Luka-luka Jimin : 3

135 12 1
                                    

Suara sirine menguar ke sepanjang jalan membawa Jimin dan Suga pergi ke rumah sakit dengan banyak penjaga yang mengikuti mereka dan melindungi dari kejaran paparazi.

Di dalam ambulan hanya ada 4 orang, dua orang yang duduk berhadapan di bangku paling dalam adalah Suga dan Jimin, sementara di sisi pintu lagi dua orang penjaga bertubuh besar memakai pakaian kasual hitam menutupi tubuh Jimin dan Suga.

Sepanjang jalan, Jimin tak berkata apa-apa, Ia nampak sangat amat kacau, tatapannya putus asa, kadang juga kosong, air mata berkali-kali mengalir ke pipinya meski Ia tak bersuara. Hatinya sudah pasti sakit atas apa yang sudah terjadi padanya hari ini. Luka memar dan merah di lehernya juga tak hilang, Jimin bahkan tak ingin menyentuh tubuhnya sendiri.

Tanpa Jimin sadari, orang yang ada di depannya terus melihatnya, matanya tajam penuh dendam tapi juga sedih bersamaan. Melihat Jimin begitu putus asa, hatinya sakit, tubuhnya juga luka-luka, sambil menahan sakit di bahu kirinya dengan tangan kanan, Suga terus menatap Jimin, melihat anak malang yang sangat kacau itu sendu.

Suga tak bisa berbuat banyak selain menatap Jimin lekat-lekat, tanpa disadarinya air mata juga mengalir, transparan dan lembut menyapu darah di belibisnya.

"Jimin-ah" panggilnya lembut mencoba membuat Jimin merespon

Tapi Jimin tak menjawab, Ia dengar tapi sama sekali tak bergerak

Suga berkedip-kedip, Ia tahu Jimin pasti tak akan menjawabnya, untuk bernafas mungkin anak itu juga tak sanggup, seberapa jauh orang latin itu mencoba melecehkan Jimin?

Suga bergerak menahan nyeri bahu dan luka di belibisnya berpindah duduk disamping Jimin, sementara si penjaga yang mengerti keadaan langsung berpindah tempat mempersilahkan Suga untuk duduk di sebelah Jimin selama perjalanan.

Suga tak berkata apapun, Ia menurunkan tangan dari bahunya dan memeluk Jimin dengan kedua tangan, menariknya ke dada sekali lagi memberikan kehangatan kepada Jimin. Ia ingin menjadi bara api hangat untuk hati Jimin yang kedinginan.

Namun Jimin belum bereaksi, meskipun tubuhnya lemah dan masih gemetaran, Ia tak menolak pelukan Suga, membiarkan kepala dan bahunya bersandar di dada si kucing putih itu dengan hangat, Ia membiarkan Suga hyung mengelus-elus rambutnya, menepuk-nepuk punggungnya untuk membuat Jimin merasa lebih baik.

Suga melanjutkan perkataannya, "Jika kau ingin mengatakan sesuatu, katakanlah"

Jimin terisak, kali ini Ia masih menangis dan mencoba menghapus air mata dengan telapak tangannya, "Kemana semua orang?" Kata Jimin lirih dengan nada bergetar dan berat

Suga berkerut tak menjawab

Jimin, "kenapa semua orang membiarkanku mengalami ini"

Suga masih belum menjawab

Jimin, "dimana Hitman Bang? Dimana Song Saejin? Kenapa mereka membuatku celaka?" Keluhnya, "dimana bajingan-bajingan itu?" Katanya dengan nada makin menukik, Jimin mengutuk meluapkan kekesalannya dalam hati. Kali ini tangisnya pecah, kedua telapak tangan menutupi wajahnya dan Ia terisak keras, "Kenapa mereka membiarkanku celaka? Saekiya!!" Kutuknya sekali lagi

Jimin kembali menangis dan air matanya mengalir lebih deras, Ia terisak perih tak terima dengan pelecehan itu, dengan kasar Jimin menyambar kotak tissue di tengah diantara dua jok disebelahnya, Ia mengambil puluhan lembar tissue dan mengelap wajahnya dengan kasar, mengelap lehernya dan seluruh tubuh yang telah memar kemerahan itu.

Suga, "apa yang kau lakukan, Jimin-ah" tanyanya panik

Jimin, "Semua ini benar-benar menjijikkan!" Katanya

Melihat Jimin yang hampir tak terkendali, Suga langsung tersadar, Ia menghentikan Jimin yang terus mengutuk dan mengelap kulitnya kasar, Ia lalu menggenggam kedua tangan kecil itu di telapak tangannya yang lebih lebar sambil memeluk Jimin makin erat, "Jimin-ah, tenanglah" katanya

My YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang