Namjoon dan Jin : 4

120 15 5
                                    

Sudah hampir 3 jam sejak mereka pulang dari Grammy, semua orang mungkin sudah  tidur, Hobi tidak keluar dari kamarnya, Ia langsung tidur begitu hari kurang beruntung itu berakhir. Sementara member lain juga sama, Taehyung dan Jungkook sudah terlelap, tenggelam dalam mimpi indah di malam hari yang gelap. 

Bagaimana dengan Namjoon?
Kamar Namjoon dan Jin masih menyala redup, mereka belum tidur, setelah minum banyak bir kaleng dari kulkas di dalam kamar mereka, Namjoon sudah kehilangan kesadarannya dan berakhir mabuk. Ia sangat kecewa dengan apa yang telah terjadi malam ini, Ia ingin menenangkan diri dengan minum beberapa kaleng bir lalu tidur, tapi tak menyangka yang diminumnya terlalu banyak hingga Ia mabuk. Beruntung Seokjin hyungnya memutuskan untuk pindah kamar pada hari pertama, jadi ada seseorang yang bisa mengawasinya jika sesuatu yang buruk mungkin terjadi.

"Namjoon-ah, jangan minum lagi" katanya, Seokjin sama sekali tidak mabuk, Ia hanya terus berusaha membuat Namjoonie tidak minum lagi, mencoba mengawasinya dan mendengarkan keluh kesahnya.

Namjoon tak menjawab, Ia bahkan tak menggubris perkataan hyungnya, tangannya berusaha meraih bir kaleng lagi, "seteguk lagi" katanya

Seokjin tak bisa diam saja, direbutnya bir kaleng yang hampir habis itu lalu mencengkram kedua tangan Namjoon dengan kuat, "Namjoon-ah, sudah cukup kau ini!" pekiknya pada Namjoonie, Ia mulai kesal melihat kelakuan adiknya yang sudah tak terkendali, Ia tahu hati sang leader begitu sedih tapi mabuk berat karena bir akan membuatnya pengar dan lebih kesulitan besok.

"Hyung.." kata Namjoonie lirih, kepalanya berat, "biarkan aku minum sedikit lagi" lanjutnya

Seokjin berkerut, Ia semakin kesal, "sudah berapa kali kau berkata seperti itu.. kau tahu aku menyesal membiarkanmu terus minum sampai mabuk seperti ini" omelnya

Namjoon tak menjawab, mungkin dalam setengah kesadarannya yang telah hilang, Ia masih mendengarkan Jin hyungnya, Ia sama sekali tidak merasa marah dan tidak membentaknya meskipun dalam suasana hati yang buruk.

Seokjin mengambil semua sisa kaleng bir yang berserakan disekitar Namjoonie, Ia mengumpulkannya jadi satu dan melemparkan ke tempat sampah. Lalu dengan susah payah, Ia mencoba membopoh tubuh besar Sang Leader dari lantai, membawanya ke atas kasur untuk segera tidur beristirahat, "Apa kau tahu apa yang terjadi jika aku tidak menginap denganmu? Namjoon-ah, kenapa kau harus mabuk di balkon? Apa kau tidak tahu itu sangat berbahaya, bagaimana jika kau terjatuh? Apa kau sadar kita berada di gedung tinggi?" Seokjin terus mengomel memarahi Namjoon, meluapkan rasa kesal dan khawatirnya lalu merebahkan tubuh Namjoonie ke kasur, memperbaiki posisi berbaringnya, "kau benar-benar berat dan merepotkan" keluhnya.

Seokjin tak tahan lagi, Ia menghela nafas karena lelah, energinya terkuras akibat membawa beban besar di pundaknya, "Namjoon-ah dengarlah" katanya setengah kesal, "tidak mendapat piala apapun di Grammy bukanlah akhir dari dunia!" kata Seokjin hyung kesal, kedua tangannya bertumpu di atas pinggung, "bukankah kau yang mengatakan sendiri pada army bahwa kita ke Amerika untuk melihat army? bukan hanya mengikuti Grammy?"

Namjoon tak menjawab, Ia terpejam tak sadar

Seokjin mulai berkerut karena Namjoonie sama sekali tak bereaksi, diangkatnya kaki kirinya menyenggol lutut kanan sang leader yang terbaring di dekatnya, "hey! Apa kau dengar aku?" katanya, "Namjoon-ah! kau adalah penulis dan pembuat lagu yang hebat, jangan mudah menyerah!" katanya sekali lagi, Ia menyenggol kaki Namjoon lebih keras lagi, "Hey! Jangan pura-pura tidur! Kau harus dengarkan aku"

Tapi Namjoon masih tak bereaksi, Ia terdiam dengan mata terpejam seperti orang yang telah tertidur pulas.

Seokjinie menghela nafas sekali lagi, lebih dalam, "Ahh.. harusnya aku yang sadar, bicara pada orang mabuk sama sekali tidak berguna" katanya, hyung tertua itu menyerah tak mengucapkan kalimat apapun lagi, dilihatnya sang leader yang berbaring lelah, dasinya belum sepenuhnya terlepas, begitu juga dengan kaos kaki putih yang masih terpasang di kakinya, hanya kemeja putih itu yang sudah lusuh dan terlipat kemana-mana. 

Seokjinie melepas barang-barang yang menempel pada Namjoonie satu persatu, meletakkannya ke satu tempat untuk di cuci besok pagi, Ia hanya menyisakan boxer pendek dan kaos dalam putih yang masih menempel.

Dengan sabar, hyung tertua itu lalu mengambil air hangat juga dari dalam kamar mandi, membasahi handuk wajah yang tersedia di rak kamar mandi lalu membasuh kulit sang leader dengan telaten, "kau bahkan belum mandi, bagaimana kau bisa tidur?" Ia menggerutu.

"Namjoon-ah, jangan terlalu lelah.. bisakah kau setidaknya sekali saja pikirkan dirimu sendiri juga?" katanya lirih menatap wajah damai Namjoonie di depannnya.

Namjoonie adalah orang yang paling diperhatikan oleh Seokjinie, bukan hanya karena dia seorang pemipin dalam grup mereka, dengan umur yang hampir mirip dengan Jimin dan Taehyung Ia bahkan menanggung beban yang lebih berat, Ia mendengar semua cercaan dari orang-orang Amerika sendirian, Ia menanggung beban kegugupan sendirian dengan terus menjadi juru bicara grup, Ia juga masih harus mempertahankan keadaan grup agar tetap stabil dan terhormat, bahkan tak jarang juga memperhatikan satu persatu teman-temannya. Di perusahaan, selain Suga, dia juga produser musik paling sibuk, Ia menggarap banyak musik dari idol-idol HYBE, menggarap musik dari beberapa penyanyi lain yang membuat project musiknya sendiri tertunda.

Dengan beban dan kehidupan yang berat itu, Ia masih bisa menikmati kebahagiaan dengan amat sederhana, berjalan di tepi sungai atau berjemur di tengah taman lalu pergi ke museum atau perpustakaan, betapa indah hari-hari itu, betapa tenang dan bahagia.

Siapa yang tidak jatuh cinta dengan laki-laki seperti dia?
Bahkan member tertua dengan wajah paling tampan itupun merasa Namjoonie sangat sempurna. Kecerobohannya dalam kehidupan sehari-hari baginya bukan sebuah kekurangan, tapi kelebihan yang membuat Namjoonie lebih sempurna sebagai manusia hidup yang sederhana.

Ia menatap Namjoonie sekali lagi sampai akhinrya beranjak pergi membawa sisa air hangat dan handuk itu, "tidurlah yang nyeyak"

---

My YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang