tangan Bunda
"Aduhh— sakit yahhh—" tadinya Bunda memang selalu mencoba untuk tidak meringis, tapi tetap saja rasa sakit luar biasa itu memaksanya untuk meringis kencang
"JAEMIN! BAWANYA PELAN-PELAN DONG— KASIAN BUNDA—" karena itu Ayah Jaemin malah menyalahkan putranya itu, membuat Jaemin merasa serba salah
"BIAR CEPET NYAMPE— LAGIAN JAEMIN UDAH PELAN YAH—"
"TAPI KAMU SEMBARANGAN BANGET BELOKNYA TADI— MALAH BIKIN ORANG TAMBAH SAKIT!"
Bunda mencengkram jok mobil dengan kuat "BERANTEM TERUSSSS— udah tau ada yang lagi kesakitan ihhh kesel—" keluh Bunda seraya menenangkan dirinya, mengambil nafas dan membuang nafas dengan teratur
KAMU SEDANG MEMBACA
Putih Abu!
Teen Fiction"Kalau masa SMA lo cuma putih abu aja, coba diteliti ulang. Siapa tahu warna lain lagi sembunyi di suatu tempat!" @Nadarayoo, 2018